Liputan6.com, Jakarta Salah satu sahabat Rasulullah SAW yang terkenal dengan perjuangannya melawan musuh Allah adalah Thalhah bin Ubaidillah. Kesetiaannya kepada Nabi membuatnya memiliki banyak julukan, salah satunya Burung Elang Perang Uhud.
Thalhah bin Ubaidillah merupakan sahabat Nabi dari Bani Quraisy. Dia lahir pada tahun ke-28 sebelum Hijriah di Mekkah. Thalhah sangat pemberani dan setia.
Advertisement
Julukan Burung Elang Perang Uhud diberikan kepadanya lantaran penglihatannya yang tajam bak burung elang. Ia adalah sepupu dari khalifah pertama Abu Bakar bin Abu Quhafah dan selalu ikut dalam berbagai peperangan pada periode awal Islam serta mampu menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya.
Thalhah juga merupakan pengikut Rasulullah SAW dalam salah satu gelombang pertama orang yang masuk Islam.
Awalnya sebelum masuk Islam, Thalhah mengetahui sosok Rasulullah dari seorang pendeta di wilayah Basrah. Berbulan-bulan ia mencari siapa sosok seseorang (Nabi) yang banyak diceritakan orang tersebut. Hatinya pun tak tenang jika belum bertemu dan berbincang dengan Rasulullah SAW.
Dikutip dari laman Masjid Al Muhajirin, Selasa (13/4/2022), pendeta ini mengabarkan tentang telah diutusnya seorang Nabi di negeri Haram (sekarang Mekkah), namanya Ahmad bin Abdullah. Kata-kata ini terus membekas dalam benak Thalhah bin Ubaidillah.
Masuk dalam Golongan Orang-Orang yang Pertama Masuk Islam
Maka sekembalinya ke Mekkah, ia bertanya hal itu pada pertolongan, Apakah ada kejadian yang luar bisa selama ia berada di Syam? Mereka menjawab, “ada”. Ia adalah Muhammad bin Abdullah yang (menganggap) dirinya telah menjadi seorang Nabi.
Thalhah bertanya lagi, “Apakah sudah ada pengunjung? (yang mengunjungi dan mempercayai Nabi Muhammad).
Mereka menjawab, “Sudah ada, di antaranya adalah Abu Bakar. Dia juga telah beriman atas risalah Muhammad.”
Lalu, Thalhah mendatangi Abu Bakar dan mengundang perihal nama Muhammad.
Thalhah bertanya, "Apakah dia punya nama lain?"
Abu Bakar menjawab, “Iya, yaitu Ahmad bin Abdullah."
Maka Thalhah pun menemui Rasulullah bersama Abu Bakar dan bersyahadat di depan Rasulullah.
Advertisement
Sangat Kaya dan Dermawan
Semasa hidupnya, Rasulullah SAW memberikan banyak gelar padanya karena keistimewaan yang dimiliki Thalhah, yaitu Thalhah Al-Khair (Thalhah yang baik), Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang murah hati), dan Thalhah Al-Jud (Thalhah yang dermawan).
Thalhah termasuk orang yang sangat kaya. Semasa mudanya, Thalhah adalah pebisnis sukses hingga ia bergelar hartawan. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang. Ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.
Walau sangat berlimpah harta, kekayaan itu tidak membuatnya sombong. Thalhah justru sangat dermawan. Thalhah sangat suka berderma karena ia pusing bagaimana menghabiskan harta yang dimilikinya itu.
Kekayaan Thalhah tidak kaleng-kaleng. Saat itu Thalhah menerima harta dari Hadramaut, sebuah lembah di Yaman, senilai 700 ribu dirham (setara dengan Rp 35 miliar sekarang). Kemudian istrinya, Su'da binti Auf, menyarankan untuk membagikan harta tersebut pada fakir miskin. Menyetujui saran istrinya, Thalhah pun membagikan hartanya hingga tak bersisa sedikit pun.
Thalhah juga dikenal suka memodali para pemuda muslim yang sudah cukup waktu untuk menikah, tetapi belum mampu agar segera menikah.
Diceritakan pula, seorang laki-laki pernah datang kepada Thalhah bin Ubaidillah karena kesulitan dan meminta bantuannya. Hati Thalhah tergugah oleh rasa kasihan terhadap orang itu. Lalu katanya, Aku mempunyai sebidang tanah pemberian Utsman bin 'Affan kepadaku, seharga tiga ratus ribu dirham. Jika engkau suka, ambilah tanah itu, atau aku beli kepadamu tiga ratus ribu dirham?" Kata orang itu, "Biarlah aku terima uangnya saja?" Thalhah lalu memberikan kepadanya uang sejumlah tiga ratus ribu dirham.
Selalu Berada di Samping Rasulullah
Setelah masuk Islam, melihat bahwa dirinya bukanlah orang biasa, melainkan saudagar terpandang di tanah Arab, Thalhah mendapat penganiayaan dari kaum Quraisy (kaumnya sendiri) karena masuk Islam.
Kemudian Naufal bin Khuwailid, yang mendapat julukan Singa Quraisy, melindunginya dan membuat Thalhah lebih leluasa menjadi seorang muslim.
Mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah, Thalhah tidak pernah absen membela kebenaran. Ia selalu berada di samping Rasulullah. Satu-satunya hari di mana ia absen memerangi kaum musyrik adalah saat Perang Badar, saat ia harus memenuhi tugas ke Madinah bersama Sa'id bin Zaid.
Thalhah sempat merasa sedih tidak ambil andil dalam Perang Badar. Namun, Rasulullah mengingatkan Thalhah bahwa pahala yang didapatkannya sama dengan mereka yang berperang, karena ia berdiri di jalan Islam.
Hal ini juga membuatnya menjadi seorang Ahli Badar, di mana ia dianggap hadir dalam perang tersebut meskipun tengah absen untuk memata-matai kekuatan kaum Quraisy.
Advertisement
Luka Parah Saat Perang Uhud
Panggung yang membesarkan namanya adalah ketika Perang Uhud dimulai. Perperangan kejam atas kaum muslimin dan kaum Quraisy tersebut hampir menggores luka parah pada diri Rasulullah.
Formasi kaum muslimin yang tergoncang akibat harta jarahan membuatnya berusaha untuk melindungi Rasulullah dengan segenap kekuatannya yang tersisa. Jaraknya dengan Rasulullah tidaklah begitu jauh, namun untuk menggapai jarak yang dekat, terjangan pedang bertubi-tubi menghantuinya di tengah jalan.
Thalhah bin Ubaidillah melihat luka di pipi Rasulullah. Ia tak kuasa menahan rasa panik yang terlintas dan terus menerus mengayunkan pedangnya, menerjang banyak musuh hingga berhasil menyelamatkan Nabi Muhammad ke tempat yang lebih aman.
Akibatnya, jari-jari tangannya terputus. Ia luka parah Rasulullah SAW memerintahkan agar Thalhah segera mendapat perawatan medis. Abu Bakar yang menolong Thalhah meriwayatkan ada puluhan luka tusukan tombak, sobekan pedang dan tancapan panah.
Dijelaskan secara rinci pada laman Ensiklopedia Muslim dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari (3724 dan 4063). Pada hari itu Thalhah terluka sebanyak 24 luka dan ada pula yang mengatakan sebanyak 75 luka.
Syahid yang Berjalan di Muka Bumi
Atas keridhoannya dalam melindungi Rasulullah dan telah berani mengadang musuh di jalan Allah, Thalhah menjadi satu dari 10 sahabat Nabi Muhammad yang dijanjikan Allah untuk masuk surga setelah Rasulullah menyebut nama Ali bin Abi Thalib sebagai ahli surga sebelum dirinya.
Thalhah syahid pada usia enam puluh tahun dalam berita perang Jamal. Wafatnya terjadi sewaktu pertempuran "Aljamal," Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali bin Abi Thalib dan Ali memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang.
Sebuah panah mengenai betisnya, maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian ia wafat karena lukanya yang cukup dalam.
Rasulullah pernah berkata kepada para sahabat, "Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan di atas Bumi maka lihatlah Thalhah. Hal itu juga dikatakan Allah dalam firman-Nya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang -orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah janjinya." (Al-Ahzaab: 23)
Ada pula sumber lain yang memberikan keterangan bahwa Thalhah wafat pada hari Kamis 10 Jumadil Akhir 36 H. Ada pula yang mengatakan bahwa ada sebatang anak panah dari arah barat yang mencucuk di lehernya. Lalu Thalhah berkata, ”Bismillah, sesungguhnya takdir Allah adalah sesuatu yang telah ditetapkan.”Inilah kisah sahabat Nabi, Thalhah bin Ubaidillah.
Advertisement