Liputan6.com, Jakarta Peneliti Islam Nusantara KH Ahmad Baso mengatakan, di momentum Ramadhan kali ini perlu mengenang dan mengambil insiparasi dari tokoh Islam terkenal di Indonesia, yakni Kiai Sholeh Darat.
Guru dari pendiri NU KH Hasyim Asyari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan itu, memiliki karya yang digemari para ulama dunia. Adapun karyanya berjudul Syarah Al Hikam.
Baca Juga
Advertisement
Adapun ini disampaikan oleh KH Ahmad Baso dalam serial Inspirasi Ramadhan 2022 oleh BKN PDIP pada Selasa (19/4/2022).
"Syarah Al Hikam karya KH Sholeh Darat ini ditulis dalam bahasa Jawa, tetapi ternyata orang Arab juga membacanya dan mempelajarinya. Kitab ini juga dicetak berkali-kali di Mesir, Bombay India, dan Singapura," kata dia.
"KH Sholeh Darat memang dikenal memiliki keilmuwan yang kuat dalam hal tasawuf, sehingga karyanya diminati ulama di Arab dan juga ulama Nusantara. Karena kalau gurunya nulis bahasa Jawa santrinya otomatis mau tidak mau kan harus belajar bahasa gurunya yakni bahasa Jawa, mau dia dari India, Mesir, atau Singapura," sambungnya.
Dengan karya-karyanya, lanjut KH Ahmad Baso, Kiai Sholeh membantu penyebaran Islam di Pulau Jawa. Dengan demikian, ilmu agama Islam tidak hanya dapat dipelajari oleh golongan ulama dan santri, melainkan juga dapat dipelajari oleh semua kalangan, termasuk kalangan yang saat itu masih awam beragama di Nusantara.
"Bahkan ada satu kitab juga yang ditulis KH Sholeh Darat menggunakan aksara Jawa. Ini tujuannya agar orang-orang yang saat itu hanya bisa membaca aksara Jawa, juga bisa mempelajari salinan kitab beliau yang mengajarkan ilmu agama Islam," kata dia.
"Ini kehebatan KH Sholeh Darat, mengakarkan ajaran agama dengan instrumen bahasa lokal," lanjut KH Ahmad Baso.
Kartini Pelajari Pendalaman Islam dari Kiai Sholeh Darat
KH Ahmad Baso juga menceritakan bagaimana tokoh perempuan Indonesia RA Kartini belajar pendalaman Islam dari Kiai Sholeh Darat.
"Saat KH Sholeh Darat diminta hadir ceramah di Jepara oleh ayahnya RA Kartini yang saat itu bupati, KH Sholeh Darat menunjukkan cara menerjemahkan surat Al-Fatihah dalam Bahasa Jawa. Dari sana, semakin tertariklah RA Kartini mempelajari Islam," kata dia.
Bahkan, lanjut KH Ahmad Baso, saat pernikahan RA Kartini, kitab tafsir Pegon Kiai Sholeh Darat dicetak di Singapura, dan dijadikan hadiah pernikahan.
"RA. Kartini sangat puas karena keinginannya belajar agama saat itu terpenuhi dengan kehadiran kitab tersebut," kata dia.
Advertisement