Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk tes Covid-19 pertama yang dapat mendeteksi virus Corona dalam sampel napas, dalam beberapa menit dan dengan tingkat akurasi yang tinggi, kata badan tersebut Kamis (14/4/22).
"Otorisasi hari ini adalah contoh lain dari inovasi cepat yang terjadi dengan tes diagnostik untuk Covid-19," Jeff Shuren, direktur Pusat Perangkat dan Kesehatan Radiologi FDA mengatakan dalam sebuah pernyataan dilansir dari NY Times.
Baca Juga
Advertisement
Alat tes Covid-19 Breathalyzer, yang seukuran barang bawaan, dapat memberikan hasil dalam waktu kurang dari tiga menit dan bisa digunakan di kantor dokter, rumah sakit, dan tempat pengujian seluler oleh operator terlatih. Satu mesin dapat menganalisis sekitar 160 sampel per hari.
Yvonne Maldonado, spesialis penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford yang mengerjakan tes Breathalyzer lainnya, mengatakan bahwa memiliki lebih banyak pilihan untuk menguji hanya akan membantu transisi ke fase endemik pandemi.
“Jika Anda memikirkan kembali dari PCR asli, itu sangat mengerikan,” kata Ms. Maldonado. "Mereka sangat tidak nyaman dan sepertinya bertahan selamanya semakin mudah kita membuatnya, semakin baik kita," tambahnya.
Perangkat itu diuji dalam sebuah penelitian yang melibatkan 2.409 orang, baik dengan atau maupun tanpa gejala virus. Dalam studi tersebut, tes tersebut mengidentifikasi 91 persen sampel positif dengan benar dan 99 persen sampel negatif dengan benar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menggunakan Sampel Napas
Tes Breathalyzer menggunakan teknik yang disebut kromatografi gas spektrometri massa gas, yang memisahkan dan mengidentifikasi campuran kimia untuk mendeteksi lima senyawa yang terkait dengan virus Corona dalam napas yang dihembuskan. Jika tes kembali positif pada Breathalyzer, itu harus dikonfirmasi dengan tes molekuler, seperti PCR tes laboratorium.
FDA memperingatkan bahwa tes negatif harus dipertimbangkan dalam konteks paparan pasien baru-baru ini, riwayat dan adanya tanda dan gejala klinis yang konsisten dengan Covid-19 karena tidak sepenuhnya mengesampingkan infeksi, dan mencatat bahwa perangkat tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk keputusan pengobatan atau manajemen pasien, termasuk keputusan pengendalian infeksi.
InspectIR, perusahaan yang memproduksi breathalyzer, berharap dapat memproduksi sekitar 100 mesin per minggu.
Advertisement
Gonta-ganti Kebijakan Selama Pandemi Bikin GeNose C19 Jadi 'Pengangguran'
Munculnya kebijakan baru dalam persyaratan pelaku perjalanan yakni negatif antigen atau PCR, membuat alat GeNose C19 tak lagi digunakan alias menganggur.
Padahal, sebelumnya alat GeNose C19 telah diterapkan di bandara, pelabuhan, maupun penyeberangan feri di Balikpapan. Harga yang murah membuat GeNose C19 menjadi pilihan bagi para calon penumpang dibandingkan harus memilih antigen ataupun PCR. Bagaimana tidak, untuk biaya pemeriksaan GeNose C19 hanya mengeluarkan biaya Rp 40 ribu.
Namun, kini alat tersebut tak lagi digunakan. Kebijakan baru sejak munculnya aturan PPKM Darurat hingga kini berubah nama menjadi PPKM Level IV, membuat GeNose C19 tidak masuk dalam persyaratan.
"Sementara ini tidak ada GeNose, alatnya mungkin disimpan penyelenggara," ujar Retnowati, Humas Bandara SAMS Sepinggan, Balikpapan.
Retno sendiri mengaku belum mengetahui nasib dari alat GeNose C19 tersebut. Pihaknya hanya menunggu arahan dari pemerintah pusat apakah dapat digunakan lagi ke depannya atau tidak.
"Kalau lihat kondisi sekarang sepertinya tidak ada lagi. Tapi kalau ke depannya ada kebijakan untuk digunakan lagi ya kita ikut aturannya saja," tuturnya.
Hal yang sama dialami di Pelabuhan Semayang. Dua alat GeNose C19 juga menganggur lantaran kebijakan saat ini mewajibkan penumpang menyertakan hasil negatif antigen serta surat vaksin.
"Kalau GeNose C19 untuk sementara tidak difungsikan lagi. Sekarang kita mengikut ke imbauan pemerintah untuk gunakan PCR," ungkap Fanny Herling, Manager Pelayanan Barang dan Aneka Usaha Pelindo IV Balikpapan.
Diketahui sebelumnya investasi alat GeNose C19 di Pelabuhan Semayang sebesar Rp 150 juta per unitnya. Kini, dua unit GeNose C19 tersebut menganggur dan tak lagi digunakan.