Dubes India Bicara Toleransi: Klarifikasi Larangan Hijab di Negaranya

Dubes India untuk Indonesia Manoj Kumar Bharti mengadakan iftar di rumah dinasnya. Ia membahas toleransi dan isu hijab.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Apr 2022, 07:30 WIB
Duta Besar India Manoj Kumar Bharti dalam acara iftar 2022. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar India Manoj Kumar Bharti menggelar acara buka puasa bersama di rumah dinas India House di kawasan Taman Suropati, Jakarta, Selasa (19/4/2022). Turut hadir sejumlah duta besar seperti dari Palestina, Bangladesh, dan Iran. Perwakilan dari NU dan MUI juga turut hadir. 

Dubes Manoj dan istrinya bersikap sangat ramah dan terbuka kepada para tamu. Acara digelar di pekarangan rumah dan para tamu cukup disiplin mengikuti prokes dengan memakai masker.

Pada pidato pembukanya, Dubes India menyorot dukungan kepada G20 yang dipimpin Indonesia tahun ini. Selain itu, ia angkat bicara soal toleransi di India dan memberikan klarifikasi terkait larangan hijab di sekolah. 

Isu larangan hijab India terjadi di wilayah Karnataka. Para siswi dilarang memakai hijab di dalam kelas. Kasus ini dibawa ke meja hijau dan pengadilan memenangkan pihak sekolah. 

Dubes India menjelaskan bahwa masalah yang terjadi bukan dalam level nasional, melainkan spesifik di sekolah tersebut.

"Itu sepenuhnya tidak benar," ujar Dubes India Manoj Kumar Bharti ketika ditanya soal larangan hijab, Selasa (19/4/2022). 

Lebih lanjut, ia menyebut mengenakan hijab tidak dipermasalahkan di India, dan kasus di Karnataka terkait aturan seragam sekolah.

"Kebingungan ini atau misinformasi ini, tolong beritahu pendengarmu bahwa ini sepenuhnya misinformasi," kata Dubes India. Ia juga mengatakan justru populasi Muslim di India justru bertambah jadi 190 juta.

Toleransi di India

Saat ditanya soal toleransi agama, Dubes India menjelaskan bahwa negaranya memiliki filosofi bahwa semua orang adalah keluarga. Perbedaan agama pun tidak dipermasalahkan, sebab tujuannya adalah mencari Tuhan.

"Ada filosofi yang sangat tua di India. Filosopi ini memandu kita dengan cara yang menghormati setiap agama di dunia. Diktum itu hari ini terkait Hinduisme, tetapi filosofi di balik Hinduisme memiliki diktum itu "Vasudhaiva Kutumbakam" artinya "Seluruh Dunia Adalah Satu Keluarga," ungkap Dubes India.

Ia pun menyebut bahwa konsep toleransi di India lebih superior dibanding konsep dari negara-negara lain.

"Itu juga menyatakan tujuan tertinggi adalah mencari Tuhan, dan jalan untuk mencari ada banyak, baik itu Kristianitas, atau Islam, atau Jainisme, atau Buddhisme. Jalannya membuat berbeda, tetapi tujuan tertingginya adalah semua jalan tersebut untuk mencapai Tuhan," jelasnya. 

"Dan saya mengatakan bahwa toleransi beragama kami superior dibanding konsep lain yang bisa kau pikirkan di dunia," kata dubes India.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Cerminan Toleransi di Indonesia: Antara Tarawih dan Paskah

Ilustrasi Waktu Maghrib Credit: pexels.com/Konevi

Masjid Al-Hikmah dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan yang terletak bersebelahan di Jalan Gatot Subroto Kratonan Serengan, Solo, Provinsi Jawa Tengah bersama-sama menjaga toleransi dalam kebersamaan melaksanakan Salat Tarawih dan ibadah Paskah, Kamis.

Menurut Imam Masjid Al-Hikmah Kratonan Solo Muhammad Soeqhodi Masjid Al-Hikmah menggelar secara rutin Shalat Tarawih selama Ramadhan bersamaan ada kegiatan ibadah Paskah di GKJ Joyodiningratan, tidak ada masalah karena antara warga masjid dengan gereja di sebelahnya saling menghormati.

Menurut Soeqhodi biasanya acara Hari Besar Idul Fitri dan Idul Adha yang bersamaan acara ibadah di gereja itu, melakukan koordinasi terlebih dahulu. Kegiatan masjid lebih dahulu baru, acara gereja menyesuaikan siang atau sore hari.

