Berencana Tak Sahur? Dokter Paparkan Risiko Membiarkan Perut Kosong Lebih dari 20 Jam

Sahur menjadi aktivitas penting saat berpuasa agar tetap sehat. Jadi, jangan sampai melewatkan sahur ya.

oleh Diviya Agatha diperbarui 16 Apr 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi Makan Sahur Credit: pexels.com/Allen

Liputan6.com, Jakarta Melewatkan sahur ketika berpuasa di bulan Ramadhan terjadi pada beberapa orang. Mungkin karena malas bangun terlalu pagi atau memang ketiduran. Padahal, dengan melewatkan sahur, puasa akan berjalan dengan lebih lama.

Terkait hal tersebut, ahli gizi masyarakat, Dr dr Tan Shot Yen mengungkapkan bahwa ketika orang tidak sahur atau melewatkan sahur, maka asupan kalorinya akan menjadi begitu kecil.

"Enggak sahur nih, baru makan lagi jam enam sore. Anda puasa 22 jam. Itu setengah mati perut enggak dapat makanan," ujar Tan dalam live streaming bersama Kementerian Kesehatan ditulis Sabtu, (16/4/2022).

Dalam kondisi tersebut, tubuh bisa masuk dalam masalah metabolisme glukoneogenesis dimana tubuh akan membutuhkan atau craving untuk gula darah.

Gula darah sendiri dapat diperoleh dari makanan pokok yang mengandung karbohidrat. Seperti nasi putih, nasi merah, ubi, jagung, dan lain-lain.

Maka ketika tidak cukup makan atau puasa terlalu lama, tubuh akan mengambil cadangan gula darah dari organ lain seperti hati.

"Gula darah itu mesti didapatkan dari karbo ya, makanan pokok. Tapi kalau kita enggak cukup makan atau berpuasa terlalu lama, kelaparan," kata Tan.

"Maka supaya kita tetap waras, minimal bisa jalan maka gula darahnya diambil dari cadangan. Cadangannya dari mana? Cadangan pertama itu dari liver,"

"Liver-nya digaruk tuh. Lama-lama kalau dari liver sudah mulai susut, diambil dari organ-organ lain," tambahnya.

Itulah mengapa Tan menjelaskan, ada beberapa orang yang saat puasa justru berat badannya mengalami kenaikan. Mengingat seringkali ketika tidak sahur, seseorang malah menggantinya ketika berbuka puasa.


Jangan hilangkan karbohidrat

Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa, sahur. (Photo by Gabby K from Pexels)

Lebih lanjut Tan menjelaskan, makanan pokok seperti nasi merupakan komponen yang penting. Sehingga penting untuk tidak menghilangkannya dari daftar makanan Anda.

"Biasanya orang yang senang diet-diet itu kemudian menghilangkan makanan pokok. Nah ini yang enggak bener, makanan pokok itu enggak boleh dihilangin," ujar Tan.

Tan menjelaskan, saat menghilangkan makanan pokok dan hanya mengonsumsi lauk pauk serta sayur dan buah, hal tersebut bisa menjurus ke diet keto.

Hal tersebut juga mirip seperti orang yang tidak sahur. Ketika tidak sahur, kalori yang dikonsumsi menjadi begitu kecil dan tidak cukup untuk mendukung fungsi kerja tubuh.

"Jadi kalau sahur usahakan itu menunya lengkap. Ada makanan pokok, lauk. Jangan lupa sayur dan buah," kata Tan.

"Orang kalau sahurnya komplit itu insyaallah sampai zuhur itu enggak bakalan lapar. Justru enggak bakal laper, jadi jangan berpikir (makan) sayur dan buah itu rugi," Tan menuturkan.

Terlebih, sayur dan buah juga mengandung serat yang tinggi. Asupan yang kaya serat akan membantu pencernaan menjadi lebih baik dan melambat.


Karbo tidak harus nasi

ilustrasi ubi jalar merupakan tanaman herbal/pexels

Menurut Tan, kebutuhan karbohidrat dalam makanan pokok yang harus dipenuhi juga tidak harus selalu mengandalkan nasi.

"Jangan lupa kamu harus punya makanan pokok. Makanan pokok itu tidak selalu nasi. Ada namanya jagung, kentang, singkong, ubi. Orang Indonesia Timur kita punya papeda," kata Tan.

"Nasi juga tidak harus selalu nasi putih. Kalau kamu lagi nge-julid sama nasi putih, kita punya nasi merah, masih punya nasi coklat," tambahnya.

Tan mengungkapkan, usahakan juga lauk pauk yang dikonsumsi tidak merupakan goreng-gorengan. Tentu hal ini tidak berkaitan dengan harga minyak goreng yang sedang tinggi.

Makanan dengan kandungan lemak yang tinggi dapat berpotensi membuat Anda memiliki masalah pencernaan, yang mana bisa membuat masalah pada saat puasa berlangsung.

"Usahakan lauknya itu tidak digoreng. Bukan karena minyak goreng lagi mahal. Tapi justru karena gorengan itu membuat pencernaan kamu jadi bermasalah," ujar Tan.

Terutama bagi pasien GERD, Tan menyarankan untuk tidak mengonsumsi goreng-gorengan. Serta, tidak langsung berbaring sesudah sahur karena dapat membuat GERD kambuh.


Langganan Warteg

Warga makan di Warteg Bahari, Jakarta, Rabu (1/12/2021). Naiknya PPKM DKI menjadi level 2 mengubah banyak aturan di wilayah tersebut, salah satunya jam operasional warteg yang diizinkan hingga pukul 21.00 dengan kapasitas pengunjung 50 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam kesempatan yang sama, Tan menjelaskan bahwa apabila anak kos, berlangganan warteg bisa menjadi pilihan yang praktis namun juga sehat.

"Anak kos yang masih lajang, yang belum punya istri suami. Caranya Anda langganan sama warteg. Gue selalu nganjurin langganan sama warteg," ujar Tan.

"Jadi Anda nge-tag tuh warteg-warteg mana yang akan jadi andalan. Lo bilang, nanti pulang kerja bawa rantang. Nah isi rantangnya. Jadi Anda tahu apa yang Anda beli," tambahnya.

Dengan berlangganan warteg, bukan berarti juga makanan bisa berantakan atau sesuka hati. Di warteg, Anda pun bisa memilih asupan makanan yang tepat.

Asupan makanan yang sesuai seperti nasi sebagai makanan pokok, lauk-pauk dengan ikan atau ayam, ditambah dengan berbagai macam pilihan sayuran. Serta, buah yang bisa Anda dapatkan di pasar atau tempat lainnya.

"Bukan berarti makanannya jadi amburadul. Biasakan ketika sampai, siapkan untuk kali itu makan dan besok pagi. Gitu caranya, selalu ada jalan kok," kata Tan.

Dalam hal ini, persiapan makanan Anda pun sudah siap untuk sahur maupun berbuka.

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya