Liputan6.com, Jakarta - Buton Selatan atau disingkat Busel merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten ini adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Buton pada pertengahan 2014, menjelang akhir kepengurusan DPR RI periode 2009-2014.
Ibu kota Kabupaten Buton Selatan berada di Kecamatan Batauga. Sementara, ibu kota Kabupaten Buton dipindahkan ke Pasarjawo sejak pemekaran Kota Baubau pada 2001.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Buton Selatan terletak di Pulau Buton, yakni pulau terbesar di luar pulau induk Kepulauan Sulawesi, atau pulau ke-130 terbesar di dunia. Beberapa daerah di Buton Selatan merupakan pulau-pulau yang terpisah dari pulau utama, seperti Pulau Kadatua, Pulau Siompu, Pulau Ular, dan Pulau Batu Atas.
Baca Juga
Advertisement
Kabupaten Buton Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, 10 kelurahan, dan 60 desa dengan jumlah penduduk sebesar 94.727 jiwa pada 2017. Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Buton Selatan. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Buton Selatan yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Tugu Buton Selatan
Tugu Buton Selatan,merupakan salah satu ikon Buton Selatan dan berlokasi di Lawela, Batauga. Tugu ini merupakan perbatasan antara Kota Baubau dengan Buton Selatan. Selain itu, tugu ini juga bisa difungsikan sebagai spot foto dan tempat rekreasi.
Tak hanya anak muda, para pengunjung banyak yang datang bersama dengan keluarga. Mereka biasanya duduk dan bersantai di taman di sekitar tugu tersebut.
Tugu ini juga sering dijadikan sebagai tempat alternatif untuk berjalan-jalan santai, sembari menikmati angin pagi yang sejuk. Kawasan Tugu Buton Selatan juga kerap dijadikan tempat untuk berolahraga.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Pulau Ular
Pulau Ular adalah salah satu lokasi wisata pantai di Kabupaten Buton Selatan. Mendengar namanya, kita akan langsung ragu mengunjungi tempat ini. Tetapi, jangan berpikiran lain. Pesona pulau ini ternyata bisa mengalahkan namanya saat kita sudah menginjakkan kaki di sana.
Ada cerita mengapa warga di sana menyebut lokasi ini dengan nama Pulau Ular. Padahal, nama asli tempat ini adalah Liwuntokidi. Dahulu, saat penjajah menempati wilayah Buton Selatan, Pulau Ular dianggap tempat paling aman sebab lokasinya tersembunyi dan jauh dari keramaian.
Karena susah dilacak oleh musuh, oleh penjajah, pulau ini kemudian dijadikan tempat penampungan senjata. Akal bulus penjajah, agar warga tak berani mendekat, pulau ini kemudian diberi nama menyeramkan. Mereka menebar cerita, menyebut pulau itu banyak dihuni ular berbisa.
Meskipun namanya terkesan seram, pulau ini punya taman savana yang menjadi semacam karpet hijau bila dilihat menggunakan drone. Padang savana membentang di belakang hamparan pasir putih. Jika wisatawan sudah puas menikmati birunya laut, savana bisa menjadi spot foto selanjutnya.
Jika tak menginap di Pulau Ular, serasa ada yang kurang karena pesona sunset dan sunrise bisa dinikmati langsung dari Pulau Ular. Jika udara sedang cerah, apalagi kamera mendukung, berswafoto di Pulau Ular akan menjadi kenang-kenangan yang bisa diandalkan.
Advertisement
3. Kapal Ikonik
Orang di Buton Selatan menyebutnya kapal boti. Dianggap kapal legendaris dan memiliki nilai sejarah, Pemda dan masyarakat mengabadikan bentuk kapal boti sebagai logo daerah bersama gambar benteng, langit, dan laut biru. Kapal Boti umumnya memiliki dua layar, satu layar utama berada di tengah. Sisanya menggantung di bagian haluan.
Dahulu, Boti menjadi alat transportasi dan penangkap ikan. Kapal ini, meskipun tak bisa dikatakan kapal besar, kisahnya bahkan sudah sampai ke negara tetangga, mulai dari Timor Leste hingga Singapura.
Menurut warga setempat, jauh sebelum Belanda menjajah Nusantara, Boti sudah membawa pelaut-pelaut asal Buton Selatan menjelajah. Saat itu, para pelaut Buton Selatan membawa bahan-bahan berupa kopra, ikan kering, hingga jeruk asal siompu ke sejumlah wilayah di Pulau Jawa.
Boti menjadi logo Kabupaten Buton Selatan sejak 2014. Salah satu alasannya karena peran Boti sebagai alat hidup masyarakat. Boti juga memiliki nilai-nilai filosofis. Mulai dari buritan, haluan, layar dan lambung kapal, dibangun memiliki nilai dan peran yang sama seperti tubuh manusia.
4. Puncak Bukit Rongi
Ada satu pilihan spot liburan di wilayah perbukitan yang berjarak sekitar 20 menit dari lebih dari Batauga, Orang mengenalnya dengan nama Puncak Bukit Rongi atau Puncak Rongi dan berlokasi di Desa Sandang Pangan, Kecamatan Sampolawa. Padahal, nama sebenarnya adalah Puncak Lamando.
Seperti namanya, Puncak Rongi berada di jejeran perbukitan, membentang di sepanjang Kecamatan Sampolawa. Puncaknya seperti kebanyakan lokasi di daerah Indonesia Timur, perbukitan yang didominasi struktur batuan karst raksasa. Ketika berada di lokasi puncak Lamando Rongi, ada beberapa spot di sekitarnya.
Ada Bukit Teletubies, Bukit Borokou dan Bukit Langira. Keempat spot ini, memiliki pemadangan lanskap yang bisa diadu dengan wilayah lainnya di Buton Selatan. Sepanjang mata memandang di atas puncak bukit, kita akan melihat hamparan lembah hijau di Rongi dan perbukitan yang masih ditumbuhi pepohonan lebat.
Paling tepat, kita berkunjung sore hari di akhir pekan. Kalau memutuskan menginap saat cuaca sedang cerah, kita bisa menikmati indahnya sunset dari sisi kanan bukit Rongi Lamando. Kebanyakan pendatang, sengaja datang dan mendirikan tenda untuk menyaksikan matahari terbenam. Saat pagi hari, kita akan menikmati hembusan angin lembah yang bertiup dari arah pedesaan.
Advertisement
5. Jembatan Lingkar Lapoili
Destinasi wisata menarik lainnya di Buton Selatan adalah Jembatan Lingkar Lapoili yang berlokasi Desa Wawoangi, Kecamatan Sampolawa. Jembatan ini, dibangun tepat di sudut tebing laut yang berada di pesisir desa. Berlokasi di bawah bebatuan karst atau batuan kapur, dahulu tempat ini tersembunyi dan tak banyak diketahui orang luar.
Dilihat sepintas, jembatan yang berada di pesisir ini, mirip desain jembatan dan vila yang ada di Maldives. Tempatnya menghadap laut lepas dan pegunungan, air laut yang biru, mirip dengan wisata mahal di negara yang terletak di bagian selatan India itu. Kata warga setempat, dahulu lokasinya, hanya tempat pemandian biasa yang kerap didatangi warga kampung.
Namun, sejak 2018, pihak desa mulai mengubah wilayah ini. Awalnya, ada jalan masuk ke dalam lokasi. Kemudian, perlahan dibangun jembatan sepanjang sekitar 300 meter lebih. Di atas jembatan, kita bisa melepas pandangan ke arah Teluk Sampolawa. Ada banyak perahu dan kapal tradisional yang parkir di lokasi ini pada sore hari menjelang petang.
Ada beberapa spot berenang dan snorkeling di bawah jembatan. Pengunjung berusia dewasa dan anak-anak bisa merasakan birunya air laut Lapoili. Nyaris tak ada sampah plastik yang mengapung di sekitar perairan. Selain kesadaran warga soal sampah yang tinggi, populasi penduduk juga masih sedikit.
6. Kuliner khas Buton Selatan
Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Buton Selatan juga punya kuliner khas. Salah satunya adalah Lapa-lapa Makanan khas ini menjadi sajian yang hampir selalu ada di meja makan semua rumah ketika Lebaran tiba.
Lapa-lapa terbuat dari beras ketan putih atau hitam yang dicampur dengan santan.Pembuatannya mirip dengan buras (lontong), hanya saja lapa-lapa terbuat dari beras ketan, sedangkan lontong dari beras biasa. Lapa-lapa sering disantap bersama ikan asin dan sambal kaluku yang terbuat dari kelapa parut.
Selain itu ada Kambewe yang bahan dasarnya adalah jagung.Kambewe merupakan masakan yang 90 persen terbuat dari jagung muda asli dengan beberapa tambahan gula merah dan parutan kelapa. Dari bentuknya, kambewe sepintas tampak seperti jagung rebus biasa dengan kulit masih menempel
Advertisement