Kisah Pilu Anak Ukraina yang Terluka dan Jadi Yatim Piatu Usai Ayahnya Terbunuh Saat Invasi Rusia

Seorang anak berusia 12 tahun mengalami perjalanan pahit kehilangan ayahnya yang terbunuh karena invasi Rusia ke Ukraina.

oleh Putu Elmira diperbarui 18 Apr 2022, 11:53 WIB
Bendera Ukraina dan Rusia. (Xinhua/Kantor Berita Belta)

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum perang Rusia di Ukraina dimulai akhir Februari 2022, Kira Obedinsky adalah gadis 12 tahun yang ceria dan disayangi orang di sekitarnya. Namun kini, ia jadi yatim piatu, terluka, dan sendirian di rumah sakit yang dikendalikan Rusia di Ukraina timur.

Dikutip dari CNN, Senin (18/4/2022), ibu Obedinsky meninggal ketika dia masih bayi. Ayahnya, Yevhen Obedinsky, mantan kapten tim polo air nasional Ukraina, ditembak dan dibunuh saat pasukan Rusia berjuang memasuki kota tenggara Mariupol pada 17 Maret 2022.

Beberapa hari kemudian, Kira dan pacar ayahnya mencoba melarikan diri dari kota dengan berjalan kaki bersama tetangga mereka. Tapi setelah terluka dalam ledakan ranjau darat, Kira dibawa ke rumah sakit di wilayah Donetsk, yang dikendalikan separatis yang didukung Moskow.

Kini kakek Kira, Oleksander, takut dia tidak akan pernah melihatnya lagi. Ia mengatakan seorang pejabat dari pemerintah yang memisahkan diri di Donetsk menelepon dan mengundangnya untuk pergi ke sana untuk menjemput cucunya, tapi itu tidak mungkin dilakukan karena perang.

Oleksander mengatakan bahwa saat berbicara dengan pihak rumah sakit, ia diberitahu bahwa Kira akhirnya akan dikirim ke panti asuhan di Rusia. Pemerintah Rusia menyebut telah membantu memindahkan setidaknya 60 ribu orang Ukraina ke "tempat yang aman" melintasi perbatasan Rusia.

Pemerintah Ukraina mengungkapkan sekitar 40 ribu orang telah direlokasi di luar keinginan mereka. Pihaknya menggambarkannya sebagai penculikan dan deportasi paksa.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tudingan

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam konferensi pers terkait serangan Rusia. (Screen Grab Video)

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan bahwa lebih dari 433 ribu pengungsi Ukraina telah tiba di Rusia sejak 24 Februari 2022. Ini adalah momen ketika pasukan Rusia menyerbu Ukraina.

Para pejabat Ukraina menjelaskan bahwa ribuan orang telah dideportasi secara paksa ke wilayah Rusia. Ini dilakukan setelah pasukan Rusia memblokir jalan ke wilayah yang dikuasai Ukraina dan memindahkan pengungsi yang bertentangan dengan keinginan mereka ke bagian-bagian Rusia yang jauh.

Berbicara pada CNN, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia memaksa orang-orang melarikan diri dari Mariupol ke Rusia. "Beberapa ribu, puluhan ribu, terpaksa mengungsi ke arah Federasi Rusia dan kami tidak tahu di mana mereka berada. Mereka tidak meninggalkan jejak dokumen," kata presiden.

Ia menambahkan, "Di antara mereka ada beberapa ribu anak. Kami ingin tahu apa yang terjadi pada mereka. Apakah mereka dalam keadaan sehat. Sayangnya, tidak ada informasi tentang ini."


Jawab Tudingan

Ilustrasi bendera Rusia (pixabay)

Moskow telah mengecam klaim deportasi paksa sebagai kebohongan. Pihaknya menuduh bahwa Ukraina telah menghalangi upayanya untuk "mengevakuasi" orang ke Rusia.

Tapi, CNN telah berbicara dengan sejumlah orang Ukraina yang mengatakan bahwa mereka hanya diberi dua pilihan: pergi ke Rusia atau mati. Dalam wawancara dengan 10 orang, termasuk penduduk Mariupol setempat dan orang yang mereka cintai, banyak yang menggambarkan tentara Rusia turun ke tempat perlindungan bom dan memerintahkan mereka yang ada di dalam untuk segera pergi.

Tidak ada yang tahu ke mana mereka dibawa. Lima orang akhirnya dikirim ke Rusia, tiga lainnya telah berhasil keluar. Pejabat Ukraina dan AS, serta pemantau hak asasi manusia independen juga menuduh bahwa pasukan Rusia dan separatis memproses puluhan ribu warga sipil Ukraina melalui apa yang disebut "kamp filtrasi" di mana mereka disaring secara biometrik dan telepon, serta dokumen mereka disita sebelum dikirim ke Rusia.

Oleksander mengatakan Rusia juga telah mengambil dokumen Kira dan mengatakan dia akan diberikan dokumen yang baru di Rusia. Media Rusia menayangkan video Kira yang berbicara dengan gembira tentang bagaimana dia terkadang diizinkan untuk menelepon kakeknya.


Kepedihan Tak Tertahan

Masyarakat dari "Solidaritas untuk Rakyat Ukraina" membawa bendera Rusia dan Ukrainan di depan Kedubes Rusia, Jakarta, Jumat (4/3/2022). Mereka menyerukan kepada Dubes Rusia di Indonesia untuk bersuara menghentikan serangan yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ini adalah "bukti" bahwa dia tidak diculik, menurut salah satu presenter TV Rusia, yang menjuluki klaim itu sebagai "kebohongan Ukraina." Sementara itu, Oleksander telah menerima pesan audio dari Kira yang menyuruhnya untuk tidak menangis.

Tetapi, gadis muda yang telah kehilangan keluarga, kebebasan, dan rumahnya dalam perang Rusia, tidak dapat menghentikan air matanya sendiri. Ia begitu terpukul.

"Aku sudah lama tidak melihatmu", katanya. "Saya ingin menangis," tutupnya.

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya