Liputan6.com, Jakarta Sejak pertama kali terdeteksi pada 19 Januari 2022, Inggris melaporkan sudah ada 637 kasus varian XE di sana. Varian rekombinan yang terdiri dari dua materi genetik dari dua strain yakni BA.1 serta BA.2 ini menjadi sorotan karena disebut-sebut lebih menular dari BA.2.
Menurut data yang dikeluarkan pada 29 Maret 2022, WHO memprediksi XE 10 persen lebih menular daripada Omicron BA.2. Namun, temuan ini memerlukan konfirmasi lebih lanjut.
Advertisement
"XE termasuk dalam varian Omicron hingga perbedaan signifikan daam transmisi dan karakteristik penyakit, termasuk tingkat keparahan sudah ditemukan," tertulis dalam laporan WHO.
Mengenai gejala, varian XE yang masih masuk dalam Omciron cenderung memiliki gejala ringan. Tidak ada kehilangan penciuman dan rasa dan tidak ada laporan demam pada mereka yang terpapar XE.
Gejala yang umumnya dikeluhkan pasien yang terdeteksi dengan varian XE yakni mirip dengan flu biasa. Seperti pilek, sakit tenggorokan dan bersin-bersin, itu yang paling sering dilaporkan seperti mengutip inews UK pada Minggu (17/4/2022).
Menurut NHS Inggris gejala lain yang harus diwaspadai terkena COVID-19 adalah sesak napas, lelah, badan pegal, sakit kepala, hidung tersumbat dan berair, kehilangan nafsu makan, diare. Lalu merasa mual dan merasa sakit.
Kehadiran Varian Rekombinan Bukan Hal Baru
Profesor Francois Balloux, seorang profesor biologi komputasi dan direktur Institut Genetika UCL, mengatakan ada tanda tanda-tanda penularan turunan Omicron ini melambat dan seharusnya tidak menimbulkan banyak kekhawatiran bagi publik.
Dia mengatakan itu mungkin tidak akan pernah menjadi dominan setelah tes awal menunjukkan itu bisa lebih menular.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UK Health Security Agency/UKHSA) terus memonitor XE bersama dengan rekombinan lainnya yakni XD dan XF, yang merupakan kombinasi Delta dan BA.1.
"Rekombinan khusus ini, XE, telah menunjukkan tingkat pertumbuhan yang bervariasi dan kami belum dapat memastikannya," kata Kepala Penasihat Medis untuk UKHSA, Susan Hopkins.
Ia juga menuturkan bahwa kehadiran varian rekombinan dari sebuah virus tidaklah hal luar biasa. "Varian rekombinan bukanlah kejadian luar biasa, terutama terjadi ketika ada beberapa varian yang beredar. Beberapa telah diidentifikasi selama pandemi hingga saat ini," kata Hopkins.
Dalam laporan, WHO menyebut akan terus memantau penularan serta aspek lain mengenai varian XE.
Advertisement
Indonesia Mesti Waspada XE, XD, XF Jelang Mudik Lebaran 2022
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap varian XE, XD, dan XF jelang mudik Lebaran 2022. Walaupun ketiga varian X ini belum ditemukan di Indonesia, kewaspadaan harus terjaga.
Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes, ketiga varian yang merupakan rekombinan atau gabungan dari subvarian Omicron, belum ditemukan bukti secara klinis, penyebab dan tingkat penularan maupun keparahan.
"Ini tetap menajdi kewaspadaan kita bersama dan terus berupaya menekan laju penularan sekaligus menghadapi atau memitigasi kemungkinan dampak saat kita dalam momen mudik Lebaran," kata Nadia saat konferensi pers Update Perkembangan COVID-19 di Indonesia pada Selasa, 12 April 2022.
"Jadi, subvarian ini menjadi perhatian kita bersama."
Pertahankan Testing dan Tracing
Upaya mendeteksi varian baru dengan mempertahankan pemeriksaan (testing) dan pelacakan (tracing) meski terjadi penurunan kasus.
"Di tengah menurunnya kasus konfirmasi positif, tentunya kita harus tetap mempertahankan aktivitas untuk testing dan tracing atau pelacakan. Ini langkah untuk mengendalikan kasus-kasus dan upaya menekan laju penularan," jelasnya.
Dari Laporan Hasil Pelacakan dan Proporsi Tes Antigen dan PCR Harian Kemenkes per 11 April 2022, testing dan tracing relatif stabil meski terjadi penurunan jumlah tes COVID-19. Data diambil dalam 7 hari terakhir.
"Kalau kita melihat di sini, proporsi tes antigen maupun PCR harian relatif stabil."
Advertisement