Liputan6.com, Jakarta Invasi yang dilakukan Rusia di Ukraina pada pertengahan Februari lalu telah mengganggu momentum pemulihan ekonomi global.
Sebelumnya berbagai lembaga dunia memperkirakan pemulihan ekonomi pada 2022 akan lebih optimis dan semakin membaik. Sebaliknya, saat ini lembaga tersebut ramai-ramai mengoreksi ramalan pertumbuhan ekonomi global.
Advertisement
"Ekonomi global dihadapkan ke risiko baru yang tinggi dan membuat proyeksi perekonomian dunia merosot," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Sabtu (16/4/2022).
Lembaga dunia OECD telah mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 4,5 persen menjadi hanya 3,5 persen. Bank Dunia juga melakukan hal yang sama. Semula proyeksinya 4,4 persen kini menjadi 3,5 persen.
IMF pada Januari 2022 telah mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dari 4,9 persen menjadi 4,4 persen. Diperkirakan IMF akan kembali mengubah proyeksinya menjadi lebih rendah lagi.
"Proyeksi IMF diprediksi akan turun lagi," katanya.
Ekonomi Global Rapuh
Berbagai perubahan proyeksi tersebut menunjukkan pemulihan ekonomi dunia saat ini sangat rapuh. Pecah perang di Ukraina telah menimbulkan gangguan di berbagai bidang seperti energi, pangan dan komoditas yang strategis.
"Pemulihan ekonomi dunia yang masih sangat dini dan rapuh," kata dia.
Belum lagi tekanan inflasi yang tinggi di negara maju dan berkembang akibat respon kebijakan moneter negara maju. Semua hal tersebut mendorong ekonomi global dihadapkan pada risiko baru yang tinggi.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5 Persen di 2022
Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian Indonesia tahun 2022 akan tumbuh 5,0 persen. Angka ini lebih baik dari pertumbuhan di tahun 2021 sebesar 3,69 persen. Kemudian seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 menjadi 5,2 persen.
“Setelah merosot di kuartal ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik dengan cepat dan menutup 2021 dengan keluaran yang lebih tinggi daripada masa pra-pandemi 2019. Pertumbuhan terjadi di berbagai bidang dan akan menguat pada 2022 seiring normalisasi kegiatan ekonomi,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga dalam keterangan resminya, Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Jiro menuturkan pengeluaran rumah tangga dan investasi di Indonesia memasuki 2022 semakin kuat. Gelombang ketiga Covid-19 yang baru dilalui juga berdampak minimal terhadap pertumbuhan.
Hanya saja, pemerintah harus memitigasi dampak geopolitik Rusia-Ukraina jika berlangsung dalam jangka panjang. Sebab ini akan menjadi tantangan bagi pemulihan ekonomi Indonesia.
"Namun, apabila invasi Rusia di Ukraina terjadi berlarut-larut, hal ini dapat berdampak signifikan terhadap inflasi dan keseimbangan fiskal," tuturnya.
Asian Development Outlook (ADO) 2022 menyebutkan pengeluaran konsumen dan kegiatan manufaktur di Indonesia terus tumbuh karena naiknya pendapatan, pekerjaan, dan optimisme. Investasi terbantu oleh naiknya permintaan, perbaikan iklim investasi dan iklim berusaha, serta pemulihan kredit.
Inflasi Naik
Inflasi, yang mencapai rata-rata 1,6 persen tahun lalu, diperkirakan akan naik menjadi 3,6 persen pada 2022. Kondisi ini didorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan harga komoditas yang lebih tinggi. Namun tetap masih akan berada dalam rentang target Bank Indonesia.
Inflasi diperkirakan akan turun ke 3,0 persen pada 2023 seiring meredanya kenaikan harga komoditas.
Namun, harga yang lebih tinggi untuk ekspor komoditas Indonesia akan mengimbangi turunnya volume ekspor. Sehingga menjaga transaksi berjalan tetap imbang dan menghasilkan tambahan pendapatan.
Advertisement