Satgas Minta Warga Bergejala Covid-19 Tak Sholat Tarawih Berjemaah di Masjid

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B. Harmadi meminta warga yang mengalami gejala terinfeksi virus Corona untuk tidak melaksanakan kegiatan ibadah sholat tarawih di masjid.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Apr 2022, 18:05 WIB
Yusuf Omar melakukan adzan sebelum melaksanakan tarawih pada malam pertama bulan suci Ramadhan di Pusat Komunitas Muslim Chicago, Senin (13/4/2021). (AP Photo/Shafkat Anowar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B. Harmadi meminta warga yang mengalami gejala terinfeksi virus Corona untuk tidak melaksanakan kegiatan ibadah sholat tarawih di masjid.

"Kalau mengalami gejala Covid-19, sebaiknya tidak melakukan sholat tarawih di masjid," ujar Sonny dalam talkshow daring bertajuk "Jaga Hati, Imun dan Prokes di Bulan Ramadhan", dikutip dari Antara, Kamis (14/4/2022).

Menurut dia, sangat penting bagi umat Islam ketika akan beribadah di masjid untuk memastikan diri dalam keadaan sehat. Selain itu, masyarakat juga diminta Sonny untuk menggunakan masker dengan baik dan benar.

"Kita wajib menggunakan masker karena kita tidak tahu siapa orang di sebelah kita, apakah dia menderita Covid-19 atau tidak," kata dia.

Kemudian, lanjut Sonny, jemaah masjid juga diminta untuk membawa perlengkapan ibadah sendiri dan berwudhu dari rumah.

"Membawa alat ibadah masing-masing dan sebaiknya berwudhu di rumah, karena memang salah satu titik lengahnya pada saat berwudhu di rumah ibadah," terang dia.

Pihaknya juga meminta kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak yang belum divaksin serta penderita komorbid untuk beribadah di rumah.

Lalu, lanjut Sonny, pengelola masjid diminta memastikan ventilasi dan sirkulasi udara di dalam masjid berjalan dengan baik. Selain itu, perlu dilakukan juga pengaturan kerapatan saf shalat disesuaikan dengan level PPKM di masing-masing daerah.

"Boleh merapatkan saf, tetapi perhatikan level PPKM di daerah masing-masing, jadi kan ada level PPKM di mana rumah ibadah itu boleh 100 persen, tapi juga ada level PPKM di mana rumah ibadah hanya boleh 50 persen. Lima puluh persen itu artinya kan 50 persen dari kapasitas, oleh karenanya safnya diatur, maksudnya supaya ada jarak," jelas Sonny.

 


Vaksin Booster di Posko Vaksinasi Mudik Terbatas, Pemudik Harus Bagaimana?

Seorang pria menerima dosis vaksin booster COVID-19 Pfizer di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/1/2022). (JUNI KRISWANTO/AFP)

Sebelumnya, Demi mendukung kelancaran mudik Lebaran 2022, Pemerintah menyediakan posko layanan, termasuk pos vaksinasi Covid-19 bagi pemudik yang belum menerima vaksin booster. Posko vaksinasi ini pun tersedia di simpul transportasi mudik dan titik-titik arus mudik tertentu.

Walaupun layanan vaksinasi tersedia, Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI Adita Irawati mengatakan, jumlah vaksin booster yang disediakan terbatas. Posko pelayanan vaksinasi tersebut ditujukan bagi pemudik yang membutuhkan.

"Kami mengimbau masyarakat untuk terus memenuhi syarat mudik dan saat mudik tidak ada pos penyekatan, yang ada posko pelayanan. Nantinya, posko memberikan layanan bagi yang membutuhkan, jika merasa belum vaksin atau enggak percaya diri nih, tes antigen kami siapkan secara terbatas di posko itu," kata Adita saat diskusi Dialektika Demokrasi - Balada Booster dan Mudik Lebaran di Komplek Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta, ditulis Selasa 12 April 2022.

"Jadi, Kementerian Perhubungan memang menyiapkan vaksin booster di simpul transportasi, yakni di bandara, stasiun, terminal maupun pelabuhan. Kami akan siapkan, tapi sekali lagi secara terbatas (jumlahnya) ya," sambung dia.

