Perang Rusia Ukraina Ancam Ketahanan Pangan di Eropa?

Rumah tangga di seluruh dunia mulai merasakan dampak berupa kenaikan harga bahan pangan. Hal itu terjadi seiring berkecamuknya perang Rusia Ukraina.

Oleh DW.com diperbarui 19 Apr 2022, 15:58 WIB
Ilustrasi perang Rusia Ukraina. (AP Photo/Evgeniy Maloletka)

, Kiev - Rumah tangga di seluruh dunia mulai merasakan dampak berupa kenaikan harga bahan pangan. Hal itu terjadi seiring berkecamuknya perang Rusia Ukraina.

Mengutip DW Indonesia, Selasa (19/4/2022), Rusia dan Ukraina saat ini menyuplai 29 persen kebutuhan gandum dunia, 19 persen jagung dan 78 persen minyak bunga matahari.

Produksi dan distribusi yang terhambat oleh perang memicu kenaikan harga bahan pokok di seluruh dunia. Rusia sendiri sudah melarang eskpor gandum. Adapun Ukraina belum akan mampu memulihkan kapasitas produksinya dalam waktu dekat.

Badan Pangan PBB (FAO) mengumumkan indeks harga bahan pangan meningkat ke level tertinggi pada Maret silam, sebuah rekor sejak dibentuknya FAO pada 1990.

Di Uni Eropa, harga makanan, minuman beralkohol atau rokok meningkat 4,1 persen sejak Februari lalu, setelah naik 3,5 persen pada Januari 2022.

"Penting untuk mengingat bahwa ancaman ketahanan pangan sesungguhnya dialami negara miskin, terutama negara yang bergantung pada impor dari Ukraina seperti di Timur Tengah dan Afrika Utara,” kata Ariel Brunner, peneliti pertanian di lembaga konservasi BirdLife.

"Di Eropa, masalahnya cuma inflasi,” imbuhnya lagi. "Sereal, minyak makan dan komoditas lain kemungkinan akan mengalami gangguan pasokan.”

Meski mengimpor 36% gandum dan 16% minyak makan dari Ukraina, perang belum akan memicu kelangkaan pangan di Eropa. Menurut Komisi Eropa,  pihaknya "telah mencapai swasembada pangan, dengan surplus produk pertanian yang besar.”

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Persiapan Jelang Masa Paceklik

Ilustrasi perang Rusia Ukraina. (Sergei SUPINSKY / AFP)

Besarnya ancaman kelangkaan pangan di Afrika dan Timur Tengah mendorong UE menggandeng PBB untuk menggodok strategi baru menjamin ketahanan pangan di tengah instabilitas keamanan global.

"Lonjakan harga bahan pangan menempatkan mereka yang paling rentan dalam stuasi yang semakin parah,” kata Komisioner Manajemen Krisis UE, Janez Lenarcic.

"Invasi Rusia terhadap Ukraina meningkatkan tekanan terhadap sistem makanan dan mengancam jutaan orang dengan bencana kelaparan."

"Kita kini berada di persimpangan jalan dan tindakan nyata segera dibutuhkan."

Untuk itu, UE menggandeng PBB untuk menyiapkan bantuan pangan untuk wilayah-wilayah rentan di dunia. Pekan lalu, Parlemen Eropa juga mengimbau negara-negara UE untuk meningkatkan produksi makanan di dalam negeri untuk membantu negara miskin.

 


Kelangkaan Pangan Akibat Perang Bukan Pertama Kalinya

Ilustrasi pangan. Dok Unsplash

Pekka Pesonen, Sekretaris Jendral Copa-Cogeca, sebuah organisasi lobi pertanian di Eropa, mengimbau agar Brussels belajar dari masa lalu. Menurut warga Finlandia itu, kelangkaan pangan akibat perang bukan kali pertama terjadi di Eropa.

"Sekitar 100 tahun lalu, ketika Finlandia masih menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia, warga di selatan mengalami kelaparan ketika perbatasan ditutup menyusul perang revolusi di Rusia," kisahnya kepada DW.

"Pengalaman itu memicu kebulatan tekad untuk memastkan bahwa negara anggota UE menyiapkan rencana kesiapan, di mana ketika ada krisis, entah itu politik, militer atau bencana alam, kita harus memastikan bahwa masyarakat tetap mendapat pasokan pangan dengan jumlah cadangan yang stabil."


FAO: Harga Pangan Dunia Maret Cetak Rekor Tertinggi Baru

Ilustrasi pangan. Dok Unsplash

Harga pangan dunia melonjak ke rekor tertinggi baru pada Maret. Badan pangan PBB mencatat kenaikan dipicu perang di Ukraina mengguncang pasar gandum dan minyak sayur.

Dilansir dari Antara, Jumat (8/4), indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), yang melacak komoditas pangan yang paling banyak diperdagangkan secara global, mencapai rata-rata 159,3 poin bulan lalu versus revisi naik 141,4 untuk Februari.

Angka Februari sebelumnya berada di 140,7, yang merupakan rekor pada saat itu.

Sementara, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan ketersediaan 12 bahan pangan pokok penting aman selama Ramadan sampai Hari Raya Idulfitri dengan produksi dalam negeri.

 "Kalau saya lihat ketersediaan sampai Lebaran aman," kata Mentan Syahrul dikutip dari Antara di Jakarta.

Menteri Syahrul menjelaskan saat ini terdapat ketersediaan pangan di beberapa wilayah dengan produksi yang mencukupi dan bahkan melimpah. Namun, lanjut dia, ada pula beberapa daerah yang defisit pada beberapa jenis pangan pokok.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya