Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menyerukan perlunya tindakan untuk mengatasi potensi terjadinya krisis ketahanan pangan sebagai dampak dari perang di Ukraina.
Hal itu disampaikan saat menjadi panelis pada acara Tackling Food Insecurity: The Challenge and Call to Action, bersama dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Managing Director IMF, Presiden Bank Dunia, dan Presiden IFAD, di Washington DC, Rabu (20/4/2022).
Advertisement
"Perang dan tindakan-tindakan yang menyertainya telah memicu kenaikan harga komoditas energi dan pangan. Apabila hal tersebut tidak diantisipasi secara dini, akan menimbulkan krisis pangan di negara-negara miskin dan rentan yang memiliki kapasitas fiscal yang terbatas," kata Menkeu Sri Mulyani.
Dalam kesempatan lain, Menteri Keuangan juga menghadiri acara yang diselenggarakan oleh IMF dengan tajuk A Dialog with G20 Emerging Markets. Dialog ini dipimpin oleh Managing Director IMF dan dihadiri oleh negara-negara emerging market anggota G20, antara lain Indonesia, Saudi Arabia, Agentina, Brazil dan Afrika Selatan.
Dalam penjelasannya, MD IMF menyatakan perekonomian global sedang mengalami goncangan geopolitik dan menghadapi konsekuensi dari tindakan yang diterapkan dalam merespon kondisi geopolitik dimaksud.
Negara-negara emerging menghadapi efek limpahan (spillover) yang lebih luas, antara lain terjadinya gangguan perdagangan internasional, kenaikan harga komoditas, termasuk pangan dan energi, meningkatnya jumlah pengungsi dan isu humanitarian.
"Tantangan ini menjadi sangat signifikan mengingat dunia masih dalam upaya memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi global," ujar Menkeu.
Oleh karena itu, Menkeu mendorong para pembuat kebijakan untuk terus memperkuat pemulihan ekonomi yang tangguh dan inklusif, mengatasi dampak buruk pandemi, melakukan reformasi transformasional untuk mengatasi tantangan dan peluang perubahan iklim dan pemanfaatan teknologi digital (digitalisasi).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pertemuan Bilateral
Selain agenda-agenda di atas, Menteri Keuangan juga melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden dua Lembaga keuangan internasional yaitu ADB dan Bank Dunia, dan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara mitra utama, yaitu Menteri Keuangan Amerika Serikat, Malaysia, Argentina, dan Brazil.
Pertemuan dengan Presiden ADB mendiskusikan upaya-upaya konkret untuk dapat segera mewujudkan mekanisme transisi energi melalui percepatan penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara dan secara bersamaan, mengembangkan energi alternatif terbarukan. Menteri Keuangan menyampaikan bahwa transisi energi merupakan salah satu target capaian dari Presidensi G20 Indonesia.
Pertemuan dengan Presiden Bank Dunia membicarakan antara lain mengenai peningkatan kerjasama antara Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia. Dalam hal ini, Bank Dunia telah menjadi mitra pemerintahdalam proses reformasi kebijakan di Indonesia. Menteri Keuangan menyampaikan bahwa saat ini, pemerintah sedang melakukan reformasi kebijakan fiskal, antara lain dengan menata dan memperkuat hubungan pemerintah pusat dan daerah agar lebih sinergis dan seimbang.
Sementara pertemuan dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat banyak membahas mengenai agenda-agenda prioritas pada Presidensi G20 Indonesia. Salah satu agenda yang menjadi target deliverables adalah pembentukan fasilitas pembiayaan untuk pencegahan, kesiapsiagaan dan penangangan pandemi di masa depan sebagai bagian dari penguatan arsitektur kesehatan internasional.
Menteri Keuangan Amerika Serikat memberikan dukungan penuh atas pencapaian target dimaksud. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa pandemi harus dapat diantisipasi dan ditangani sejak dini. Apabila tidak maka biaya yang diperlukan untuk mengatasinya akan menjadi sangat jauh lebih besar.
Advertisement
Ada Perang Rusia Ukraina, IMF Pangkas Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Global
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan tentang pertumbuhan ekonomi global dalam dua tahun ke depan karena perang Rusia Ukraina.
"Dampak ekonomi dari perang menyebar jauh dan luas," kata IMF dalam laporan outlook terbarunya, dikutip dari CNN, Rabu (20/4/2022).
IMF sekarang memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3,6 persen pada 2022 dan 2023. Angka baru ini menandai penurunan tajam dari pertumbuhan 6,1 persen pada 2021.
Prakiraan baru itu juga menandai penurunan peringkat masing-masing 0,8 dan 0,2 poin persentase, dari perkiraan Januari.
IMF juga memperkirakan ekonomi Ukraina menyusut 35 persen tahun ini, sementara upaya negara Barat untuk menekan Rusia memungkinkan ekonominya berkontraksi 8,5 persen.
Tetapi karena perang telah menyebabkan lonjakan harga energi dan komoditas lainnya, memperburuk masalah rantai pasokan dan memenuhi ekspektasi inflasi yang lebih persisten, IMF melihat dampaknya akan terlihat lebih luas.
"Perang akan sangat menghambat pemulihan global, memperlambat pertumbuhan dan meningkatkan inflasi lebih jauh," beber IMF, menekankan bahwa ekonomi dunia belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19 ketika konflik Rusia-Ukraina pecah pada akhir Februari.
Eropa dan Amerika
Di Eropa, yang sangat bergantung pada pasokan energi dari Rusia, pertumbuhan ekonominya diperkirakan melambat menjadi 2,8 persen pada 2022 turun 1,1 poin persentase dibandingkan Januari.
Sementara ekonomi Amerika Serikat, diperkirakan relatif terisolasi.
Namun kelemahan di antara mitra dagang, serta rencana Federal Reserve untuk segera menarik kembali dukungan era pandemi untuk ekonomi dan menaikkan suku bunga, membebani prospek.
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 3,7 persen pada 2022 dan 2,3 persen pada 2023, turun 0,3 poin persentase sejak perkiraan terakhirnya.
Advertisement