Liputan6.com, Jakarta - Remaja bernama Jonathan Gonzalez sedang bermain PlayStation dengan teman-temannya pada 1 April sekitar tengah malam, dan seketika gamer ini merasa seperti ada sesuatu yang menghantam kepalanya.
“Rasanya seperti jika kamu mengenakan helm sepeda dan seseorang baru saja memukul bagian atas kepala,” katanya kepada wartawan CBS, dikutip Selasa (19/4/2022).
Advertisement
Keluarganya merasa sangat bersyukur karena Gonzalez selamat dari peluru nyasar yang masuk melalui jendela.
"Itu masih menjadi pemicu bagi saya untuk memproses pemikiran bahwa saya bisa kehilangan putra saya," kata ibu Jonathan Gonzalez, Janet Popoca.
"Kami tertidur dan jika itu menyakitinya, kami tidak akan tahu sampai kami bangun beberapa jam kemudian," sambungnya.
Jonathan, yang baru berusia 18 tahun, mulai berteriak karena mengira dia telah ditembak. "Jika bukan karena headset di kepala saya, mungkin saya sudah meninggal dunia," katanya.
Dia kemudian mendongak dan melihat lubang peluru di jendelanya. Tembakan itu tampaknya merobek tirai di atas perlengkapan jendela dari dinding, sebelum memantul di sekitar kamarnya dan mendarat di tempat tidurnya.
Beruntung bagi Gonzalez, dia mengenakan headset gaming Razer, yang entah bagaimana bisa menghentikan peluru agar tidak menembus kepalanya.
"Anda bisa melihat kerusakannya," kata Gonzalez sambil menunjukkan kepada wartawan CBS soal bekas lubang akibat lesatan peluru nyasar di headset.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tanggapan Polisi
Petugas The Los Angeles Police Department (LAPD) bersama Divisi Pelabuhan tidak bisa mempercayai apa yang mereka dengar ketika mereka tiba untuk mensurvei tempat kejadian.
Polisi tidak dapat menemukan penembak di daerah itu, dan menilai bahwa peluru itu mungkin tidak ditembakkan dari jarak dekat.
Masih bingung, Gonzalez mengatakan bahwa masalah ini membuatnya selalu memikirkannya selama minggu pertama setelah kejadian.
Keluarga masih berharap penangkapan dapat dilakukan, tetapi sementara itu mereka belajar untuk tidak menganggap remeh momen-momen kecil.
Razer kemudian mengirimkan headset baru kepada Gonzalez setelah mengetahui insiden tersebut.
Advertisement
Berkat Apple Watch, Seorang Perempuan Selamat dari Serangan Jantung
Di sisi lain, kisah Apple Watch yang berhasil menyelamatkan seseorang dari kondisi fisik yang membahayakan kembali terjadi. Kali ini, peristiwa itu dialami seorang perempuan asal Amerika Serikat bernama Diane Feenstra.
Dikutip dari Apple Insider, Rabu (7/7/2021), suatu hari Diane menemukan Apple Watch miliknya mencatat aktivitas jantung yang tidak biasa.
Jadi, saat mengecek Apple Watch di pagi hari, dia melihat detak jantungnya mencapai 169 bpm, padahal aktivitasnya tidak lebih dari berjalan kaki 12 langkah.
Melihat kondisi tersebut, dia pun menelpon suaminya yang menyarankannya menghubungi dokter.
Setelah dicek, Diane ternyata terkena serangan jantung, tapi kondisi jantungnya itu terbaca di Apple Watch dan dia sendiri tidak menyadarinya. Gejala serangan jantung pada wanita memang diketahui berbeda.
Kepada ABC13, Diane menjelaskan dirinya merasa sakit di tangan kiri, pembengkakan di kaki kiri, dan gangguan pencernaan yang dikiranya wajar seiring bertambah usia.
Beberapa hari setelahnya, Diane diketahui mengalami serangan jantung 'widow maker', sehingga harus dipasang ring.
"Seandainya saya tidak mengecek detak jantung pagi itu, siapa tahu, saya mungkin mengalami serangan jantung yang berakibat fatal," tutur Diane.
Apple Watch Bisa Pantau Pasien Kardiovaskular
Sebelumnya, Apple Watch, menurut penelitian terbaru, disebut dapat menjadi alat pemantauan pasien kardiovaskular. Penelitian dilakukan terhadap perangkat Apple Watch 3.
Dikutip dari Toms Guide, Senin (29/3/2021), para peneliti dari Universitas Stanford telah menemukan bahwa Apple Watch 3 yang cukup lawas pun ternyata dapat bermanfaat bagi dokter yang memantau pasien kardiovaskular yang menunggu perawatan.
Untuk mendukung penelitian, pasien diberi Apple Watch 3 dan iPhone 7, yang keduanya akan menyediakan 6MWT serta mengumpulkan data aktivitas secara pasif untuk dianalisis.
“Dalam studi observasi longitudinal ini, data aktivitas pasif yang diperoleh dari iPhone dan Apple Watch adalah prediktor akurat dari kinerja 6MWT di klinik,” kata makalah penelitian itu.
Temuan ini, artinya, dapat menunjukkan bahwa kelemahan dan kapasitas fungsional dapat dipantau dan dievaluasi dari jarak jauh pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, memungkinkan pemantauan pasien yang lebih aman.
Advertisement