Menyandang Disabilitas Daksa, Pria Asal Padang Buktikan Mampu Mendaki Gunung dengan Cara Merangkak

Elfin Nugraha adalah penyandang disabilitas daksa asal Padang, Sumatera Barat yang hobi mendaki gunung. Tak seperti orang kebanyakan, pria kelahiran 1999 ini mendaki gunung dengan cara merangkak.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Apr 2022, 18:32 WIB
Elfin Nugraha pendaki gunung disabilitas asal Padang. foto tangkapan layar instagram elfinnugraha_24.

Liputan6.com, Jakarta Elfin Nugraha adalah penyandang disabilitas daksa asal Padang, Sumatera Barat yang hobi mendaki gunung. Tak seperti orang kebanyakan, pria kelahiran 1999 ini mendaki gunung dengan cara merangkak.

Ia menjadi penyandang disabilitas sejak usia 8 bulan. Saat bayi, ia sering mengalami step atau kejang-kejang.

“Aku dari umur 8 bulan sampai umur 5 tahun sering kena step. Dalam sebulan itu aku bisa 4 kali kena step,” katanya kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Minggu (17/4/2022).

Akibat step yang terus-terusan menyerang di masa kecil, kedua kaki Elfin pun tidak tumbuh sempurna. Keduanya tidak bisa berfungsi dengan baik. Akibatnya, untuk menjalani aktivitas sehari-hari, ia selalu menggunakan bantuan kursi roda.

“Aktivitas sehari-hari pakai kursi roda tapi kalau di rumah ya saya merangkak saja. Untuk mandi dan lain-lain Alhamdulillah aku bisa melakukan sendiri.”

Sedangkan untuk naik gunung, ia hanya mengandalkan kekuatan tangan dan tubuh untuk merangkak sedikit demi sedikit.

Ketertarikan untuk naik gunung sudah ada sejak lama, lanjutnya, tapi baru bisa direalisasikan pada tahun 2019.

“Di tahun 2019 itu saya pendaki gunung Marapi Itu pun cuman sampai kaki gunung sama teman-teman sekolah saya. Saya dan teman-teman tidak melanjutkan pada saat itu karena peralatan tidak lengkap, cuaca tidak mendukung.”

Namun, pendakian yang tak tuntas itu malah membuatnya semakin penasaran untuk bisa naik gunung lebih jauh lagi.

“Di saat saya mendaki gunung Marapi di tahun 2019 itu saya penasaran dan saya merasa bisa untuk mendaki gunung dengan cara merangkak.”


Kembali Mendaki

Elfin Nugraha pendaki gunung disabilitas asal Padang. foto tangkapan layar instagram elfinnugraha_24.

Rasa penasaran semakin tinggi, Elfin kemudian mencari cara untuk bisa kembali mendaki gunung.

“Dari pertengahan tahun 2020 saya bersemangat untuk cari orang yang bisa menemani saya naik gunung.”

Untuk mendapatkan teman mendaki hingga berhasil mendaki, ia menghabiskan waktu selama 6 bulan.

“Prosesnya pertama minta tolong ke beberapa mahasiswa pecinta alam di beberapa universitas yang ada di kota Padang, Sumatera Barat, mereka sudah survei ke rumah saya, melihat kondisi fisik saya, mereka mungkin ada kesibukan maka tidak bisa mendaki bersama.”

Tak berhenti di sana, ia lalu kembali memutar otak dan mencari teman-teman yang bisa diajak mendaki.

Harapan pun timbul ketika ia menonton saluran YouTube pendaki sekaligus musisi Fiersa Besari yang tengah melakukan ekspedisi atap negeri di Gunung Talamau di Pasaman Sumetera Barat.

“Saya kontak Abang yang memandu Fiersa Besari yang melakukan ekspedisi atap negeri ke gunung Talamau tersebut, awalnya saya kira Abang tersebut tidak membalas DM saya, Alhamdulillah Abang tersebut ternyata membalas DM saya.”

“Nama Abang itu Abang Dekko Satria sama Abang Hazmi. Merekalah yang membantu mewujudkan impian saya.”


Berhasil Mendaki

Elfin Nugraha pendaki gunung disabilitas asal Padang. foto tangkapan layar instagram elfinnugraha_24.

Ia pun berhasil mendaki gunung Talamau dengan cara merangkak dan didampingi pendaki lain. Di beberapa jalur terjal, ia dibantu dengan alat-alat pendakian.

Sejak saat itu, mendaki gunung pun menjadi hobinya. Pria usia 23 mengaku merasa tenang dan damai ketika berada di gunung dan melihat pemandangan alam.

Kisah pendakiannya pun diabadikan dalam video yang diunggah di saluran YouTube Lentera Alam.


Sering Mendapat Stigma

Elfin Nugraha pendaki gunung disabilitas asal Padang. foto tangkapan layar instagram elfinnugraha_24.

Bagi penyandang disabilitas sepertinya, diskriminasi dan cacian dari orang menjadi hal yang beberapa kali dialami.

“Dukanya (menjadi penyandang disabilitas) dicaci, dihina, diremehkan sama orang, pergi keluar harus sama teman.”

Walau demikian, ia menggarisbawahi bahwa tidak semua masyarakat memiliki pandangan negatif pada penyandang disabilitas. Banyak pula yang memberi dukungan dan membantunya.

Dengan mampu mendaki gunung, ia pun ingin membuktikan kepada semua orang bahwa penyandang disabilitas juga mampu melakukan hal-hal yang besar jika didukung dengan baik oleh berbagai pihak.

“Dan stigma itu pelan-pelan saya ubah, disabilitas juga bisa kok kayak orang biasa tapi caranya aja yang berbeda. Ada orang yang mem-bully saya, enggak saya dengerin, saya bodo amat aja yang penting percaya diri.”

Ia pun berusaha menjadi pribadi yang lebih kuat dengan meningkatkan rasa syukur.

“Ini yang dikasih sama Allah ya syukuri saja,” tutupnya.

 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya