Mengenal Ecosia, Search Engine yang Sumbang Pendapatannya untuk Menanam Pohon

Search engine Ecosia juga mengungkapkan bahwa operasional mesin pencari mereka menggunakan panel surya yang terbarukan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Apr 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi pohon (Gambar oleh Peter H dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Search engine Ecosia tengah banyak dicari oleh pengguna Google di Indonesia. Mesin pencari asal Jerman ini mengklaim, mereka mendonasikan pendapatannya untuk menanam pohon.

Data dari Google Trending Searches, hingga artikel ini ditulis, terdapat lebih dari 200 ribu pencarian soal Ecosia.

Mengutip informasi di laman ecosia.org, Sabtu (16/4/2022), Ecosia didirikan tahun 2009 oleh Christian Kroll setelah perjalanannya ke penjuru dunia membantunya memahami masalah deforestasi.

Di 2014, Ecosia menjadi perusahaan Jerman pertama yang menjadi B Corporation dan di bulan Juni 2019, perusahaan menyatakan sebanyak 60 juta pohon sudah mereka tanam.

Ecosia juga mengatakan, mereka sudah melakukan penanaman di lebih dari 30 negara di antaranya Brasil, Burkina Faso, dan Indonesia, serta telah menggandeng organisasi-organisasi lokal.

Untuk operasional mesin pencarinya, Ecosia menyatakan ditenagai oleh "200 persen" energi terbarukan.

"Panel surya kami memproduksi jumlah energi yang dibutuhkan untuk jadi tenaga seluruh pencarian yang terbarukan," tulis search engine nirlaba tersebut.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tertarik pada Pohon, Bukan Data

Tampilan laman search engine Ecosia (Screenshot Ecosia.org)

Ecosia juga mengklaim bahwa mereka mengutamakan privasi dengan membuat anonim pencarian yang dilakukan pengguna, serta tidak membuat profil berdasarkan diri pengguna.

"Kami tertarik pada pepohonan, bukan data Anda," tulis perusahaan di laman resminya.

Perusahaan juga menjelaskan, apabila seseorang melakukan pencarian dengan Ecosia, lalu iklan dalam proses tersebut menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, maka pendapatan itu akan digunakan untuk menanam pohon.

"Kami menggunakan keuntungan yang kami dapat dari pencarian Anda untuk penanaman pohon di mana mereka sangat membutuhkannya," tulis Ecosia.

Selain itu, Ecosia juga menyedian browser extension secara gratis, yang bisa dipasang di aplikasi Google Chrome.

Bicara soal privasi, browser yang mengklaim mengutamakan privasi, DuckDuckGo, meluncurkan aplikasinya di Mac dalam versi public beta. Meski begitu, pengguna harus menunggu dalam daftar tunggu jika ingin menjajalnya.


Aplikasi DuckDuckGo Hadir di Mac

Mesin pencari DuckDuckGo. (Foto: DuckDuckGo)

Mengutip 9to5Mac, Kamis (14/4/2022), browser DuckDuckGo menggunakan perlindungan privasi bawaan seperti private search, tracker blocking, enkripsi situs web, dan perlindungan email.

Melalui pengumuman di laman resminya, browser besutan Gabriel Weinberg itu mengatakan, aplikasinya sudah diunduh lebih dari 150 juta kali sejak diluncurkan tahun 2018.

Perusahaan juga mengatakan, mereka mendengar respon pengguna yang menginginkan pengalaman 'privasi, disederhanakan' yang sama di desktop dan laptop.

"Jadi hari ini kami bersemangat untuk mengumumkan peluncuran beta dari DuckDuckGo untuk Mac, dengan DuckDuckGo untuk Windows akan segera hadir," tulis perusahaan.

Setidaknya ada tiga fitur yang ditawarkan aplikasi DuckDuckGo untuk para pengguna Mac. Pertama, DuckDuckGo untuk Mac bakal memberikan penggunanya privasi secara otomatis alias default, secara built-in.


Browser yang Lebih Cepat Daripada Chrome

Aplikasi DuckDuckGo untuk Mac (Dok. DuckDuckGo)

Peramban diklaim memiliki pemblokir pelacak yang kuat, perlindungan pop-up cookie baru di sekitar 50 persen situs web, Fire Button (sekali klik pembersihan data), perlindungan email, dan lain-lain.

DuckDuckGo juga menjanjikan peramban yang cepat, dengan menggunakan mesin rendering situs web bawaan komputer, yang sama dengan yang digunakan Safar, dan dengan memblokir pelacak sebelum dimuat.

Perusahaan mengatakan, browser mereka lebih cepat daripada Chrome pada beberapa kinerja grafis, di mana ukuran ini diukur dengan benchmark Motion Mark 1.2.

Selain itu, dengan dengan memblokir pelacak, DuckDuckGo diklaim menggunakan data sekitar 60 persen lebih sedikit daripada Chrome.

Terdapat juga Smarter Encryption yang built-in, untuk memastikan navigasi pengguna ke versi situs web terenkripsi (HTTPS) akan lebih sering. Pemblokiran pelacaknya membuat lebih sedikit paparan skrip pihak ketiga yang dapat mencoba mengakses data pengguna.

"Dan kami mendesain produk kami sehingga data dalam aplikasi seperti riwayat, bookmark, dan password, secara default hanya tersimpan secara lokal di perangkat Anda dan tidak bisa diakses oleh DuckDuckGo," tulis perusahaan. 

(Dio/Ysl)

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya