Buat Orang Tua, Ajarkan 7 Keterampilan Ini Jika Anak Ingin Sukses

Setidaknya ada tujuh keterampilan yang dibutuhkan anak-anak untuk meningkatkan ketangguhan mental, ketahanan, kompetensi sosial, kesadaran diri, dan kekuatan moral.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Apr 2022, 10:09 WIB
Ilustrasi orang tua memanjakan anak (dok.pexels)

Liputan6.com, Jakarta Seorang anak yang sukses tidak terlepas dari peran orang tua. Tidak sembarangan, tentu ada beberapa hal yang perlu diajarkan orang tua kepada sang buah hatinya agar tumbuh menjadi orang yang sukses di kemudian hari.

Seorang Psikolog Pendidikan dan Pakar Pengasuhan Anak Michele Borba mengatakan, anak-anak membutuhkan masa kanak-kanak yang aman, penuh kasih dan terstruktur, tetapi mereka juga membutuhkan otonomi, kompetensi, dan hak pilihan untuk berkembang.

Karenanya, Borba telah mengidentifikasi setidaknya tujuh keterampilan yang dibutuhkan anak-anak untuk meningkatkan ketangguhan mental, ketahanan, kompetensi sosial, kesadaran diri, dan kekuatan moral. Itulah yang membedakan anak-anak sukses yang bersinar dari yang berjuang.

Melansir laman CNBC, Selasa (19/4/2022), berikut ini tujuk keterampilan tersebut.

1. Percaya diri

Kebanyakan orang tua menyamakan harga diri dengan kepercayaan diri. Jadi, tidak sedikit orang tua yang memberi tahu anak-anaknya dengan kalimat, “Kamu istimewa” atau “Kamu bisa menjadi apa pun yang kamu inginkan.”

Di sisi lain, ada sedikit bukti bahwa meningkatkan harga diri dapat meningkatkan keberhasilan akademis atau bahkan kebahagiaan.

Studi memang menunjukkan, bagaimanapun, anak-anak lebih mengaitkan nilainya dengan usaha dan kekuatan dirinya sendiri akan lebih berhasil daripada anak-anak yang percaya bahwa dirinya tidak memiliki kendali atas hasil akademik.

Kepercayaan diri sejatinya berasal dari hasil melakukan sesuatu dengan baik, menghadapi rintangan, menciptakan solusi, dan mengambil keputusan sendiri. Anak-anak yang memiliki kepercayaan diri tahu bahwa mereka bisa gagal tetapi juga bangkit kembali.

2. Empati

Kekuatan karakter ini memiliki tiga jenis yang berbeda. Pertama, empati afektif, ketika kita berbagi perasaan dan merasakan emosi orang lain.

Kedua, empati perilaku, ketika perhatian empatik mendorong kita untuk bertindak dengan belas kasih. Ketiga empati kognitif, ketika kita memahami pikiran orang lain atau melangkah ke posisi mereka.

 


3. Kontrol diri

Ilustrasi Orang Tua dan Anak. Unsplash/CDC

Kemampuan untuk mengendalikan perhatian, emosi, pikiran, tindakan, dan keinginan Anda adalah salah satu kekuatan yang paling berkorelasi dengan kesuksesan.

Itu salah satu rahasia mengejutkan yang belum dimanfaatkan demi membantu anak-anak bangkit kembali dan berkembang.

Salah satu cara untuk mengajarkan pengendalian diri adalah dengan memberikan isyarat. Beberapa anak mengalami kesulitan mengubah fokus di antara aktivitas. Itu sebabnya guru menggunakan “sinyal perhatian”, seperti membunyikan bel atau isyarat verbal.

Adapula teknik lain yaitu gunakan jeda untuk mengendalikan emosi. Hal itu dilakukan supaya sang anak dapat mengontrol emosinya.

Misalnya Anda dapat mengatakan beberapa kalimat, seperti “Jika kamu marah, hitung sampai 10 sebelum menjawab” atau “Jika ragu, berhenti, berpikir, tenang”.

4. Integritas

Integritas adalah seperangkat keyakinan, kapasitas, sikap, dan keterampilan yang dipelajari sehingga menciptakan moral yang dapat digunakan anak-anak untuk membantu mengetahui dan melakukan apa pun dengan benar.

Para orang tua sesekali bisa memberi ruang untuk memberi kesempatan anak agar mengembangkan identitas moralnya.

Sebutkan integritas, lalu jelaskan tindakannya sehingga anak Anda tahu apa yang mereka lakukan untuk mendapatkan pengakuan.

5. Rasa ingin tahu

Keingintahuan adalah pengakuan, pengejaran, dan keinginan untuk mengeksplorasi peristiwa baru, menantang, dan tidak pasti.

Untuk membantu anak-anak membangun rasa ingin tahu, Borba lebih suka menggunakan mainan, gadget, dan permainan terbuka. Beri mereka cat, benang, dan stik es krim untuk membuat konstruksi. Selain itu, juga bisa menawarkan penjepit kertas dan pembersih pipa dan lihat akan menjadi apa barang-barang tersebut.

 


6. Ketekunan

Ilustrasi Orang Tua dan Anak. Unsplash/Benjamin Manley

Ketekunan membantu anak-anak tetap bertahan ketika segala sesuatu membuatnya terasa ingin menyerah.

Kesalahan dapat menggagalkan anak-anak dalam mencapai keberhasilan. Jadi jangan biarkan anak-anak terjebak dalam masalah. Sebaliknya, bantu mereka membidik dan mengidentifikasi kesalahan mereka.

Beberapa anak menyerah karena mereka merasa kewalahan dengan “semua masalah” atau “semua tugas mereka”.

7. Optimisme

Anak-anak yang optimis melihat tantangan dan rintangan sebagai hal yang sementara dan dapat diatasi sehingga mereka lebih mungkin untuk berhasil.

Akan tetapi ada pandangan yang berlawanan, yaitu pesimisme. Anak-anak yang pesimis melihat tantangan sebagai sesuatu yang permanen.

Mengajarkan optimisme pada anak sebetulnya dimulai dari orang tua. Perubahan itu sulit, tetapi penting untuk menjadi contoh bagi anak Anda sendiri.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya