Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, Indonesia masih memiliki peluang investasi yang sangat besar pada kegiatan hulu migas. Pasalnya, terdapat 128 basin yang sangat potensial untuk dieksplorasi.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan, sebanyak 20 basin diantaranya sudah beroperasi, 19 sudah dibor dan ditemukan hidrokarbon, serta 68 basin masih belum dibor.
Advertisement
"Jadi parameter investasinya terutama actractive plant-nya masih oke, Inilah tantangan industri migas ke depan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (14/4/2022).
Menurutnya, dengan banyaknya basin yang belum digarap memerlukan usaha sangat besar untuk mengkonversi sumber daya jadi cadangan.
"Ini sangat menantang sekali migas Indonesia dari barat ke timur dari offshore maupun onshore. Ada basin yang sudah dibor dan ditemukan hidrokarbon tapi belum dikomersialkan, ada undevelope discovery yang harus kita kerjakansamakan bersama investor dan pemerintah," lanjutnya.
Julius memprediksi industri migas akan terus tumbuh hingga 2030 -2050. Sehingga diharapkan kegiatan produksi dan pasokan juga akan mengalami kenaikan, meski diperkirakan gas akan mengalami produksi yang lebih tinggi sebagai alternatif energi transisi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga minyak Dunia
Sementara itu, Ali Nasir dari Indonesian Petroleum Association (IPA) menilai, tingginya harga minyak dunia saat ini membawa dampak positif bagi Indonesia karena akan menarik investasi di industri hulu migas.
"Namun ada tidak bagusnya juga kerena akan menimbulkan gap yang besar antara produksi dan konsumsi. Tercatat kita harus impor 700 ribu barel perhari untuk menutup kebutuhan energi tanah air yang tentunya akan menguras cadangan devisa kita," ujar Ali Nasir.
Menurutnya, tantangan industri migas kedepan akan semakin besar karena kurang atraktifnya pemerintah, mulai beralihnya investasi migas ke industri terbarukan atau renewable energy dan semakin ketatnya perbankan dalam memberikan pinjaman untuk kegiatan industri hulu migas.
Lebih lanjut ia memaparkan, ada 3 kriteria dalam investasi dalam industri hulu migas diantaranya prospecivity, fiscal term dan legal stability.
"Prospecivity atau geologi adalah given dari tuhan, kita tidak bisa berbuat banyak, tapi kita bisa memaksimalkan fiscal term dan legal stability karena merupakan buatan manusia yaitu DPR dan pemerintah," tandasnya.
Advertisement
Kuota BBM Subsidi Diprediksi Habis Oktober 2022
Kuota bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite, Solar, dan minyak tanah akan habis pada Oktober 2022. Habisnya kuota BBM subsidi tersebut berdasarkan proyeksi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, dalam hitungan kementerian, konsumsi Solar akan tumbuh 10 persen dan konsumsi Pertalite tumbuh 14 persen pada kuartal I 2022. Sedangkan konsumsi minyak tanah diprediksi tumbuh 10,09 persen pada kuartal IV 2022.
"Dasar inilah yang kami pakai untuk bisa ekstrapolasi ke akhir tahun, karena akhir tahun ini diperkirakan di Oktober alokasi kuota sudah habis kalau tidak melakukan penambahan," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu (13/4/2022).
Pemerintah lantas menyampaikan usulan penambahan kuota BBM subsidi tersebut kepada legislator untuk mengantisipasi kondisi tersebut.
Arifin menjelaskan, bahwa usulan penambahan kuota Pertalite sebanyak 5,45 juta kiloliter, tambahan minyak solar sebesar 2,28 juta kiloliter, dan tambahan minyak tanah sebesar 0,10 juta kiloliter.
Menurutnya, usulan penambahan volume kuota Pertalite dan Solar memperhatikan pemulihan ekonomi yang lebih cepat pasca pandemi dan melebarnya disparitas harga antara BBM subsidi dengan BBM nonsubsidi.
Kuota di APBN 2022
Pada APBN 2022, volume kuota Pertalite sebanyak 23,05 juta kiloliter dengan angka realisasi 6,48 juta kiloliter sampai dengan 2 April 2022, sehingga menyisakan kuota Pertalite sebanyak 16,57 juta kiloliter.
Sedangkan volume kuota Solar subsidi sebanyak 15,10 juta kiloliter dengan realisasi penyaluran mencapai 4,08 juta kiloliter dan menyisakan kuota sebanyak 11,02 juta kiloliter. Adapun volume kuota minyak tanah 0,48 juta kiloliter dengan realisasi 0,12 juta kiloliter dan hanya menyisakan 0,36 juta juta kiloliter.
Dalam rapat itu, Komisi VII DPR RI menyatakan dukungan mereka dan sepakat dengan usulan pemerintah untuk menambah kuota BBM subsidi dengan rincian masing-masing Pertalite 5,4 juta kiloliter menjadi 28,50 juta kiloliter, solar 2,29 juta kiloliter menjadi 17,39 juta kiloliter, dan minyak tanah 0,10 juta kiloliter menjadi 0,58 juta kiloliter.
Advertisement