Waspada, Ini Sederet Tantangan Terbesar Indonesia dan Dunia ke Depan

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyampaikan ada tiga poin yang jadi tantangan Indonesia dan dunia kedepannya. Salah satunya, perlu dibangunnya ketahanan pangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2022, 22:33 WIB
Petani tengah menggarap sawah di Kabupaten Tangerang, Senin (9/8/2021). Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian tahan terhadap dampak pandemi COVID-19 yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di sektor lain negatif, sementara di pertanian selalu positif. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyampaikan ada tiga poin yang jadi tantangan Indonesia dan dunia kedepannya. Salah satunya, perlu dibangunnya ketahanan pangan.

"Tantangan kita di Indonesia dan global ini ada tiga hal utama, pertama terkait kesehatan, karena pandemi kita yang terjadi, covid dan lain-lain, krisis saat ini kesehatan meski berangsur mengalami perbaikan," kata dia dalam Media Gathering PT Perkebunan Nusantara III, di Jakarta, Selasa (19/4/2022).

Meski kasus menurun signifikan, dari sisi BUMN kata dia, masih banyak obat yang perlu diimpor dari negara lain. Ia menyebut ini jadi perhatian pihaknya kedepannya.

"Jumlah kasus mengalami penurunan signifikan. Tapi kita di BUMN melihat pengalaman kita, di Indonesia perlu tingkatkan ketahanan kesehatan. Bisa dilihat apa yang terjadi kemarin masa pandemi, dari obat vaksin semuanya impor," katanya.

Poin kedua terkait ketahanan energi. Ia menyebut hal ini perlu dilakukan, pasalnya jika Indonesia mengalami current ddfisit, salah satunya adalah sektor minyak dan gas bumi.

"Selama ini energi yang lain seperti batubara juga sebagai sumber listrik ktia, cuma 20 persen yang dikonsumsi domestik, sisanya kita ekspor. Ketahanan energi jadi salah satu fokus kita," ujarnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ketahanan Pangan

Petani menggarap sawah di kawasan Tangerang, Banten, Sabtu (19/2/2022). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah membangun pertanian dari peningkatan produksi dan pengembangan hilirisasi sampai pada sektor pertanian sebagai bantalan pertumbuhan ekonomi nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selanjutnya, yang jadi perhatian Kementerian BUMN selanjutnya adalah soal ketahanan pangan. Salah satunya perlu peran dari Holding Perkebunan PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

"Ketahanan pangan dalam hari-hari ini kita perhatikan, seperti tadi, ketahanan energi dan pangan ini jadi signifikan apalagi ada (krisis) di Ukraina kemarin, terlihat dari harga minyak dan gas," katanya.

"Ketahanan pangan ini bukan hanya dari sisi produksi sendiri, tapi ketersediaannya bisa disediakan dengan harga yang baik," imbuhnya.

Paling penting, di sektor ini, kata dia, bagaimana memastikan ketersediaan pangan untuk 270 juta jiwa penduduk indonesia dalam kondisi apapun.

"Kita melakukan pembentukan holding perkebunan, holding perkebunan adalah dari hulu dari penyediaan barang pangan, tak hanya itu, ini juha jadi sektor hulu untuk sektor-sektor lainnya," papar Pahala.

"Terkait energi juga. Saat ini untuk bahan bakar solar 30 persennya dari kelapa sawit juga. Selain holding perkebunan kita bentuk holding pangan, Ada 8 bumn bergabung jadi satu," imbuhnya.

 

 


Ketahanan Pangan Global Goyah

Perang Rusia dan Ukraina mulai berdampak kepada kenaikan bahan pangan dunia. Maklum, dua negara tersebut merupakan penyuplai kebutuhan gandum dunia dan beberapa bahan pangan lainnya.

Mengutip DW Indonesia, Selasa (19/4/2022), Rusia dan Ukraina saat ini menyuplai 29 persen kebutuhan gandum dunia, 19 persen jagung dan 78 persen minyak bunga matahari.

Perang tersebut menghambat distribusi dan produksi yang memicu kenaikan bahan pangan di seluruh dunia. Bahkan, Rusia sudah melarang ekspor gandum sedangkan Ukraina belum bisam emulihkan kapasitas produksinya.

Salah satu contoh kenaikan terjadi di makanan, minuman beralkohol, atau rokok yang meningkat 4,1 persen sejak Februari lalu, setelah naik 3,5 persen pada Januari 2022.

"Penting untuk mengingat bahwa ancaman ketahanan pangan sesungguhnya dialami negara miskin, terutama negara yang bergantung pada impor dari Ukraina seperti di Timur Tengah dan Afrika Utara," kata Ariel Brunner, peneliti pertanian di lembaga konservasi BirdLife.

Brunner mengatakan, dampak perang Rusia dan Ukraina akan sangat terasa bagi negara-negara di Tiur Tengah dan Afrika Utara. Di Eropa, Brunner mengatakan belum ada kelangkaan yang akan terjadi.

"Di Eropa, masalahnya cuma inflasi," imbuhnya lagi. "Sereal, minyak makan dan komoditas lain kemungkinan akan mengalami gangguan pasokan." katanya.

 


Laba PTPN Rp 4,64 triliun

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero)

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) telah menorehkan sejarah atas capaian kinerja keuangannya yang sangat membanggakan. Perusahaan Induk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang perkebunan ini mampu membukukan laba konsolidasi sebesar Rp 4,64 triliun di 2021.

Pencapaian tersebut meningkat Rp 5,73 triliun atau sekitar 500 persen dibandingkan laba perusahaan pada tahun 2020 lalu, dimana saat itu PTPN Group masih mengalami kerugian sebesar Rp 1,14 triliun. Capaian laba bersih konsolidasian tersebut diperoleh dari penjualan sebesar Rp 53,57 triliun atau 32 persen di atas pencapaian tahun lalu.

Sementara itu, EBITDA tercatat sebesar Rp 14,18 triliun, atau naik sebesar 206,69 persen dibandingkan tahun lalu, atau 124,26 persen di atas yang dianggarkan pada tahun 2021. Peningkatan kinerja perusahaan ini adalah buah dari keberhasilan program transformasi yang telah dijalankan perusahaan sejak 2 tahun terakhir.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani menyatakan, upaya transformasi PTPN berhasil memberikan dampak positif pada kinerja keuangan PTPN Group pada tahun 2021.

Peningkatan laba bersih perusahaan ditunjang oleh peningkatan pendapatan perusahaan, dari Rp 39,39 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 53,57 triliun atau 36,00 persen di atas pencapaian tahun lalu.

"Kami akan terus memacu pertumbuhan pendapatan usaha, melalui peningkatan produksi dan produktivitas, serta optimalisasi operasional baik di hulu maupun hilir. Pada komoditas tebu dan gula misalnya, kami akan fokus meningkatkan produktivitas lahan tebu serta merevitalisasi pabrik gula melalui anak perusahaan yang kami dirikan yaitu PT Sinergi Gula Nusantara (SGN)," katanya, Selasa (12/4/2022).

Infografis Lonjakan Harga Pangan Jelang Tahun Baru (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya