Pegawai Citibank Demo di Kawasan BEI, Tuntut Manajemen Tunaikan Kewajiban

Komando aksi demo menyampaikan, sejatinya ribuan karyawan yang notabene sebagai pekerja permanen Citibank tidak merasa keberatan atas aksi korporasi perusahaan. Tetapi...

oleh Agustina MelaniMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 20 Apr 2022, 15:32 WIB
Pekerja Citibank menggelar demonstrasi di kawasan Bursa Efek Indonesia, SCBD, Jakarta, Rabu (20/4/2022). (Liputan6.com/ Muhammad Radityo Priyasmoro)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan pekerja Citibank Indonesia menggelar demonstrasi di kawasan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Demo dilakukan guna menuntut penuntasan hak para pekerja Citibank di unit consumer business yang terancam terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Jadi karena unit yang mewadahi ribuan pekerja tersebut akan ditutup maka otomatis kena pekerjanya kena PHK," kata Komando Aksi, Saeful Tafip di lokasi, Rabu (20/4/2022).

Saiful menjelaskan, penutupan bisnis unit oleh Citibank dikarenakan adanya aksi korporasi yang dilakukan dengan Bank UOB. Antara kedua bank tersebut terjadi jual beli bisnis unit yang dinilai akan mengakibatkan ribuan pekerja Citibank terancam kehilangan pekerjaan.

"Manajemen Citibank akan melakukan aksi korporasi berupa penjualan unit consumer business seperti kartu kredit dan sebagainya kepada Bank UOB, atas aksi korporasi itu diperkirakan 1.700 karyawan Citibank akan ter-PHK," jelas Saeful.

Saeful menyampaikan, sejatinya ribuan karyawan yang notabene sebagai pekerja permanen Citibank tidak merasa keberatan atas aksi korporasi perusahaan. Dengan catatan, hak mereka dapat dipenuhi secara utuh sesuai dengan perjanjian kerja bersama (PKB).

"Citibank ini punya aturan kerja bersama Pasal 57 dan lampiran IV huruf J yang menegaskan hak-hak dari karyawan. Jadi aksi hari ini untuk menyuarakan agar manajemen dalam aksi korporasinya melaksanakan kewajibannya yaitu membayar hak karyawan sesuai dengan PKB kalau mereka kena PHK," tegas pria yang juga menjabat sebagai Presiden Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) ini.

Aksi ini adalah awal dari gerakan yang dilakukan ribuan karyawan Citibank unit consumer business. Mereka berharap, manajemen Citibank memiliki iktikad baik untuk transparan membuka dialog dan menunaikan tanggungjawabnya terhadap para pekerjanya.

"Hasil interaksi kami sejauh ini dengan pihak manajemen tidak memberikan pernyataan tegas, kami ingin ketegasan kepastian agar kami tidak resah. Makanya kalau permasalahan karyawan sudah clear, clean maka aksi korporasi itu lebih mudah dan karyawan tidak keberatan," tandas Saeful.


Tanggapan Citi Indonesia

Pekerja Citibank menggelar demonstrasi di kawasan Bursa Efek Indonesia, SCBD, Jakarta, Rabu (20/4/2022). (Liputan6.com/ Muhammad Radityo Priyasmoro)

Sementara itu, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Puni Ayu Anjungsari mengatakan, sehubungan aksi demo yang dilakukan oleh Serikat Pekerja Citi Indonesia pada hari ini, bahwa kepastian adanya pekerjaan bagi seluruh karyawan dalam rangka pengalihan aset dan liabilitas bisnis Consumer Banking dari Citi ke UOB adalah prioritas dari Citi Indonesia.

"Oleh sebab itu, seluruh karyawan yang terdampak akan mendapatkan penawaran pekerjaan dengan manfaat yang no-less-favorable, dengan tahun pengabdian mereka diakui oleh UOB," kata Puni dalam keterangannya kepada Liputan6.com.

"Kami terus mengupayakan adanya dialog dengan serikat pekerja kami untuk memberikan pemahaman lebih mendalam dan berharap situasi ini dapat terselesaikan dengan baik," imbuh dia.

Puni mengatakan, salah satu dari prioritas dari Citi adalah memberikan dukungan kepada karyawan dan memastikan hasil terbaik untuk mereka.

"Dan oleh sebab itulah kami memilih organisasi pembeli yang memberikan kelangsungan pekerjaan bagi karyawan kami yang memilih untuk melanjutkan karirnya dengan pihak pembeli," kata Puni.


UOB Akuisisi Bisnis Konsumer Citibank di Indonesia dan 3 Negara Lain

United Overseas Bank (UOB) Group yang berbasis di Singapura mengakuisisi bisnis Citibank di empat negara. Nilai akuisisi diketahui sebesar 915 juta dolar Singapura atau setara dengan USD 680 juta.

Angka akuisisi ini jika dikonversi ke dalam rupiah menjadi Rp 9,7 triliun (kurs Rp 14.300). Diketahui, proses akuisisi akan dimulai secara bertahap dan paling cepat akan dilakukan mulai kuartal-II 2022.

Akuisisi ini meliputi bisnis konsumer yang mencakup portofolio bisnis pinjaman tanpa agunan dan pinjaman beragunan, wealth management dan retail deposit atau tabungan segmen ritel (Bisnis Konsumer) di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Dengan begitu, UOB akan menarik karyawan Citigroup di bisnis konsumer di empat negara tersebut.

CEO UOB Wee Ee Cheong menyebut, kesepakatan ini merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh perusahaan. Akuisisi ini akan menjadikan UOB sebagai bank terbesar di kelas regional Asia Tenggara.

“Singkatnya, deal ini merupakan deal strategis yang sesuai di saat yang tepat, kami di posisi yang baik dan kokoh. Kami beli satu bisnis berkualitas, empat market sekaligus yang memiliki nasabah, Sumber daya manusia, dan kapabilitas yang sama dengan kami,” terangnyad dalam konferensi pers, Jumat (14/1/2022).

Ia menyebutkan, akusisi ini membuktikan kembali rekam jejak UOB yang bagus dalam mengakuisis dan melakukan integrasi. Dengan begitu, jaringan UOB akan semakin luas menjangkau empat negara ini.

Pada kesempatan yang sama, CFO UOB Group Lee Wai Fai mengatakan akuisisi akan dilakukan secara bertahap dengan dua negara terlebih dahulu yang diselesaikan. Sementara dua negara selanjutnya akan menyusul.

"Target kami akan selesaikan akuisisi di Malaysia dan Thailand lebih dulu di kuartal-II 2022, dan negara sisanya di kuartal-I 2024," katanya.

Dengan proses yang bertahap itu, kata dia, hingga mendapatkan persetujuan legal dari masing-masing negara itu, Citibank akan tetap menggunakan namanya. Namun, setelahnya akan bertahap menggunakan nama UOB.

"Akuisisi ini jadi bukti terbesar, kami bisa jadi bank terbesar, dampak ke konsumen besar sekali," katanya.

Informasi, Bisnis Konsumer Citigroup memiliki nilai aset bersih agregat sekitar S$4,0 miliar dan basis nasabah sekitar 2,4 juta per 30 Juni 2021, serta menghasilkan pendapatan sekitar S$0,5 miliar pada semester pertama tahun 2021. Tanpa mencakup biaya transaksi satu kali tersebut, akuisisi ini diharapkan dapat meningkatkan laba per saham UOB (EPS) dan rasio pengembalian ekuitas (ROE).

Imbalan kas untuk akuisisi akan dihitung berdasarkan premi agregat setara dengan S$915 juta ditambah nilai aset bersih Bisnis Konsumer saat transaksi selesai. Akuisisi diharapkan akan dibiayai melalui kelebihan modal inti dan diperkirakan akan mengurangi rasio CET1 UOB sebesar 70 basis poin menjadi 12,8 persen, berdasarkan posisi modal inti pada 30 September 2021. Efek terhadap rasio CET1 tidak diharapkan menjadi material dan akan sesuai dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku.

Terpisah, CEO Citi Indonesia Batara Sianturi, menjelaskan Transaksi ini merupakan hasil positif bagi klien, kolega, dan perusahaan. Ia menyebut Citi berkomitmen untuk menjaga agar transaksi berjalan mulus, termasuk selama masa transisi hingga transaksi selesai.

“Tidak akan ada perubahan dalam layanan yang diberikan kepada klien consumer banking kami. Indonesia tetap menjadi pasar penting bagi Citi secara global dan kami tetap berkomitmen dan fokus untuk melayani klien institusional secara lokal, regional, dan global seperti yang telah kami lakukan sejak 1968,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (14/1/2022).

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya