Perang Rusia Ukraina Bikin Banyak Negara Ingin Buru-buru Transisi Energi

Simak beberapa prospek tentang situasi di sektor energi imbas konflik Rusia-Ukraina.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Apr 2022, 13:20 WIB
Konflik Rusia-Ukraina disebut dapat mendukung transisi global dari bahan bakar fosil dalam perang melawan perubahan iklim. Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Analis melihat situasi di sektor energi karena konflik Rusia-Ukraina dapat mendukung transisi global dari bahan bakar fosil dalam perang melawan perubahan iklim.

Hal itu disampaikan oleh Ethan Zindler, seorang analis di BloombergNEF, unit analisis dan data energi Bloomberg.

Diketahui bahwa sektor energi Rusia telah dilanda serangkaian sanksi dari negara Barat atas invasi di Ukraina.

Tanpa pasokan energi dari Rusia, sejumlah negara di dunia terpaksa untuk membuat pilihan sulit tentang bagaimana mendorong ekonomi mereka, menempatkan transisi energi di persimpangan jalan.

"Kekhawatirannya adalah bahwa reaksi spontan adalah dengan hanya fokus pada bahan bakar fosil," kata Ethan Zindler, dikutip dari Bloomberg, Rabu (20/4/2022).

"Tetapi dalam jangka panjang, ini menjadi pertanda baik untuk transisi energi," ujarnya.

Berikut adalah prospek BloombergNEF tentang situasi di sektor energi imbas konflik Rusia-Ukraina :

Batu bara

Menurut BloombergNEF, tekanan terhadap Rusia atas perang di Ukraina dengan meninggalkan pasokan energinya telah menyebabkan lonjakan permintaan batu bara berjangka pendek, meskipun prospek jangka panjangnya suram.

Lonjakan permintaan itu telah memicu rekor kenaikan harga.

Beberapa hari setelah Rusia menginvasi Ukraina, kekhawatiran tentang pasokan mendorong harga patokan Australia untuk batubara termal naik menjadi USD 440 per metrik ton - lima kali lipat dari harga tahun sebelumnya.

Tetapi sementara konsumsi batu bara yang melonjak merupakan kemunduran bagi tansisi energi, penambang bahan bakar fosil berjuang untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan itu.


Bensin dan Minyak Mentah

Tabung - tabung kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, (14/1). RU VI Balongan merupakan tumpuan produksi BBM jenis Pertamax Series milik PT. Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Melonjaknya harga bensin memaksa Presiden AS Joe Biden memerintahkan pelepasan minyak mentah darurat domestik yang belum pernah terjadi sebelumnya - sebuah langkah yang diharapkan dapat mengurangi beban konsumen di Amerika.

Pemerintahan Biden, yang telah berupaya mempercepat transisi energi di AS, juga berencana untuk memperluas penjualan bensin dengan konsentrasi etanol yang lebih tinggi dari biasanya musim panas ini.

Tetapi harga bensin sebesar USD 5 per galon membuat masyarakat AS mencari pilihan alternatif, yang bisa menjadi keuntungan bagi industri kendaraan listrik, menurut analis BloombergNEF Ethan Zindler.

"Ketika harga bensin di USD 2,50, Anda mengeluarkan pilihan untuk melihat bagaimana Anda akan menghemat uang dengan EV selama 10 tahun," katanya.

Hidrogen

Sementara Eropa mencari bahan bakar fosil, dorongan wilayah itu mengalihkan gas alam Rusia mengarah ke komitmen baru untuk pasar hidrogen rendah karbon.

Hal ini bertujuan membuat hidrogen sebagai pengganti bahan bakar fosil di industri manufaktur, transportasi, dan pemanas.

Bahkan sebelum konflik Rusia-Ukraina, minat pada hidrogen di Eropa sudah meningkat, terutama karena manfaat iklimnya. 

Namun perang semakin mempercepat dorongan itu.


Gas Alam Cair

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Bahkan sebelum konflik Rusia-Ukraina, Eropa sudah mengeluarkan biaya tertinggi di dunia untuk gas alam.

Sekarang, dalam upaya untuk mengakhiri ketergantungan energi Rusia, beberapa negara Eropa termasuk Jerman, Latvia, Estonia, Yunani dan Italia sedang berusaha untuk mengembangkan terminal impor baru untuk gas alam cair.

Beberapa pembeli potensial Eropa baru-baru ini bertemu dengan perusahaan LNG AS di Washington D.C. dan Houston selain mengunjungi pabrik LNG di Texas.

Sejak perang Rusia-Ukraina pecah, pengembang LNG AS telah menandatangani setidaknya 10 kesepakatan, memberikan momentum untuk proyek yang terhenti yang telah memegang izin federal selama beberapa tahun.

Energi matahari (solar) dan angin

Ketertarikan pada sumber listrik yang mengurangi polusi juga meningkat, terutama di Eropa, sejak konflik Rusia-Ukraina.

Jeff Waters, CEO dari Maxeon Solar Technologies Ltd., mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa krisis akibat perang tersebut "menjelaskan kerapuhan di sekitar sumber energi tradisional".

Diketahu bahwa tenaga surya dan angin adalah salah satu sumber listrik termurah—ditambah lagi, yang terpenting untuk saat ini, tidak ada biaya bahan bakar.

"Jarang ada argumen yang lebih meyakinkan bagi kami untuk mempercepat investasi kami ke energi terbarukan, ke sumber energi domestik, ke sumber energi bersih—baik untuk ketergantungan politik dan ekonomi kami, tetapi juga untuk tujuan perubahan iklim,”"kata Christiana Figueres, seorang advokat iklim dan mantan sekretaris eksekutif UN Framework Convention on Climate Change.

"Ini benar-benar berjalan beriringan," tuturnya.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya