COVID-19 Negara Lain Naik, Jokowi Minta Tetap Waspada Saat Mudik

Kenaikan COVID-19 di negara lain, masyarakat diminta tetap waspada saat mudik Lebaran 2022.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Apr 2022, 20:00 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan arahan terkait evaluasi PPKM saat memimpin rapat terbatas dari Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Kalimantan Timur, Senin (31/1/2022). (Dok Sekretariat Kabinet RI)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat tetap waspada selama masa mudik Lebaran 2022. Sebab, perkembangan COVID-19 global terjadi kenaikan kasus yang tinggi, khususnya di Asia, seperti Tiongkok, Hong Kong, dan Korea Selatan (Korsel).

Wanti-wanti Jokowi soal mudik Lebaran 2022 di atas disampaikan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Bahwa pandemi COVID-19 masih belum berakhir dan perlu kesadaran masyarakat untuk terus hati-hati.

"Kami, Pemerintah percaya, Insya Allah, Ramadhan kali ini, mudik kali ini bisa berjalan dengan lancar, tanpa membawa dampak negatif kepada masyarakat kita. Catatan dari Bapak Presiden yang tadi juga disampaikan adalah sangat baik kalau kita tetap hati-hati dan waspada," tutur Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden Jakarta pada Senin, 18 April 2022.

"Kenapa? Karena tetap banyak yang kita belum ketahui dari virus (COVID-19) ini. Beberapa negara tetangga besar, misal Tiongkok, Hong Kong, itu kasusnya masih ada yang tinggi. Kemudian, kalau kita kasus hariannya di angka 600, Korea Selatan masih ratusan ribu."

Lebih lanjut, Budi Gunadi mengatakan, Jokowi juga berpesan agar masyarakat tidak sombong dan jumawa, meskipun kasus COVID-19 di Indonesia terkendali. Kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan juga perlu terus ditingkatkan.

"Jadi, saran dari Bapak Presiden, kita harus hati-hati dan waspada. Jangan sombong dan jumawa ya," lanjutnya.

"Kita bisa melakukan pergerakan dengan lebih normal, tapi tetap harus hati-hati dan waspada. Paling penting adalah pakai masker."


Pakai Masker Jadi Gaya Hidup Baru

Calon penumpang saat menunggu keberangkatan kereta jarak jauh di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (3/5/2021). PT KAI Daop I mencatat per 3 Mei 2021, ketersediaan tempat duduk sekitar 10.500. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Disiplin memakai masker, menurut Budi Gunadi Sadikin, menjadi suatu keunggulan tersendiri di masa pandemi COVID-19. Memakai masker kini sudah diterapkan dalam bagian gaya hidup sehari-hari.

"Masker sudah menjadi gaya hidup. Saya lihat ibu-ibu yang punya jilbab, jilbabnya warna cokelat, lalu maskernya juga warna coklat. Yang jilbabnya kuning, maskernya juga warna kuning," ucapnya.

"Saya rasa bukan sesuatu hal yang aneh lagi, kita jaga terus disiplin memakai masker. Tidak usah terlalu terburu-buru mengikuti negara-negara lain yang terlampau agresif, tapi malah naik lagi (kasus COVID-19)."

Pada kesempatan berbeda, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 Sonny Harry B. Harmadi menegaskan, penggunaan masker harus terus dilakukan karena dapat membuat masyarakat sedikit lengah.

Terlebih, beberapa pelonggaran yang dilakukan di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan diizinkannya mudik Lebaran 2022. Penerapan protokol kesehatan dapat membantu terhindar dari virus Corona.

Dalam hal ini, situasi COVID-19 nasional tahun ini berbeda dari tahun lalu. Pada tahun ini, cakupan vaksinasi COVID-19 Indonesia sudah semakin tinggi, sehingga antibodi yang terbentuk di dalam populasi dapat memberikan perlindungan dari risiko paparan COVID-19.

"Kalau tahun lalu ketika Lebaran di 2022, vaksinasi kita sekitar 4 persen, sekarang vaksinasi dosis lengkap kita sudah 60 persen. Jadi, jauh sekali ya bedanya dengan tahun lalu," terang Sonny saat Talkshow: Jaga Hati, Imun, dan Prokes di Bulan Ramadhan di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Senin (18/4/2022).

"Penurunan risiko penularan iya, tetapi harus diingat ini (COVID-19) adalah penyakit menular, untuk mudik ya kami selalu mengimbau agar penerapan protokol kesehatan juga perlu terus dilakukan, seperti penggunaan masker."


Shanghai Lockdown dan Protes Warga

Komuter yang mengenakan masker berjalan melintasi persimpangan di kawasan pusat bisnis di Beijing, Selasa (12/4/2022). AS telah memerintahkan semua staf konsuler non-darurat untuk meninggalkan Shanghai, yang dikunci ketat untuk menahan lonjakan COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Pada hari Minggu (17/4/2022), China Daratan mencatat 2.723 kasus COVID-19 yang ditularkan secara domestik, serta ada 20 ribu kasus tanpa gejala. Shanghai terkena dampak paling parah. Kota terbesar di Tiongkok itu mencatat 300.000 kasus COVID-19 sejak Maret 2022.

Pemerintah Shanghai bahkan mengubah bangunan tempat tinggal menjadi pusat karantina untuk menampung jumlah kasus COVID-19 yang meningkat. Namun, langkah itu memicu kemarahan dan protes dari warga yang khawatir mereka berisiko lebih tinggi terinfeksi.

Dalam pernyataan yang disiarkan langsung pada Kamis (14 April 2022) sore di platform pesan China WeChat, sekitar 30 orang yang mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan kata "Polisi" di punggung mereka terlihat berkelahi dengan orang lain di luar kompleks perumahan, membawa pergi setidaknya satu orang.

Seorang wanita terdengar menangis saat merekam adegan itu, yang ditonton oleh lebih dari 10.000 orang, dan platform streaming langsung WeChat mengumumkan bahwa itu berisi "konten berbahaya".

"Bukannya saya tidak mau bekerja sama dengan negara, tapi bagaimana perasaan Anda jika Anda tinggal di gedung yang bloknya hanya berjarak 10 meter, semua orang dinyatakan negatif, dan orang-orang ini diizinkan masuk?" kata wanita yang sedang syuting dan tidak mengungkapkan nama aslinya.


Hong Kong Mulai Longgarkan Pembatasan

Orang-orang melewati restoran ditutup sementara karena pembatasan yang lebih ketat di Hong Kong, Minggu (13/3/2022). Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan infeksi Covid-19 di kota itu belum melewati puncaknya meskipun jumlah kasus harian baru-baru ini sedikit menurun. (AP Photo/Kin Cheung)

Pada Kamis (14/4/2022), Hong Kong mengonfirmasi, pihaknya akan melonggarkan beberapa pembatasan COVID-19 yang paling ketat di dunia. Ini memungkinkan salon kecantikan, bioskop, dan pusat kebugaran dibuka kembali mulai 21 April 2022.

Perkembangan COVID-19 di negara pusat keuangan global tersebut berada di bawah 2.000 per hari. 

Hong Kong telah dilanda gelombang kelima Virus Corona sejak awal tahun ini yang telah menghancurkan bisnis dan menyebabkan lebih dari 8.600 kematian dalam dua bulan terakhir, meskipun kasus telah menurun dalam beberapa hari terakhir.

Mengutip Channel News Asia, Kamis (14/4/2022), pembatasan yang diterapkan telah memukul sektor bisnis dan membantu memicu arus keluar bersih sekitar 70.000 orang pada Februari dan Maret 2022, naik dari hampir 17.000 pada Desember 2021, meningkatkan kekhawatiran atas status kota sebagai pusat keuangan global.

Salah satu pelonggaran pembatasan, yakni kebijakan adanya empat orang dapat berkumpul kapan saja mulai 21 April 2022, naik dari dua orang pada saat ini. Kemudian, restoran dapat tetap buka hingga jam 10 malam, memperpanjang jam buka untuk tempat makan di seluruh kota mulai jam 6 sore. Sekolah juga akan memulai kembali kelas tatap muka mulai minggu depan.

INFOGRAFIS: Perbandingan Kapasitas Testing Covid-19 Negara ASEAN (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya