Liputan6.com, Jakarta Indonesia Investment Authority (INA) menandatangani perjanjian induk dengan PT Hutama Karya (Persero) untuk investasi ruas Tol Trans Sumatera, serta konfirmasi dimulainya transaksi bersama PT Waskita Toll Road di Jakarta, Kamis (14/4/2022).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang turut hadir pada kesempatan tersebut berharap, kerjasama pembiayaan senilai Rp 39 triliun ini dapat memberikan kepercayaan kepada investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Advertisement
"Sudah ditandatangani, nilainya kurang lebih Rp 39 triliun lebih. Ini akan memberikan efek kepercayaan (trust) dari domestik maupun dari internasional terhadap cara-cara pengelolaan keuangan kita," ujar Jokowi dalam acara dalam Penandatanganan Perjanjian Induk antara INA dengan Hutama Karya-Waskita Karya.
Pada saat bersamaan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, kerjasama antara INA dan Hutama Karya berlaku untuk investasi di tiga ruas Tol Trans Sumatera.
Antara lain, ruas Medan-Binjai sepanjang 17 km, Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 141 km, dan Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung sepanjang 189 km.
Sementara untuk perjanjian INA dengan Waskita Karya berlaku pada dua ruas Tol Trans Jawa, yaitu Kanci-Pejagan sepanjang 35 km, dan Pejagan-Pemalang sepanjang 58 km.
"Transaksi ini adalah transaksi investasi jangka panjang yang aman dan memberikan pendapatan stabil bagi INA, yang dimiliki oleh pemerintah secara mayoritas atau keseluruhan," kata Sri Mulyani.
Bendahara Negara berpendapat, transaksi ini juga bakal memberikan dana segar baru bagi PT Hutama Karya dan Waskita Karya, yang dalam hal ini diwakilkan perusahaan anak Waskita Toll Road.
"Karena mereka masih terus diberikan misi untuk melanjutkan pembangunan Tol Trans Sumatera yang saat ini telah rampung 6 ruas sepanjang 531 km, dengan total target 24 ruas sepanjang 2.800 km," tuturnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Teken Kerangka Investasi Rp 143 T, Abu Dhabi Growth Fund Jadi Investor Terbesar INA?
Abu Dhabi Growth Fund (ADG) yang didirikan oleh ADQ telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerja Investasi dengan Indonesia Investment Authority (INA) untuk mendukung investasi Uni Emirat Arab (UEA) senilai USD 10 miliar, atau setara Rp 143 triliun (kurs Rp 14.300 per dolar AS) yang diumumkan awal 2021 ini.
Kemitraan ini akan menjadi landasan bagi ADG dan INA untuk bekerjasama melalui pendekatan yang tangkas di berbagai bentuk investasi keuangan berimbal hasil tinggi, baik strategi ekuitas likuid maupun non-likuid.
Menurut informasi resmi yang disiarkan INA, Senin (8/11/2021), perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak tersebut bertujuan untuk menempatkan modal di berbagai instrumen keuangan.
Penandatanganan Perjanjian dilakukan oleh CEO Abu Dhabi Growth Fund, Khalifa Sultan Al Suwaidi Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah dalam sebuah upacara di Dubai, Uni Emirat Arab.
INA mengklaim, Uni Emirat Arab akan menjadi investor jangkar terbesar pasca pengumuman suntikan dana USD 10 miliar atas arahan Putra Mahkota UEA, Mohammed bin Zayed al-Nahyan pada Maret 2021 lalu.
Kerangka kerjasama ini akan memperkuat hubungan diplomatik UEA dan Indonesia yang telah dimulai sejak 1976, diperkuat dalam beberapa tahun terakhir dengan meningkatnya arus perdagangan.
Sepanjang tahun ini, serangkaian kesepakatan kerja sama telah dibuat antara UEA dan Indonesia di sektor-sektor strategis, seperti infrastruktur, pariwisata, dan pertanian.
Pada September 2021, kedua negara juga bersama-sama menyusun Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Emirat Arab (IUAE CEPA) yang diproyeksikan mampu meningkatkan hubungan perdagangan, serta memperluas peluang ekonomi dan investasi.
Advertisement
Ingin Kembangkan Pertamina International Shipping, Erick Thohir Colek INA
Industri pengapalan dunia masih memiliki peluang yang sangat besar. Hal ini juga dipandang menarik oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Ia pun ingin mengembangkan cakupan Pertamina International Shipping. Caranya melalui Indonesia Investment Authority (INA).
"Kami akan coba mendorong Indonesia Investment Authority (INA) untuk melihat dari pada Pertamina International Shipping supaya dikembangkan, karena kalau kita lihat industri shipping dunia ini sekarang mulai berubah," katanya saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (25/1/2022).
Salah satu upayanya, kata dia, dengan memperkuat pelabuhan-pelabuhan di dalam negeri. Hal yang diakuinya telah dibahas bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
"Salah satunya yang kemarin kami bahas dengan Menhub juga bagaimana kita memperkuat port-port yang ada di Indonesia atau pelabuhan yang ada di Indonesia yang selama ini belum terintegrasi satu sama lain, masih sendiri-sendiri. Istilahnya juga saya baru belajar, katanya capotads itu," katanya.
Ia menyebut, misalnya pengiriman dari pelabuhan satu ke pelabuhan lainnya memiliki ketentuan tersendiri. Sehingga, hal ini dikhawatirkan membuat biaya logistik membengkak.
"Jadi (misalnya) mengirim dari titik Surabaya ke titik di Medan itu ada aturan besar, ini justru yang akhirnya sama kalau kita bicara pembukaan daripada airport kita yang dijadikan semua internasional," terangnya.
"yang dijadikan Open Sky Policy itu nyambung dengan industri pariwisata kita yang lebih banyak orang kita wisata di luar negeri dibandingkan di dalam negeri," imbuh dia.
Integrasi
Selain itu, wisatawan luar negeri misalnya yang masuk ke Indonesia hanya terpusat di titik-titik tertentu. Karena belum terintegrasinya kota-kota wisata.
"akhirnya dia tidak terintegrasi dengan kota-kota lain, dia hanya fokus ke beberapa titik besar seperti Bali, Labuan Bajo dan lain-lain. Tidak traveling ke kota-kota lain di Indonesia," katanya.
Mengaca dari situ, Menteri Erick ingin melakukan integrasi di sektor pengapalan. Tujuannya memungkinkan perkembangan ke arah yang lebih baik.
"Nah justru sistem ini yang kita sedang lihat bila memungkinkan kita ada perubahan dari shipping industri di indonesia, makanya kita coba ajak perbaiki dari industri shipping ini supaya lebih baik dan bersaing dengan industri shipping luar negeri yang selama ini kita cost structure daripada logistiknya ini sangat mahal," katanya.
Advertisement