Vladimir Putin Tuntut Israel Serahkan Lahan Sengketa di Yerusalem

Presiden Rusia Vladimir Putin minta Israel serahkan lahan sengketa geraja di Yerusalem.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 19 Apr 2022, 07:30 WIB
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyampaikan pidato saat keberangkatannya menuju Bahrain di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv pada 14 Februari 2022. Bennett terbang ke Bahrain untuk kunjungan resmi kenegaraan. (Guillaume LAVALLÉE / AFP)

Liputan6.com, Yerusalem - Presiden Rusia Vladimir Putin mengirimkan surat kepada Israel agar segera menyerahkan lahan sengketa di Kota Tua Yerusalem. Lahan yang dimaksud Vladimir Putin adalah lahan gereja yang dulunya milik Kekaisaran Rusia: Alexander's Courtyard. 

Sebelumnya, pemerintahan Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk menyerahkan lahan itu kepada Rusia, namun pengadilan membatalkan hal tersebut. 

Berdasarkan laporan The Times of Israel, Selasa (19/4/2022), pembatalan itu dilakukan oleh Pengadilan Distrik Yerusalem pada Maret lalu, sehingga Rusia tidak bisa mengambil alih Alexander's Courtyard.

Keputusan pengadilan itu diambil usai adanya petisi dari Orthodox Palestine Society of the Holy Land yang dulu memiliki Alexander's Courtyard.

Lahan itu dulunya dibeli oleh Tsar Alexander II pada tahun 1859. Kekaisaran Rusia mengendalikan area itu hingga terjadinya Revolusi Rusia 1917.

Mantan PM Israel Benjamin Netanyahu lantas setuju menyerahkan kembali Alexander's Courtyard kepada Rusia di tahun 2020, tujuannya untuk menunjukkan niat baik usai Rusia melepaskan wanita muda Israel bernama Naama Issachar di Moskow yang ditangkap karena kepemilikan ganja.

Gara-Gara Konflik Ukraina?

Surat tuntutan dari Vladimir Putin itu diungkap oleh mantan Perdana Menteri Rusia Sergei Stepashin yang kini menjadi ketua Imperial Orthodox Palestine Society yang bertugas memantau properti-properti Rusia di kawasan tersebut. Stepashin juga sedang berkunjung ke Israel dan membahas isu sengketa ini.

Ia menyebut negaranya menyiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk menunjukkan Rusia adalah pemilik sah dari Alexander's Courtyard. Namun, konflik Rusia-Ukraina pecah, sehingga otoritas Israel dinilai "memutuskan untuk tidak memutuskan."

Rusia juga disebut siap melakukan tekanan diplomatik untuk mendapatkan hal yang diinginkan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Viral Hoaks Vladimir Putin Ingin Serang Israel

Pasukan keamanan Israel mengambil posisi saat bentrokan dengan demonstran Palestina di Kompleks Masjid Al Aqsa, Kota Tua Yerusalem, 15 April 2022. Pasukan keamanan Israel memasuki Kompleks Masjid Al Aqsa ketika ribuan warga Palestina berkumpul untuk salat saat Ramadhan. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Sebuah kabar viral beredar di media sosial Twitter yang menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin akan menyerang Israel apabila tidak menyudahi serangan ke Palestina. Kabar itu beredar setelah terjadi sejumlah kerusuhan di area Masjid Al Aqsa antara kepolisian Israel, warga Yahudi ekstrimis, serta warga Palestina. Akibatnya, ratusan orang luka-luka. 

Pada twit dari akun @oposisicerdas, ada artikel berjudul "Rusia Ancam Serang Israel jika Pendudukan terhadap Palestina tak Segera Dihentikan" dan tweet itu viral hingga mendapatkan ribuan likes dan retweet.

Akan tetapi, setelah ditelusuri tidak ada kutipan resmi dari pihak pemerintah Rusia di artikel yang ternyata bersumber dari TikTok itu. Alias pernyataan itu hoaks karena tidak bersumber valid.

Bila melihat sumber dari media pemerintah Rusia, yakni TASS.com, kemudian situs resmi pemerintah pusat, dan media sosial Kementerian Luar Negeri Rusia, maupun dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, tak ada satu pun yang merilis kecaman resmi terkait bentrokan di area Masjid Al Aqsa. Tak ada pula ultimatum dari Presiden Putin untuk menyerang Israel. 

Akun Twitter Kedubes Rusia di Israel justru turut menyambut hari Passover bagi warga Yahudi.

Kedekatan Rusia-Israel

Untuk diketahui, hubungan Rusia memiliki hubungan yang baik dengan Israel. Rusia juga telah mengakui bahwa Yerusalem Barat adalah ibu kota Israel. 

Salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina adalah karena menuduh ada Neo-Nazi di Ukraina. Neo-Nazi adalah ideologi ekstrim yang anti-Yahudi, sehingga posisi Rusia justru pro-Yahudi. 

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett juga sudah berkomunikasi dengan Presiden Vladimir Putin. PM Bennett disebut berusaha melakukan mediasi. Hal serupa dilakukan oleh Turki yang ingin menengahi konflik Rusia dan Ukraina.


Raja Yordania Minta Israel Jangan Provokatif Usai Bentrok di Masjid Al-Aqsa

Salju turun di atas Masjid Kubah Batu, Kompleks Masjid Al-Aqsa, Kota Tua Yerusalem, 26 Januari 2022. Hujan salju yang jarang melanda sebagian wilayah Israel dan Tepi Barat telah menutup sekolah dan bisnis. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Raja Abdullah II dari Yordania meminta Israel untk menghentikan tindakan provokatif yang bisa menambah ketegangan yang terjadi. Usai bentrokan pada Jumat pekan lalu, kerusuhan antara pihak Palestina dan Israel kembali bentrok pada hari Minggu kemarin.

Dilaporkan Arab News, Senin (18/4), ada hampir 20 orang yang terluka pada insiden Minggu di sejumlah area di dekat Masjid Al-Aqsa. Bulan Sabit Merah Palestina berkata setidaknya ada lima orang yang harus dibawa ke rumah sakit.

Total terluka pada insiden di Masjid Al-Aqsa pada Jumat lalu juga naik menjadi lebih dari 170 orang. Insiden itu terjadi ketika warga Muslim sedang puasa Ramadhan dan warga Yahudi melakukan festival Passover.

Pejabat-pejabat Palestina menuduh Israel mencoba membagi-bagi lokasi suci yang sensitif.

Diprediksi situasi masih tegang pekan ini karena grup Yahudi ekstrimis terus meneriakan slogan "Passover ini di Masjid Al-Aqsa". Pihak Palestina menyebut bentrokan pada Minggu pagi kemarin terjadi karena sekitar 228 Yahudi ekstrimis menerobos halaman Masjid Al-Aqsa. Sejumlah orang terluka dan ditahan.

Pihak Palestina berkata kepolisian Israel sempat menutup akses ke Masjid Al-Aqsa, sementara mencoba mengamankan pengunjung Yahudi ke masjid suci. Aparat Israel juga menganggu speaker eksternal setelah sejumlah pemuda Israel menyuruh teman-temannya untuk ikut datang ke Masjid Al-Aqsa.

Sejumlah negara telah memberikan kecaman terhadap aksi Israel pada Jumat lalu. Kerajaan Arab Saudi turut mengutuk serangan tersebut. Sentimen serupa diungkapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), sementara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat meminta agar pihak Israel dan Palestina sama-sama tidak provokatif.


MUI Kutuk Penyerangan Aparat Israel ke Masjid Al Aqsa

Seorang pengunjuk rasa Palestina mengibarkan bendera Palestina saat bentrokan dengan pasukan keamanan Israel di Kompleks Masjid Al Aqsa, Kota Tua Yerusalem, 15 April 2022. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israel terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 15 April 2022 kemarin.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan, penyerangan terhadap umat muslim Palestina di Masjid Al Aqsa saat sedang beribadah itu menunjukkan bahwa Israel memang dikuasai para penjahat kemanusiaan.

“Tindakan ini semakin meyakinkan kita semua bahwa negara ini memang dipimpin oleh para penjahat kemanusiaan dan tidak beradab. Hanya penjahat lah yang melakukan tindakan-tindakan seperti itu karena mereka memang tidak memiliki akal sehat dan nurani,” ujar Sudarnoto melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Sabtu (16/4).

Seperti yang dilakukan pada penghujung Ramadhan tahun lalu, Sudarnoto mengatakan, aparat Zionis Israel telah menista dan menghina Masjid Al Aqsa yang seharusnya dilindungi.

“Aparat Zionis Israel merusak suasana keagamaan, melakukan tindakan kekerasan kepada umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah dan sekaligus merusak, menginjak-injak dan menghancurkan kemanusiaan,” kata Sudarnoto.

Guru besar sejarah kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, semua tindakan kejahatan yang dilakukan Israel tidak bisa diterima oleh akal sehat dan nurani. Tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran agama apa pun dan melanggar hukum, termasuk hukum internasional.

“Umat Islam Indonesia khususnya mengutuk tindakan brutal aparat Israel ini,” kata Sudarnoto, seperti dikutip dari Antara.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya