Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mulai memasuki masa 5G sejak sejumlah operator memperkenalkan layanan 5G mereka pertengahan 2021 lalu. Meski begitu, 5G di Indonesia belum bisa menggantikan layanan broadband 4G.
5G disebut-sebut mampu menghadirkan layanan internet yang lebih cepat dan latensi yang rendah dibandingkan 4G. Tidak heran kehadiran layanan 5G ditunggu-tunggu oleh banyak pengguna.
Advertisement
Namun penggelaran 5G tidak sama seperti saat operator menggelar 4G. Hal inilah yang membuat penggelaran 5G dilakukan terbatas di area dan use case tertentu.
Direktur Utama Smartfren, Merza Fachys, pun menjelaskan tentang implementasi 5G yang kini tengah dikembangkan oleh operator seluler.
Merza mengatakan, penggelaran 5G oleh operator, saat ini hanya fokus pada titik-titik yang memang sudah saatnya membutuhkan jaringan 5G.
"5G fokus pada spot-spot yang sudah saatnya membutuhkan 5G, ada use case, ada business model. Tidak seperti dulu, saat kita pasang 4G memang langsung kita pasang BTS di seluruh kota karena mobility coverage masih memungkinkannya," kata Merza, ditemui Selasa (19/4/2022) malam.
Dibandingkan dengan 3G, layanan 4G yang berkembang sudah nyaman dipakai mengakses berbagai layanan. Sementara, layanan 5G hadir untuk memenuhi special case.
"Yang kita pasang 5G, hanya untuk spot itu, misalnya untuk industri atau exhibition. Misalnya di ICE BSD, agar orang yang tidak datang exhibition bisa mengakses dari rumah, semua bisa dilihat seolah berada di sana, dengan kapasitas 5G," kata Merza.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Berbagai Use Case 5G
Lebih lanjut Merza mengatakan, saat ini operator masih kekurangan frekuensi untuk menggelar layanan 5G. Untuk itulah gelaran 5G juga dilakukan di titik tertentu yang memang membutuhkannya.
Contoh penggunaan layanan 5G adalah untuk kendaraan otonomos, robotika manufaktur atau surgery, dan lain-lain yang membutuhkan internet kecepatan tinggi dengan latensi rendah.
Use case 5G lainnya adalah sebagai solusi internet bagi daerah yang tidak dijangkau oleh fiber optik.
Menurut Merza, salah satu bentuk layanan 5G adalah untuk fixed wireless access (FWA) di kluster-kluster residensial yang tidak dijangkau fiber optik.
"Kalau sudah ada fiber, saya yakin kita semua pakai layanan fixed broadband, pasti semua menggunakan WiFi. Makanya 5G bisa menjadi solusi kalau belum ada fiber optik. Jadi, per titik saja, misalnya satu kluster yang tidak ada fiber optik," katanya.
Menurut Merza, use case-use case 5G seperti di atas yang perlu dikembangkan hingga akhirnya membutuhkan mobility coverage.
Advertisement
Spektrum Frekuensi Masih Kurang
Ketika jaringan berbasis mobile 5G, yang jadi pertanyaan adalah spektrum frekuensi mana yang bisa digunakan. Merza menilai, spektrum yang ada saat ini belum cukup untuk mengkover semua.
"Jadi butuh kerja sama, sementara pemerintah sedang menata ulang analog switch off (ASO), satelit, dan eks Indovision mau refarming semua, aplikasi kini dituntut untuk tumbuh. Jadi nanti (ketika 5G sudah on) akan tumbuh berbarengan semua," kata dia.
Menyusul Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo, Smartfren akan menggelar layanan 5G untuk berbagai use case. Namun saat ini anak usaha Sinar Mas tersebut masih mengurus Uji Laik Operasional (ULO) 5G di Kemkominfo.
Jika dinyatakan lolos ULO, Smartfren berencana untuk menggelar layanannya di sejumlah titik tertentu, utamanya untuk memenuhi use case manufaktur di pabrik-pabrik yang dikelola Sinar Mas. Meski tidak menutup kemungkinan Smartfren juga akan menyediakan layanan untuk konsumen retail di titik tertentu.
Rencana 5G Smartfren
Smartfren berencana melakukan Uji Layak Operasional (ULO) 5G pada akhir April atau awal Mei 2022.
"Sebelum komersialisasi 5G, langkah pertama adalah Uji Layak Operasional (ULO) bersama Kemkominfo, sekitar April atau Mei, tergantung jadwal dari Kemkominfo," kata VP Network Operations Smartfren Agus Rohmat dalam Media Update mengenai Kesiapan Jaringan Smartfren jelang Ramadan dan Idulfitri 2022 di Jakarta, Kamis (31/3/2022).
Agus mengatakan, Smartfren sudah siap untuk menggelar 5G dari sisi jaringan hingga infrastrukturnya. Baik itu BTS yang siap dengan teknologi 5G sebagai ujung site hingga core network.
“Setelah ULO, area mana saja (yang akan dicover 5G) kami tidak akan massive tetapi area tertentu. Sebab, kalau ekosistem belum siap tidak akan efisien,” katanya.
Lebih lanjut, Agus memaparkan use case 5G yang akan dijalankan Smartfren lebih mengatah ke Internet of Things, sektor infustri, hingga manufaktur. Terlebih, Smartfren sebagai anak usaha Sinarmas ini bisa memasok jaringan 5G untuk mendorong otomatisasi manufaktur di pabrik-pabrik Sinarmas.
(Tin/Ysl)
Advertisement