Liputan6.com, Jakarta - Pangeran Arab Saudi Al Waleed bin Talal Al Saud, miliarder yang juga salah satu pemegang saham terbesar Twitter, menyatakan menolak tawaran tunai senilai lebih dari USD 41 miliar (Rp 589 triliun) dari Elon Musk untuk membeli perusahaan tersebut.
"Saya tidak percaya tawaran yang diajukan @elonmusk ($54,20) mendekati nilai intrinsik @Twitter mengingat prospek pertumbuhannya," kata Al Waleed melalui cuitannya di Twitter Kamis pekan ini.
Advertisement
"Menjadi salah satu pemegang saham Twitter terbesar dan jangka panjang, @Kingdom_KHC dan saya menolak tawaran ini," ujarnya seperti mengutip New York Post, Sabtu (16/4/2022).
Beberapa jam kemudian, Elon Musk merespon pernyataan Al Waleed, dengan menyinggung kebebasan berbicara dan hak asasi manusia di Arab Saudi yang selama ini kerap dikritik oleh berbagai pihak.
"Menarik. Hanya ada dua pertanyaan, jika saya diizinkan," kata bos Tesla itu melalui akun Twitter-nya, membalas cuitan Pangeran Al Saud.
"Berapa banyak Twitter yang dimiliki Kerajaan, secara langsung & tidak langsung? Apa pandangan Kerajaan tentang kebebasan berbicara jurnalistik?" kata Elon Musk.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sederet Bisnis Pangeran Saudi
Pangeran Alwaleed bin Talal Al Saud memimpin Kingdom Holding Company, perusahaan yang berbasis di Riyadh dan pertama kali membeli saham Twitter pada 2011, sebelum penawaran umum perdana perusahaan itu di tahun 2013.
KHC juga menjadi pemegang saham besar di berbagai bisnis termasuk jaringan hotel Four Seasons, Uber, Lyft, dan Citigroup.
Sebelumnya, Bos Tesla dan SpaceX, Elon Musk, menawarkan diri untuk membeli Twitter dengan harga USD 41 miliar (setara Rp 588,6 triliun) tunai. Demikiran dikutip dari Reuters, Kamis (14/4/2022).
Elon Musk menyebut, perusahaan media sosial yang sering dikritik itu perlu menjadi perusahaan privat agar bisa terjadi perubahan yang efektif.
Sekadar informasi, dalam pengajuan Kamis lalu, Elon Musk berniat untuk membeli Twitter sebesar USD 54,20 (Rp 778,3 ribu) per lembar sahamnya.
Elon Musk belum lama ini telah menguasai 9,2 persen saham Twitter yang ia beli senilai Rp 43 triliun. Kepemilikan saham tersebut membuat Elon Musk jadi pemilik saham Twitter mayoritas.
Advertisement
Elon Musk Tolak Jadi Dewan Direksi Twitter
Sebelumnya, orang terkaya di dunia ini menolak tawaran untuk bergabung di dewan direksi Twitter, usai mengungkap kepemilikan sahamnya di perusahaan.
Para analis menilai, keengganan Elon Musk untuk gabung di dewan direksi Twitter mengisyaratkan niatnya untuk mengambil alih Twitter sepenunhnya.
Pasalnya, menurut aturan, kursi dewan akan membatasi kepemilikan seseorang atas Twitter dengan nilai saham maksimal 15 persen.
"Sejak melakukan investasi, saya kini sadar perusahaan tidak akan berkembang atau melayani keharusan sosial dalam bentuknya yang sekarang," tutur Elon Musk dalam sebuah surat kepada Chairman Twitter, Bret Taylor.
Menurut Musk, Twitter perlu diubah sebagai perusahaan swasta. Ia lalu mengatakan kepada Taylor, tawarannya adalah yang penawaran yang terbaik.
"Tawaran saya adalah yang terbaik dan yang terakhir. Jika tidak diterima, saya perlu mempertimbangkan kembali posisi saya sebagai pemegang saham," kata Elon Musk.
Sumber Reuters mengatakan, Twitter disebut-sebut akan meninjau tawaran Elon Musk dengan saran dari Goldman Sachs & Co dan Wilson Sonsini Goodrich & Rosati.
Elon Musk Kritik Twitter
Sementara itu, nilai saham Twitter belum lama ini melonjak 12 persen dalam perdagangan. Padahal, nilai saham Tesla justru sedang turun sekitar 1 persen. Menurut Refinitiv, nilai total tawaran Musk itu dihitung berdasarkan 763,58 juta lembar saham yang beredar.
Terlepas dari tawaran tersebut, Elon Musk yang menganggap dirinya sebagai pendukung kebebasan berbicara sebelumnya mengkritik Twitter.
Belum lama ini, Bos SpaceX ini juga mengadakan polling di Twitter, menanyakan ke followers apakah Twitter sudah mematuhi prinsip kebebasan berpendapat.
Sekadar informasi, Elon Musk kini punya lebih dari 80 juta pengikut sejak bergabung dengan Twitter tahun 2009 silam. Elon Musk menggunakan Twitter untuk membuat sejumlah pengumuman terkait langkah bisnisnya.
Sebelumnya Elon Musk juga digugat mantan pemegang saham Twitter yang mengklaim, mereka melewatkan kenaikan harga saham baru-baru ini, karena Elon Musk menunda pengungkapan kepemilikan sahamnya.
Laporan Twitter sendiri mengungkap, penambahan jumlah pengguna Twitter lebih rendah dibandingkan perkiraan selama beberapa bulan terakhir. Ketidakmampuan Twitter mencapai target ini menimbulkan keraguan tentang prospek pertumbuhannya.
Padahal, di sisi lain, Twitter juga tengah mengerjakan proyek-proyek besar seperti ruang obrolan audio Spaces dan buletin untuk mengakhiri stagnasi perusahaan yang berjalan lama.
(Dio/Ysl)
Advertisement