Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan perang Rusia dan Ukraina berpengaruh terhadap perekonomian global termasuk Indonesia. Dimana, dalam periode Januari hingga Maret 2022, neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina mengalami defisit.
Kepala BPS Margo Yuwono, menjelaskan, terdapat 3 komoditas utama ekspor Indonesia ke Rusia, diantaranya Lemak dan minyak hewan nabati, karet dan barang dari karet, serta mesin atau peralatan listrik.
Advertisement
“Pada Januari lemak dan minyak hewan nabati itu Ekspor kita ke Rusia sebesar USD 102,4 juta, kemudian bulan Maret nya ini berkurang menjadi USD 58,3 juta. Jadi, terlihat sekali bahwa untuk lemak, minyak hewan nabati ini akibat konflik Rusia-Ukraina menyebabkan ekspor Rusia kita pada bulan Maret Mengalami penurunan,” kata Margo dalam konferensi pers dalam konferensi pers kinerja Ekspor Impor Maret 2022, Senin (18/4/2022).
Sama halnya untuk komoditas karet dan barang karet pada periode Januari- Maret 2022 secara berturut-turut ekspor ke Rusia terus mengalami penurunan, dari USD 7,1 juta dan USD 7,3 juta, dan di bulan Maret ini tinggal USD 0,6 juta.
“Lagi lagi ekspor Maret ini dengan Rusia terjadi penurunan. Demikian juga untuk mesin atau peralatan listrik ya 2 bulan terakhir juga masih cukup tinggi. Bahkan Januari ini tercatat USD 11, 1 juta, Febaruari USD 10,7 juta, dan Maret 2022 akibat konflik ini ekspor kita ke Rusia hanya USD 2,5 juta,” jelasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3 Komoditas Ekspor Utama Indonesia
Sedangkan, 3 komoditas ekspor utama Indonesia ke Ukraina adalah lemak dan minyak hewan nabati, kertas karton, dan alas kaki. Total ekspor Indonesia ke Ukraina pada periode Januari – Maret 2022 sebesar USD 28,7 juta atau turun 100 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sedangkan untuk impor mencapai USD 42,2 juta.
“Di sini terlihat bahwa di bulan maret ini untuk ketiga komoditas ekspor ke Ukraina tidak ada ekspor sama sekali. Ini menunjukkan konflik Rusia-Ukraina ini mengganggu ekspor Indonesia terutama ke Rusia dan Ukraina,” katanya.
“Neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia pada Januari-Maret 2022 mengalami defisit USD 204,6 juta, sementara dengan Ukraina juga defisit USD 13,5 juta,” ucapnya.
Dia pun berharap konflik antara Rusia – Ukraina bisa cepat selesai, sehingga Indonesia bisa memperbaiki kinerja perdagangan dengan kedua negara tersebut.
Kendati begitu, kinerja neraca perdagangan Indonesia selama Januari– Maret 2022 masih mengalami surplus sebesar USD 4,53 miliar.
“Ini merupakan surplus yang beruntun selama 23 bulan terakhir. Jadi, selama 23 bulan berturut-turut, neraca perdagangan kita memang masih mencetak surplus,” pungkasnya.
Advertisement
Imbas Perang, Ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina Anjlok
Pada pertengahan Februari lalu, Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Akibatnya kegiatan ekspor Indonesia ke dua negara tersebut mengalami penurunan.
"Dari fenomena tersebut ekspor kita ke Rusia dan Ukraina mengalami penurunan di bulan Maret," kata kata Kepala Badan Pusat Statistik, Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (18/4).
Ekspor produk Indonesia ke Rusia mengalami penurunan terbesar yakni mencapai USD 88,1 juta dolar. Adapun komoditas terbesar yang turun yakni lemak dan minyak hewan, mesin dan perlengkapan elektrik.
"Penurunan ekspor terbesar di Rusia yang turun USD 88,1 juta,"
Sementara itu penurunan ekspor Ukraina mengalami penurunan sebesar USD 23,3 juta dolar. Komoditas ekspor yang mengalami penurunan yaitu lemak dan minyak nabati, kertas karton dan barang daripadanya.
Selain kedua negara tersebut, ekspor Indonesia ke tiga negara lainnya mengalami penurunan. Diantaranya Turki yang nilai ekspornya turun USD 59,2 juta dolar. Lalu Bulgaria turun USD 31,5 juta dan Mauritania yang juga turun USD 26,1 juta.
Meski begitu ekspor Indonesia pada Maret 2022 tetap mengalami peningkatan sebesar 29,42 persen (mtm) dibandingkan capaian di bulan Februari 2022. Sehingga nilai ekspornya USD 26,5 miliar.
Terdiri dari komoditas non migas mencapai USD 25,09 miliar dan migas USD 1,41 miliar dolar. Secara tahunan, nilai ekspor juga mengalami peningkatan 44,36 persen. Ekspor migas mengalami peningkatan 54,75 persen dari sebelumnya USD 91 juta dan non migas mengalami peningkatan 43,82 persen dari sebua USD 17,45 miliar.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Ekspor RI Maret 2022 Capai USD 26,5 Miliar Berkat Lonjakan Harga Minyak
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor pada Maret 2022 sebesar USD 26,50 miliar. Jumlah itu naik 29,42 persen secara month to month (mtm). Dibanding pada bulan Februari 2022, nilai ekspor Indonesia sebanyak USD 20,47 miliar.
“Pada bulan Maret ini ekspor Indonesia tercatat USD 26,50 miliar atau meningkat 29,42 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara virtual, Senin (18/4/2022).
Rinciannya, untuk ekspor non migasnya diperoleh USD 25,09 miliar sedangkan ekspor migasnya mencapai USD 1,41 miliar. Jika bandingkan, ekspor non migasnya dengan bulan Februari lalu mengalami peningkatan sebesar 28,42 persen, dan ekspor migas juga meningkat 41,24 persen.
Adapun, nilai ekspor Maret 2022 sebesar USD 26,50 miliar jika dibandingkan dengan Maret 2021 secara Year on Year mengalami peningkatan sebesar 44,36 persen, dimana non migasnya meningkat 43,82 persen dan migasnya meningkat 54,75 persen year on year.
Kepala BPS, menyebut terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga mampu mendorong kinerja ekspor. Di antaranya, minyak mentah, batu bara, nikel, aluminium, emas, tembaga, dan minyak kelapa sawit.
“Kalau kita lihat ekspor utama yang berpengaruh kepada peningkatan non migas ini terutama karena meningkatnya bahan bakar mineral yaitu meningkatnya 54,45 persen, diikuti besi dan baja di bulan Maret ini month to month meningkatnya 37,15 persen,” ujarnya.
"Beberapa komoditas ekspor pada Maret mengalami peningkatan signifikan. Harga minyak mentah Indonesia naik dari USD 95,72/barel pada Februari 2022 menjadi USD 112,5/barel pada Maret 2022, secara mtm naik 18,58 persen dan secara yoy 78,74 persen. Demikian juga komoditas non-migas baik secara mtm maupun yoy," tambahnya.
Kemudian, jika dirinci menurut sektornya, ekspor bulan Maret ini masih didominasi oleh sektor industri pengolahan mencapai USD 19,26 miliar yang tumbuh secara month to month sebesar 23,99 persen.
Selanjutnya disusul sektor pertambangan nilai ekspornya USD 5,40 miliar, tumbuh 50,18 persen (mtm). Lalu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan nilai ekspornya USD 0,43 miliar atau tumbuh 23,27 persen, dan sektor migas nilai ekspornya USD 1,41 miliar tumbuh 41,24 persen (mtm).
Advertisement