Liputan6.com, Jakarta Invasi ke Ukraina ikut berdampak kepada perekonomian Rusia. Sejumlah pabrik yang semula berbasis di negara itu satu per satu mulai angkat kaki.
Melansir New York Post, Nokia baru-baru ini memutuskan pergi dari Rusia. Nokia menyusul rivalnya, Ericsson yang lebih dahulu hengkang pada Senin awal pekan lalu.
Advertisement
Perginya Nokia dan Ericsson serta sejumlah perusahaan asing bukan tanpa alasan. Akibat invasinya ke Ukraina, Rusia berada dalam sanksi negara-negara Barat.
Diketahui, beberapa sektor, termasuk telekomunikasi, memang bebas dari sanksi atas dasar kemanusiaan. Meski begitu, Nokia menyebut bahwa keputusan keluar dari Rusia adalah satu-satunya pilihan mereka.
"Kami hanya tidak melihat kemungkinan untuk melanjutkannya di negara itu dalam keadaan saat ini,” kata CEO Nokia Pekka Lundmark, dalam wawancaranya dengan Reuters.
Nokia sendiri belum memastikan hingga kapan mereka akang pergi dari Rusia. Akan tetapi, Lundmark menegaskan, Nokia akan terus mendukung pelanggannya meski mereka sudah angkat kaki.
Prioritaskan Keselamatan
Lebih lanjut, Nokia juga menegaskan selalu memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan karyawannya. Diperkirakan, ada sekitar dua ribu pekerja yang akan terdampak dari hengkangnya Nokia.
Namun Nokia akan coba menawari pekerjaan kepada beberapa dari para pekerja pekerjaan di negara lain.
"Kami sekarang dapat mengumumkan bahwa kami akan keluar dari pasar Rusia. Selama proses ini, prioritas kami adalah keselamatan dan kesejahteraan karyawan kami," tulis perusahaan asal Finlandia tersebut.
Advertisement
Batal Patungan
Lundmark mengatakan, Nokia tidak akan mengimplementasikan rencana yang diumumkan pada November lalu, untuk mendirikan usaha patungan dengan YADRO Rusia, dalam membangun stasiun pangkalan telekomunikasi 4G dan 5G.
"Banyak yang harus diubah sebelum memungkinkan untuk mempertimbangkan kembali melakukan bisnis di negara ini," pungkas Lundmark.