Liputan6.com, Denpasar - Lailatul qadar merupakan malam yang sangat agung dan mulia di bulan Ramadan. Jika berbuat baik di malam itu, maka kebaikannya lebih bagus yang dilakukan dalam tempo seribu bulan.
Dengan lailatul qadar, umat Nabi Muhammad SAW dapat menyalip pahala umat-umat terdahulu. Umat terdahulu bisa melaksanakan ibadah hingga seribu tahun. Hal ini karena umurnya yang panjang dibanding dengan umat Nabi Muhammad SAW.
“Umat Nabi Muhammad tidak panjang umur, tapi dengan umur pendek itu Allah beri keutamaan beribadah dengan pahala yang berlipat-lipat di antaranya dengan adanya lailatul qadar ini,” kata pengasuh Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif atau akrab disapa Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Kamis (14/4/2022).
Baca Juga
Advertisement
Ulama sepakat bahwa malam lebih baik dari seribu bulan itu ada di bulan Ramadan. Namun ada perbedaan pendapat terkait waktu lailatul qadar apakah di awal, di tengah, atau di akhir Ramadan.
Mayoritas pendapat ulama menyatakan bahwa malam lailatul qadar ada di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Tepatnya di hari-hari ganjil seperti malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Namun, pendapat Imam Syafi’i malam lailatul qadar jatuh pada tanggal 27 Ramadan.
“Itu adalah pengalaman pribadi atau ijtihad mereka. Tapi yang jelas disepakati oleh ulama bahwa yang benar malam lailatul qadar (waktunya) disembunyikan oleh Allah agar umat berlomba untuk mencarinya. Perindu kemuliaan akan rindu mencarinya,” kata Buya Yahya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Menghidupkan Malam-Malam Ramadan
Seandainya malam lailatul qadar diberi tahu oleh Allah SWT pada 23 Ramadan, maka sebelum dan sesudah tanggal 23 umat Islam tidak ada yang beribadah.
“Sengaja disembunyikan oleh Allah. Karena disembunyikan, mari kita cari di semua tempat-tempat persembunyiannya dan tempat persembunyiannya dibatasi di bulan Ramadan. Artinya siapapun yang berusaha menghidupkan di antara 1 sampai 30 ramadan, dia akan bertemu dengan malam lailatul qadar,” jelas pengasuh Al Bahjah ini.
Buya Yahya mengajak umat Islam menghidupkan malam-malam Ramadan untuk menanti lailatul qadar dengan ibadah. Sebab, beribadah di malam lebih baik daripada seribu bulan.
“Berusahalah semaksimal mungkin untuk mengejar lailatul qadar setiap malam kalau perlu. Nabi menghidupkan malam lailatul qadar dengan melakukan iktikaf. Maka beriktikaflah Anda di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan,” pesan Buya Yahya.
Advertisement