Untuk memastikan pemudik memenuhi syarat vaksin booster, Kemenhub meminta vaksinasi booster dilakukan jauh-jauh hari. Masyarakat yang ingin mudik diharapkan lebih dini mendatangi sentra vaksin terdekat di wilayah masing-masing untuk segera booster.

"Kami ingin masyarakat persiapkan diri sejak awal. Jangan mengandalkan ketersediaan (vaksin booster) di tempat keberangkatan," imbau Adita.

 


Hindari KIPI dari Vaksin Booster

Vaksinator menyiapkan vaksin COVID-19 dosis ketiga atau booster kepada tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta, Jumat (6/8/2021). Pemberian vaksin dosis ketiga atau booster kepada tenaga kesehatan di Indonesia ditargetkan rampung pada pekan kedua Agustus 2021. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Upaya lebih dini melakukan vaksinasi booster untuk mudik Lebaran 2022 juga bertujuan demi menghindari antrean dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Antisipasi terhadap KIPI yang dapat mengganggu perjalanan mudik dapat terhindarkan.

"Harus jauh-jauh hari vaksin booster. Kenapa? Pertama, nanti ada antrean. Kedua, kalau ada KIPI dan Anda mengalaminya pas perjalanan kan itu enggak enak ya, enggak nyaman gitu," Adita Irawati menambahkan.

"Maka, lebih baik lakukan sekarang (vaksinasi booster). Cari tempat vaksinasi yang disediakan Pemerintah dan kalau ada KIPI-nya, itu terjadi ketika Anda di rumah, bukan dalam perjalanan," sambung dia.

Persyaratan mudik Lebaran 2022 dengan vaksin booster, lanjut Adita, disambut baik oleh Kemenhub. Aturan ini sudah dikoordinasikan lintas sektor kementerian/lembaga.

"Petunjuk teknis perjalanan mudik dengan syarat booster ini, kami merujuk kepada surat edaran Satgas Penanganan COVID-19. Dan itu sudah koordinasi lintas sektoral, termasuk dengan Kementerian Kesehatan," katanya.

"Ya, kira-kira syarat apa yang tepat dalam kondisi mudik, yang mana akan terjadi perjalanan masif masyarakat. Dengan adanya syarat booster, kami menyambut baik," jelas Adita.

 


85,5 Juta Orang Akan Mudik Lebaran

Calon penumpang pesawat menunggu pemberangkatan di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (5/5/2021). Pergerakan penumpang H-1 jelang larangan mudik diprediksi berjumlah 86.000 penumpang atau naik 15 persen dibanding hari kemarin. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Terkait dengan vaksin booster sebagai syarat mudik Lebaran 2022, Kemenhub kembali melakukan survei, seberapa besar animo masyarakat untuk mudik. Apakah dengan syarat booster, jumlah pemudik akan turun atau tidak.

Adita Irawati menyampaikan, animo masyarakat untuk mudik Lebaran dengan syarat booster sangat besar. Bahkan jumlahnya diperkirakan mencapai 85,5 juta, sebelumnya diperkirakan 79,4 juta orang.

"Kami tanyakan ke publik. Kami melakukan survei lagi, kalau syaratnya seperti itu (dengan vaksin booster) seperti apa animo orang untuk mudik? Ternyata angkanya juga bertambah. Saat ini, animo yang mau mudik meningkat 85,5 juta, dari yang semula 79,4 juta," papar Adita.

"Artinya, booster mungkin dilihat, Oh bisa kok saya lakukan itu ya, karena toh juga semua sentra vaksinasi banyak dan bebas biaya," sambung dia.

Dari hasil survei di atas, moda transportasi utama hampir 50 persen adalah pengguna kendaraan pribadi roda empat maupun roda dua. Angka pemudik yang besar hampir bisa dikatakan realisasinya tidak jauh beda saat sebelum pandemi COVID-19.

"Dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) sendiri yang akan melakukan mudik itu sekitar 14 juta orang. Jadi, kita teringat masa sebelum pandemi, betapa mudik ini begitu euforia dan sudah tradisi tahunan," imbuh Adita.

"Sering kita lihat keluarga yang menggunakan roda dua. Ini agak mencemaskan, roda dua dipakai untuk jarak jauh dan sangat membahayakan keselamatan. Ini juga tantangan buat kami semua yang nanti akan mengendalikan mudik," tegas dia.

Infografis Stok dan Ketersediaan Vaksin Covid-19 Jelang Mudik Lebaran 2022. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya