Liputan6.com, Jakarta - Ramadhan menjadi bulan yang spesial dari bulan-bulan lainnya bagi umat Islam. Selain puasa dan sholat tarawih di malam hari, saat Ramadhan juga ada malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, karena di malam itulah turun Al-Qur'an ke dunia. Lalu, kapan sebenarnya malam Lailatul Qadar itu terjadi?
Dikutip dari NU Online, Kamis (14/4/2022), tidak ada yang bisa memastikan kapan persisnya malam Lailatul Qadar tiba. Karena Allah SWT sendiri memang merahasiakannya. Meski begitu, manusia masih bisa memprediksinya melalui pendapat para ulama yang ada. Berikut pendapat Ibnu Hajar Al-Asqalani (1372-1449 M), Salah satu ulama hadits terkemuka dari mazhab Syafi’i, tentang kapan datangnya malam Lailatul Qadar.
Advertisement
Menurut Ibnu Hajar, terkait waktu terjadinya malam Lailatul Qadar, ada banyak sekali pendapat, masing-masing pendapat dengan landasan argumennya. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan ada 45 pendapat soal ketetapan waktu malam Lailatul Qadar. Namun, menurut Ibnu Hajar, dari 45 pendapat itu, yang paling unggul (rajih) adalah pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Jatuhnya di malam berbeda pada tiap tahunnya. Dari tanggal-tanggal ganjil itu, yang paling potensial adalah tanggal 21 dan 23 Ramadhan. Sebagaimana pendapat Imam Syafi’i.
Sementara menurut mayoritas ulama adalah malam tanggal 27 Ramadhan. (Lihat Fathul Bari, juz 5, hal. 569) Berikut dalil-dalil yang mendasari argumen Ibnu Hajar, yang mengatakan malam Lailatul Qadar pada tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan:
وعن عائشة رضي الله عنها، قالت: كَانَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - يُجَاوِرُ في العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ، ويقول: «تَحَرَّوا لَيْلَةَ القَدْرِ في العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضانَ». متفقٌ عَلَيْهِ.
Artinya, “Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: ‘Carilah lailatul qadar itu dalam malam sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.”
(Muttafaq ‘alaih) Dikerucutkan oleh hadits berikut, وعنها رضي الله عنها: أنَّ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ». رواه البخاري.
Artinya, “Dari Aisyah ra pula, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: ‘Carilah lailatul qadar itu dalam malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Atas dasar dua hadits di atas, Ibnu Hajar mengunggulkan pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. Tepatnya pada malam-malam tanggal ganjil. Berikutnya, pendapat yang mengatakan terjadi pada lama ke-23 bulan Ramdhan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pendapat Mayoritas Ulama
Pendapat ini didukung oleh Imam Syafi’i. Dalam satu hadits dijelaskan, salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Unais bertanya perihal malam Lailatul Qadar: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى نَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ الْمُبَارَكَةَ
Artinya, “Wahai Rasulullah, kapankah kami bisa memperoleh malam penuh berkah ini?”
Rasulullah menjawab: الْتَمِسُوهَا هَذِهِ اللَّيْلَةَ )وَقَالَ وَذَلِكَ مَسَاءَ لَيْلَةِ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ
Artinya, “Carilah pada malam ini (malam 23 Ramadhan)” Selanjutnya, pendapat yang mengatakan terjadi pada malam ke-27 bulan Ramdhan.
Ini merupakan pendapat mayoritas ulama. Landasan argumennya berdasarkan atsar Ubay bin Ka’ab berikut:
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ: (وَاللَّهِ إِنِّي لأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِي هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا، هِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
Artinya, “Dari Ubay bin Ka’ab: ‘Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah saw memerintahkan kami untuk menegakkan salat padanya, yaitu malam ke-27." (HR. Muslim)
Sementara pendapat yang mengatakan tidak menentu, dalam artian berpindah-pindah setiap tahunnya, bukan hanya tanggal 23 atau 27 saja, berdasarkan banyak riwayat.
Di mana setiap riwayatnya ada yang mengatakan tanggal 21, 23, 27, dan 29. Terlalu panjang jika penulis sebutkan satu persatu dalilnya. Lalu, apa hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar ini? Masih menurut Ibnu Hajar.
Dalam Fathul Bari-nya, ia menjelaskan, bahwa hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya umat Islam bersungguh-sungguh dalam berusaha memperolehnya dengan kesungguhan ibadah. Berbeda jika ditentukan pada tanggal sekian, khawatir kesungguhan ibadahnya hanya malam itu saja. (Lihat Fathul Bari, juz 5, hal. 155)
Advertisement
Tanda Lailatul Qadar
Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Pringsewu KH Ridwan Syuaib pernah menyampaikan tentang tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar. Berdasarkan beberapa hadis yang termaktub pada Kitab Irsyadul Ibad, pada 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan Nabi Muhammad meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya bersama keluarganya.
"Nabi selalu beribadah dengan sungguh-sungguh di 10 hari terakhir dan mengamalkan ibadah yang tidak dilakukan beliau pada bulan lainnya," terangnya.
Lebih lanjut Ridwan menjelaskan, beberapa tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar yang salah satunya adalah turun di malam-malam ganjil pada 10 malam terakhir ramadhan.
"Rasul juga memberitahukan bahwa pada ciri lain Lailatu Qadar di antaranya suasana malam yang terang, cerah, tidak panas dan tidak dingin, tidak ada mendung, tidak hujan dan berangin dan tidak ada bintang berjalan," katanya. Sementara pada siang harinya, suasana cerah dan matahari bersinar namun tidak terasa panas.