Menurut dia, kegiatan di masjid biasanya ada pembacaan Al Quran sebelum azan, jika di gereja ada acara ibadah suara tidak dinaikkan ke menara. Jadi masjid menaikkan suara hanya saat azan saja. Karena semua demi menjaga kebersamaan antara warga masjid dan gereja.

"Kami bekerja sama dengan gereja sudah lama. Contohnya jika gereja ada acara ibadah parkir kendaraan hingga ke depan masjid begitu juga sebaliknya acara masjid," katanya.

Dia menjelaskan di gereja ada kegiatan ibadah Kamis Putih dan Jumat Agung dalam rangkaian Paskah pada sore hari bersamaan dengan Sholat Tarawih. Jadi pihak Masjid Al Hikmah tidak mengeluarkan suara membaca Al Quran di menara cukup dalam masjid, sehingga semua bisa damai dan tidak mengganggu kegiatan di gereja.


Koordinasi Antara Pengelola Gereja dan Masjid

Di Solo, GKJ Joyodiningratan meniadakan kebaktian pagi untuk menghormati umat Islam yang melaksanakan salat id di jalan depan bangunan gereja. (foto: Liputan6.com / fajar abrori)

Sementara itu, Nunung Istining Hyang, Pendeta GKJ Joyodiningratan Solo, mengatakan kegiatan Hari Besar Paskah di GKJ Joyodiningratan di Kratonan Solo tidak berkoordinasi secara teknis, tetapi pihaknya tahu masjid ada salat Tarawih sehingga ibadah di gereja tidak sampai keluar dari gedung.

"Begitu juga kegiatan ibadah masjid hanya ada di dalam gedung masjid dan kami juga hanya di dalam gedung gereja. Kalau masalah keramaian kami sudah biasa bersama-sama ibadah di waktu yang sama," kata Nunung.

Menurut dia, ibadah hari besar secara otomatis antara masjid dan gereja yang berdampingan ini sudah tahu. Kecuali kalau Hari Raya Idul Fitri dan idul Adha ibadah hingga halaman depan gereja sehingga perlu berkoordinasi. Pihaknya koordinasi hanya untuk kegiatan ibadah hari-hari besar saja.

"Kegiatan di GKJ, ada ibadah Kamis Suci dan Jumat Agung ibadah dan bersamaan waktu dengan Shalat Tarawih di masjid, tetapi tetap jalan bareng dan tidak masalah karena keduanya saling menghormati," katanya.

Jumlah jemaat di GKJ Joyodiningratan Solo, ada sekitar 500 orang dan kapasitas gereja 400 orang. Pada masa pandemi kegiatan ibadah dibagi dua sesi masing-masing 200 orang untuk menjaga protokol kesehatan (prokes).


Ma'ruf Amin: Indonesia Dianggap Sebagai Negara yang Miliki Toleransi Tinggi

Wapres Ma'ruf Amin (Istimewa)

Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beragam suku, budaya, bahasa, dan agama yang rentan dengan perpecahan. Karenanya, dengan jumlah penduduk yang mayoritas beragama Islam, penting bagi umat muslim untuk turut menjaga kerukunan bangsa dengan mengamalkan Islam wasathiyah (moderat).

“Ini memang perlu dijaga terus karena menjadi tanggung jawab kita menjaga kerukunan nasional dan ajaran Islam yang wasathiyah,” ucap Ma’ruf Amin saat menerima jajaran Pengurus Besar Darud Da’wah wal Irsyad (DDI), melalui konferensi video, Rabu (9/2).

Menurut Ma'ruf, Indonesia dipandang sebagai bangsa yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kunjungan dari salah satu organisasi muslim global bernama Majelis Hukama Al Muslimin yang ingin mempelajari Islam nusantara di Indonesia.

“Kita ini dianggap sebagai negara yang memiliki sikap toleransi yang tinggi. Belum lama ini utusan dari Majelis Hukama Al Muslimin datang menemui saya, mereka mau belajar di Indonesia tentang toleransi. Indonesia dianggap sebagai negara yang sudah menerapkan dengan baik,” ujar Ma'ruf.

Lebih jauh, Ma'ruf Amin mengapresiasi kontribusi DDI yang selama ini telah mengembangkan Islam wasathiyah sebagai upaya menjaga kerukunan bangsa dan mengharapkan agar peran DDI memiliki cakupan yang lebih luas lagi.

“Saya sebagai pribadi maupun pemerintah yang menghargai peran-peran DDI yang selama ini sudah dilakukan dan berharap agar DDI dapat terus berkontribusi lebih besar lagi,” tutur dia.

Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya