Insiden di Masjid Al Aqsa Saat Ramadhan 2022 Picu Partai Arab Keluar dari Koalisi Pemerintah Israel

Kelompok partai Arab (United Arab List) angkat kaki dari koalisi pemerintah PM Israel usai insiden di Masjid Al Aqsa yang terjadi saat Ramadhan 2022.

Oleh DW.com diperbarui 19 Apr 2022, 07:00 WIB
Ilustrasi Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menanggapi insiden saat Ramadhan di Masjid Al Aqsa.(Guillaume LAVALLÉE / AFP)

, Tel Aviv - Insiden kerusuhan di area Masjid Al Aqsa ketika Ramadhan dan festival Passover turut memicu keretakan di koalisi politik Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Pasalnya, koalisi partai Arab (United Arab List/Partai Raam) memilih hengkang. 

Dilaporkan DW Indonesia, Senin (18/4/2022), keputusan itu dibuat partai pada Minggu (17/4) menyusul tekanan dari konstituen dan kader partai yang menolak aksi kepolisian Israel menyusul eskalasi kekerasan di Yerusalem, lapor media lokal.

Namun begitu, hengkangnya partai yang mewakili minoritas Arab di Israel itu belum akan berdampak, lantaran parlemen masih dalam masa libur dan belum akan bersidang hingga 8 Mei mendatang. 

Menurut media nasional, Perdana Menteri Naftali Bennett berusaha meyakinkan rekan koalisinya demi menyelamatkan mayoritas tipis di parlemen. Isu ini menjadi pelik setelah mundurnya seorang kader Partai Yasmina pimpinannya dari fraksi di parlemen karena masalah agama. 

Koalisinya yang dibangun bersama Yair Lapid, seorang tokoh moderat, dan diperkuat oleh tujuh partai kecil di spektrum kiri, untuk pertama kalinya mendapat dukungan partai Arab, Raam. Aliansi politik itu terbentuk untuk menjatuhkan bekas PM Benjamin Netanyahu.

Mundurnya Partai Raam memicu krisis pertama bagi pemerintahan Bennett sejak dilantik pertengahan tahun lalu. Israel sedang berada dalam periode instabilitas politik yang ditandai oleh empat pemilihan umum dalam dua tahun terakhir. 

Ratusan orang terluka akibat bentrokan antara polisi Israel, kelompok Yahudi ekstremis, dan warga Palestina di area Masjid Al Aqsa. Korban luka terbanyak berasal dari pihak Palestina.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kerusuhan Passover

Salju turun di atas Masjid Kubah Batu, Kompleks Masjid Al-Aqsa, Kota Tua Yerusalem, 26 Januari 2022. Hujan salju yang jarang melanda sebagian wilayah Israel dan Tepi Barat telah menutup sekolah dan bisnis. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Konfrontasi di Masjid Al Aqsa Pada Jumat dan Sabtu, (16/04), aparat kepolisian Israel mengepung kompleks Haram al-Sharif dan Masjid Al Aqsa yang dijadikan tempat persembunyian bagi pemuda Palestina. Aparat mengaku dilempari batu, yang dijawab dengan tembakan gas air mata, granat kejut dan sabetan pentungan.

Tindakan keras kepolisian dikabarkan juga menimpa warga sipil yang berada di sekitar masjid. 

Menurut organisasi Bulan Sabit Merah, sekitar 160 warga Palestina akibatnya mengalami luka-luka. Nasib serupa menimpa sejumlah anggota kepolisian Israel.

Situs suci umat Yahudi dan muslim itu kembali menjadi panggung pertikaian antara Israel dan Palestina. Kompleks Haram al-Sharif saat ini berada di bawah otoritas warga muslim. Menurut perjanjian dengan Israel, Palestina wajib mengizinkan umat Yahudi berziarah ke lokasi tersebut.

Otoritas Palestina menuduh PM Naftali Bennett ingin membelah dua situs suci itu layaknya Masjid Ibrahimi di Hebron, yang berbagi tempat dengan Sinagoga karena didirikan di atas Gua Makhpela, sebuah situs suci umat Yahudi.

Tuduhan itu dilayangkan setelah Bennett memberikan "kebebasan” bagi kepolisian untuk memulihkan ketertiban di Haram al-Sharif, demi menjaga keselamatan warga Yahudi yang ingin beribadah, Minggu (17/04).

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Otoritas Palestina, Nabil Abu Rudeineh, mengatakan pernyataannya itu "adalah upaya melegitimasi gagasan membelah dua Masjid Al Aqsa,” katanya seperti dilansir Jerusalem Post.

Kantor berita Palestina, Wafa melaporkan,Presiden Mahmoud Abbas sudah membahas perkembangan di Yerusalem dengan Presiden Turki, Reyep Tayyip Erdogan. Kepada lawan bicaranya itu, dia "mewanti-wanti terhadap bahaya yang bisa mucul dari serangan bertubi-tubi terhadap Masjid Al Aqsa.”


MUI Kutuk Aksi Israel

Seorang pengunjuk rasa Palestina mengibarkan bendera Palestina saat bentrokan dengan pasukan keamanan Israel di Kompleks Masjid Al Aqsa, Kota Tua Yerusalem, 15 April 2022. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israel terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 15 April 2022 kemarin.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan, penyerangan terhadap umat muslim Palestina di Masjid Al Aqsa saat sedang beribadah itu menunjukkan bahwa Israel memang dikuasai para penjahat kemanusiaan.

“Tindakan ini semakin meyakinkan kita semua bahwa negara ini memang dipimpin oleh para penjahat kemanusiaan dan tidak beradab. Hanya penjahat lah yang melakukan tindakan-tindakan seperti itu karena mereka memang tidak memiliki akal sehat dan nurani,” ujar Sudarnoto melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Sabtu (16/4).

Seperti yang dilakukan pada penghujung Ramadhan tahun lalu, Sudarnoto mengatakan, aparat Zionis Israel telah menista dan menghina Masjid Al Aqsa yang seharusnya dilindungi.

“Aparat Zionis Israel merusak suasana keagamaan, melakukan tindakan kekerasan kepada umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah dan sekaligus merusak, menginjak-injak dan menghancurkan kemanusiaan,” kata Sudarnoto.

Guru besar sejarah kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, semua tindakan kejahatan yang dilakukan Israel tidak bisa diterima oleh akal sehat dan nurani. Tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran agama apa pun dan melanggar hukum, termasuk hukum internasional.

“Umat Islam Indonesia khususnya mengutuk tindakan brutal aparat Israel ini,” kata Sudarnoto, seperti dikutip dari Antara.


Seret Israel ke Mahkamah Internasional

Pasukan keamanan Israel mengambil posisi saat bentrokan dengan demonstran Palestina di Kompleks Masjid Al Aqsa, Kota Tua Yerusalem, 15 April 2022. Pasukan keamanan Israel memasuki Kompleks Masjid Al Aqsa ketika ribuan warga Palestina berkumpul untuk salat saat Ramadhan. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Sudarnoto mengingatkan, semua tindakan Israel itu seharusnya semakin menyadarkan negara-negara manapun --terutama yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel-- untuk meninjau ulang kerja sama dan hubungan diplomatik mereka dengan negara zionis tersebut.

Tindakan mereka, kata dia, juga meningkatkan kesadaran bahwa Israel memang negara yang tidak bisa dipercaya.

“Sebagaimana yang pernah MUI sampaikan, maka diperlukan langkah-langkah yang serius yang dilakukan oleh elemen masyarakat manapun untuk memboikot Israel dan menyeret Israel ke mahkamah internasional dan memberikan sanksi internasional terhadap Israel,” kata Sudarnoto.

Ia juga mendesak Amerika Serikat, yang selama ini memberikan dukungan kepada Israel, mengubah cara pandangnya agar bisa bertindak secara lebih adil dan benar-benar membela kemanusiaan.

“Janji Presiden Joe Bidden saat dilantik menjadi Presiden untuk “menghentikan kemungkaran” harusnya benar-benar ditepati, jangan sekedar lip services, menyenangkan umat Islam untuk sementara. Israel benar-benar melakukan kemungkaran dan karena itu Amerika harus tunjukkan kemauan dan kemampuannya menghentikan kebrutalan Israel,” kata Sudarnoto. 

Infografis Perdamaian Uni Emirat Arab dan Israel. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya