BAKTI Operasikan 1.900 BTS 4G dari Target 4.200 Lokasi di 2022

BAKTI menyebut telah mengoperasikan 1.900 BTS 4G dari target 4.200 lokasi di tahun 2022.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 15 Apr 2022, 17:28 WIB
Ilustrasi BTS 4G (Foto: Telkomsel)

Liputan6.com, Jakarta - BAKTI Kemkominfo melaksanakan pembangunan jaringan Base Tranceiver Station (BTS) di seluruh Indonesia guna memeratakan sinyal 4G, hingga daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal).

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kemkominfo Anang Latif mengatakan, pembangunan BTS adalah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif.

Ia menyampaikan progress pembangunan BTS di tahun 2022 ini. Menurutnya, dari target 4.200 lokasi BTS, ada 1.900 BTS yang telah beroperasi.

"Rata-rata, progres pembangunan BTS 4G Fase 1 adalah 86 persen, di mana 1.900 lokasi telah on air dari target 4.200 lokasi pada tahun 2022," kata Anang, seperti dikutip dari keterangan resmi BAKTI, Jumat (15/4/2022).

Sementara, menurutnya, pembangunan BTS 4G tahap 2 di 3.704 lokasi dilakukan bertahap sesuai ketersediaan anggaran.

Anang mengatakan, anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan BTS 4G di 2022 adalah untuk membangun 2.300 BTS.

Menurutnya, pembangunan BTS 4G selain dari Universal Service Obligation (USO) juga didukung alokasi APBN, sesuai dengan kemampuan fiskal pemerintah.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Bangun 4.200 BTS Butuh Rp 11 Triliun

Salah satu BTS BAKTI yang dibangun dari dana universal service obligation (USO) di Desa Waringin, Kab Pulau Morotai (Liputan6.com/ Agustin Setyo W).

Anang merinci, pembangunan 4.200 BTS 4G butuh sekitar Rp 11 triliun. Di mana, komponen terbesar adalah untuk biaya logistik material.

Apalagi banyak lokasi pembangunan di daerah 3T yang belum didukung infrastruktur fisik seperti jalan. Itu sebabnya, logistik dikirimkan menggunakan helikopter.

Anang juga mengapresiasi dukungan operator yang kini telah menyediakan sinyal di wilayah 3T. Menurutnya, operator seluler dan vendor mendukung program penyediaan sinyal di wilayah 3T.

"Kini masyarakat di sejumlah wilayah 3T sudah mulai memanfaatkan jaringan BTS yang telah dibangun BAKTI. Pembayaran kepada vendor tidak mengalami kendala karena anggaran tersedia dan termin pembayaran progress diatur dalam kontrak," katanya.


Proses Pembangunan BTS 4G hingga On Air

Ilustrasi: BTS 4G (Sumber: XL Axiata)

Lebih lanjut dalam paparannya, BAKTI menjelaskan proses pembangunan BTS dimulai dari survei hingga akhirnya bisa on air atau berfungsi.

Tahap pertama yang dilakukan BAKTI sebelum membangun BTS adalah site survei. Tahap ini adalah pelaksanaan survei di lokasi pembangunan BTS.

Kedua, Ready for Construction, yakni tahap lokasi pembangunan BTS sudah siap dan kegiatan konstruksi siap dimulai.

Ketiga ada tahap Material on Area. Di sini merupakan tahap material dan perangkat sudah ada di area di lokasi pembangunan BTS.

Lalu keempat adalah Material on Site, yakni tahap material dan perangkat sudah berada di lokasi pembangunan BTS.

Kelima adalah Ready for Service, yakni seluruh material dan perangkat BTS telah selesai diinstalasi dan siap untuk diintegrasikan dengan jaringan milik operator telekomunikasi.

Keenam adalah tahap on air, yakni BTS telah beroperasi alias on air memberikan layanan. BAKTI menjelaskan, ke-4200 site BTS yang ditargetkan rata-rata progress-nya sudah mencapai 86 persen.


Kendala BAKTI Bangun BTS 4G di 3T

Direktur Utama BAKTI Kominfo, Anang Latif. Dok: Kominfo

Menurut Anang Latif, pembangunan infrastruktur digital di wilayah 3T bukan hal yang mudah. Tantangan kondisi geografis alam, persoalan logistik, transportasi, dan ketersediaan SDM menjadi kendala tersendiri.

BAKTI Kominfo membangun BTS 4G di wilayah 3T yang sangat sulit dijangkau. Bahkan, banyak desa yang belum memiliki infrastruktur jalan yang layak dan aliran listrik.

"Sehingga pengiriman material ke lokasi BTS 4G banyak dilakukan dengan berjalan kaki dan menggunakan gerobak atau menggunakan perahu-perahu tradisional untuk menyeberangi lautan atau sungai-sungai," ucapnya.

Menurut Dirut BAKTI Kominfo, di wilayah pegunungan Papua memerlukan transportasi udara untuk sarana pengangkutan material dan peralatan.

"Ketersediaan transportasi tidak sebanding antara jumlah material dan selama pandemi Covid-19, pembatasan mobilitas orang dan barang juga memengaruhi kegiatan supply chain pembangunan BTS," ujar Anang Latif.

 (Tin/Isk)

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya