Liputan6.com, Jakarta - Brand fesyen lokal, tepatnya lebih berfokus pada pakaian modest, Kami., memulai langkah baru mereka di pertengahan Ramadhan 2022. Label busana yang digagas pada 2009 itu telah resmi membuka outlet baru mereka di Senayan City, Jakarta.
Kehadiran Kami. jadi local pride di antara sederet merek internasional yang memenuhi mal di bilangan Jakarta Pusat tersebut. Dijelaskan bahwa ini merupakan toko ke-22 mereka, sekaligus menandai outlet ke-4 yang buka di mal.
"Beda memang persiapan buka toko di mal dan non-mal," salah satu pendiri Kami., Istafiana Candarini, mengatakan dalam Kami. Modestalk Sharing Session "The Journey Towards Opening Store at Mall" di outlet terbaru mereka, Selasa, 19 April 2022.
Baca Juga
Advertisement
Irin, begitu ia akrab disapa, mengatakan bahwa dengan membuka toko di mal, artinya mereka bisa mendapat audiens yang tertarik karena suasana toko. Namun sebelum itu, pihaknya telah mempertimbangkan apakah pengunjung mal memang masuk dalam cakupan pasar label busananya.
"Sebelumnya, Kami. pernah ekshibisi selama delapan bulan di Senayan City. Proposal pengajuan awalnya memang buka (toko) permanen, tapi saat itu belum ada slot tempat," ia menambahkan.
Setelah desain tokonya disetujui, tahap ini disebut Irin berlangsung cukup lama, pembangunan outlet pun dimulai dan menghabiskan waktu selama tiga minggu. Irin mengatakan, "Setiap mal punya aturan berbeda (soal standar desain toko).
Kendati menyesuaikan dengan standar yang ditetapkan pihak mal, brand fesyen lokal ini juga tidak meninggalkan DNA mereka. "Wanginya sama, supaya setiap orang datang, tahu bahwa ini toko Kami., jadi sebagai ciri khas," tuturnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ciri Khas Warna Outlet
Lebih lanjut Irin mengatakan, walau layout toko bisa saja berbeda antara satu dengan tempat lain, pihaknya mencoba menciptakan ciri khas melalui warna. "Beige, ada sentuhan gold," katanya.
Secara produk, pendiri Kami. lainnya, Nadya Karina, menyebut bahwa semuanya harus lebih cantik. "Salah satu terobosan yang dimulai di (gerai Kami. di) Senayan City adalah scarf polos yang diubah kemasannya," ia menyebutkan di kesempatan yang sama.
Karin menyambung, "Pattern scarf kami memang sudah dijual dalam boks, tapi scarf polos awalnya hanya pakai selongsong. Itu yang kami ganti, dan sebagai permulaan, tersedianya di (toko Kami. di) Senayan City."
Hampir seminggu membuka toko terbaru di sana, Irin bercerita bahwa pelanggan yang masuk untuk berbelanja beragam. "Hijab dan non-hijab banyak. Makanya kami juga sediakan koleksi yang mudah dipakai oleh pelanggan tidak berhijab," tuturnya.
Akhir pekan kemarin, ia bercerita sengaja "jaga toko" untuk berbincang dengan para pelanggan. "Seru. Macam-macam insight-nya," ia menuturkan.
Advertisement
Aktivasi dan Promosi
Dalam kemeriahan rangkaian grand opening, brand fesyen lokal ini juga menciptakan berbagai aktivasi, termasuk layanan dipakaikan kuteks secara gratis. Ini merupakan hasil kerja sama mereka dengan INGLOT Cosmetics Indonesia, yang sekaligus menyoroti produk kolaborasi keduanya berupa monogram scarf.
"Kami juga banyak mengeluarkan barang sale. Sengaja mencipatakan hype," Irin mengatakan. "Selain, terus memerhatikan strategi visual untuk menarik pelanggan mal."
Mereka juga bekerja sama dengan BRI untuk menyediakan berbagai promosi menarik. Beberapa di antaranya adalah gratis scarf untuk pembelian minimal Rp300 ribu bagi pelanggan yang menggunakan debit BRI sebagai pembayaran, yang mana ini hanya akan berlaku sampai hari ini, Rabu (20/4/2022).
Kemudian, pihaknya juga memberi diskon 15 persen dengan minimal pembelanjaan Rp2 juta bagi pemegang BRI Priority yang masa promosinya masih akan berlangsung sampai 30 April 2022.
Dikatakan pendiri Kami. lainnya, Afina Candarini, bahwa membuka toko di mal berarti memang ada perhitungan harga yang berbeda. "Target penjualannya jauh berbeda. Mal itu lebih bisa menggaet banyak konsumen baru," ucapnya di kesempatan yang sama.
Punya Rencana Bisnis
Afi menyarankan bagi pengusaha lokal lain yang mau membuka toko di mal untuk membuat rencana bisnis yang konkret. "Lokasi juga menentukan. Jangan sampai target pemasarannya A, buka toko di mal yang audiensnya C," ia mengatakan.
Dalam perhitungan lebih detail, ia menyambung, penjualan toko di mal bahkan harus dikalkulasi per meter persegi. Ia berkata, "(Produk) yang bisa dipajang berapa banyak dan penataannya bagaimana juga penting untuk diperhitungkan."
Soal target, ia menyebut setiap pebisnis bisa menciptakannya sendiri. "Jadi, satu toko mau menghasilkan berapa (penjualan) per meter persegi. Itu harus dihitung dan harus realistis," ucapnya.
Mengingat audiens satu lokasi toko dengan yang lain, pun pelanggan online, bisa saja berbeda, Karin mengatakan, pihaknya berupaya memenuhi semua kebutuhan itu dalam satu koleksi. "Ada satu wilayah yang sukanya fit body, ada juga yang lebih memilih (busana) longgar," ia menuturkan.
"Ada daerah yang (konsumennya) suka warna nude, ada juga yang lebih suka warna-warna terang," Karin mengatakan. "Kalau (pelanggan berdomisi) Jakarta dan Bandung itu yang paling mudah dikasih desain macam-macam. Mereka lebih terbuka (dengan desain mode baru)."
"Jadi, semua itu harus disesuaikan. Ada produk yang slow move di satu tempat, tapi ternyata pas digeser ke tempat lain, bisa habis hanya dalam waktu seminggu," tutupnya.
Advertisement