Liputan6.com, Jakarta - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melalui anak usaha PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) mengoperasikan komersial Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulbagut-1.
Direktur TBS Energi Utama, Alvin F. Sunanda mengungkapkan, pada 13 April 2022 anak usaha emiten yaitu PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) selaku perusahaan pembangkit listrik swasta (IPP) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulbagut-1 telah memperoleh penetapan tanggal operasi komersial dari PT PLN (Persero).
Advertisement
"Berdasarkan surat tertanggal 13 April 2022 dengan nomor surat 22138/KIT.04.01/C01050000/2022 perihal pernyataan tanggal operasi komersial (COD) untuk proyek IPP Sulbagut-1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Berdasarkan Surat PLN tersebut tanggal operasi komersial yang ditentukan adalah tanggal 31 Desember 2021),” tulisnya dalam keterbukaan informasi dari Bursa Efek Indonesia, Selasa (19/4/2022).
Perolehan pernyataan tanggal operasi komersial berdasarkan surat PLN ini tidak mempengaruhi kegiatan operasional yang saat ini berjalan dan secara jangka panjang akan memperkuat kondisi keuangan serta kelangsungan usaha emiten.
Sebelumnya, TOBA menjadi salah satu perusahaan tambang batu bara yang perlahan mengubah bisnisnya menjadi energi baru terbarukan (EBT). Untuk mendukung transformasi itu, perseroan memiliki sejumlah renewable project dengan kapasitas energi hingga 918 MW.
Head of Corporate Strategy PT TBS Energi Utama Tbk, Nafi Achmad Sentausa mengungkapkan, ada lima proyek renewable energy atau energi baru terbarukan yang ditargetkan selesai pada 2025.
"Kami 2022 merupakan tahun yang penting untuk TBS di mana kita sudah mulai konstruksi untuk proyek mini hydro di Lampung Dan kita juga targetkan untuk bisa secure project lainnya baik 2024 atau awal 2025,” kata Nafi, dalam webinar dengan PT Samuel Sekuritas ditulis Kamis, 3 Maret 2022.
Proyek-proyek tersebut yakni Hydro di Lampung, yang sebelumnya disebutkan telah mulai konstruksi dengan kapasitas 214 MW senilai USD 15–18 juta.
Kemudian di NTT ada Wind dengan kapasitas 22 MW memerlukan USD 50—66 juta dan Biomass 20 MW di NTT senilai USD 34—38 juta. Solar PV 48 MW di Kepulauan Riau membutuhkan sekitar USD 34—38 juta, dan Waste to Energy 20 MW di Sulawesi Utara diperkirakan menelan USD 136—140 juta.
Dengan demikian, keseluruhan belanja modal yang disiapkan untuk proyek-proyek itu sekitar USD 285—322 juta.
"Dari segi investasi yang dibutuhkan sekitar USD 300 juta atau sekitar Rp 4,31 triliun (asumsi kurs Rp 14.381 per dolar AS) dan untuk project cost akan didanai baik melalui ekuitas maupun debt financing,” kata Nafi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham TOBA
Pada penutupan perdagangan sesi pertama, saham TOBA melemah 6,91 persen ke posisi Rp 1.145 per saham. Saham TOBA dibuka stagnan Rp 1.230 per saham.
Saham TOBA berada di level tertinggi Rp 1.240 dan terendah Rp 1.145 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.584 kali dengan volume perdagangan 175.901 saham. Nilai transaksi Rp 20,9 miliar.
Koreksi saham TOBA ini juga seiring dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan. Pada sesi pertama, IHSG melemah 0,85 persen ke posisi 7.213,58. Indeks LQ45 susut 0,32 persen ke posisi 1.037,58. Sebagian besar indeks acuan tertekan. Sebanyak 325 saham melemah sehingga menekan IHSG. 177 saham menguat dan 177 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 992.089 kali dengan volume perdagangan 15,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,3 triliun. Investor asing beli saham Rp 238,72 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.304.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham IDXinfrastruktur naik 0,19 persen. Indeks sektor saham IDXtransportasi melemah 2,46 persen dan catat penurunan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXhealth susut 1,35 persen dan indeks sektor saham IDXsiklikal melemah 1,05 persen.
Sepanjang 2022, saham TOBA melonjak 11,82 persen ke posisi Rp 1.230 per saham. Saham TOBA berada di level tertinggi 1.890 dan terendah 1.055 per saham. Total volume perdagangan 1,98 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 2,8 triliun. Total frekuensi perdagangan 459.057 kali.
Advertisement
TBS Energi Garap Dua Proyek Pembangkit Listrik
Sebelumnya, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menargetkan net zero carbon pada 2030. Untuk mencapai target tersebut, perseroan siapkan sejumlah langkah, salah satunya mengembangkan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT).
Adapun target itu lebih cepat dari target pemerintah Indonesia 2060. Oleh karena itu, Direktur TBS Energi Utama, Alvin Firman Sunanda menuturkan, pihaknya melakukan sejumlah langkah antara lain menjalankan divestasi dari fossil fuel business, investasi dalam energi terbarukan yang inovatif di seluruh Indonesia.
Kemudian menghitung baseline carbon emission untuk memahami dampak dan komitmen menuju net zero by 2030, komitmen terhadap transparansi dengan melaporkan kemajuan dan cara mencapai target 2030, siap mendapatkan peluang pendanaan dengan target sustainability performance, dan mendukung arahan pemerintah Indonesia untuk mencapai climate change target dan NDC.
Adapun energi terbarukan yang dimiliki perseroan lebih dari 900 MW yang ada dalam pipeline sebagai potensi pengembangan bisnis Ini dari total 20 GW potensi yang teridentifikasi pada RUPTL PL
“Potensi pengembangan bisnis teridentifikasi meliputi tenaga air, angin, surya, dan biomassa,” ujar Alvin saat paparan publik virtual, ditulis Kamis 18 November 2021.
Perseroan pun memanfaatkan peluang pengembangan EBT di seluruh Indonesia antara lain di Sulawesi, Maluku, Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, serta Papua.
Dua Proyek
Adapun proyek pengembangan energi terbarukan yang sedang dikembangkan yaitu pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH) oleh PT Adimitra Energi Hidro berkapasitas 6 MW dan PT Bayu Alam Sejahtera.
"Proyek yang sudah di depan mata di Lampung, PLTMH, pembangkit listrik mini hydro kami saat ini proyek financial closing rampung kuartal IV 2021,” ujar Head of Investor Relations PT TBS Energi Utama Tbk Iwan Sanyoto
Ia menuturkan, setelah financial close rampung kemudian konstruksi yang memakan waktu tiga tahun. Potensi beroperasi secara komersial atau COD pada 2024. Adapun power purchase agreement (PPA) 25 tahun dengan PLN diteken pada 22 Februari 2021 dan efektif 22 Maret 2021.
Estimasi belanja modal proyek ini USD 16-USD 17 juta. Pembangkit listrik ini akan mengurangi 19.000 MT CO2 per tahun.
Selain itu, perseroan juga mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga angin melalui PT Bayu Alam Sejahtera. Perseroan memiliki 100 persen kepemilikan dan punya kapasitas 22 MW.
"Proyek kedua tenaga bayu, masih dalam proses mendapatkan PPA melalui tender.Jadi ini dua proyek energi terbarukan yang kami sedang jalankan prosesnya. Lainnya dalam bentuk pipeline. Potensi proyek ini pada saatnya kami akan laporkan,” ujar dia.
Adapun energi terbarukan yang ada dalam pipeline TBS Energi Utama antara lain hdyro 6 MW, solar PV 48 MW, wate-to-energy 20 MW, biomass 20 MW, dan angin 22 MW.
Advertisement