Pola Makan Balas Dendam Saat Lebaran Punya Sederet Ancaman Penyakit

Pola makan yang tidak dibatasi saat lebaran berpotensi menimbulkan penyakit atau kekambuhan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 21 Apr 2022, 03:30 WIB
Ilustrasi Pemeriksaan pada Lansia Credit: pexels.com/Gunjan

Liputan6.com, Jakarta Puasa yang dilakukan selama satu bulan penuh tak jarang membuat seseorang menjadi kalap saat hari raya Lebaran tiba. Banyak yang mengusung konsep balas dendam dalam hal makanan.

Mengingat selama satu bulan harus menahan asupan karena berpuasa. Apalagi tak dapat dipungkiri, makanan yang disajikan selama Lebaran pun biasanya begitu menggugah selera.

Padahal pola makan balas dendam ketika Lebaran memiliki sederet ancaman penyakit lho. Seperti kolesterol, hipertensi, dan diabetes.

Makanan dengan kolesterol tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak pada pembuluh darah. Sehingga pembuluh darah dapat mengeras, kaku, dan menyempit.

Kondisi tersebut pun dapat mengganggu aliran darah. Sedangkan jantung seolah dipaksa untuk bekerja lebih keras agar dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

"Dampaknya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Ini akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit yang terkait," ujar Direktur OMRON Healthcare Indonesia, Tomoaki Watanabe dalam OMRON Virtual Media Briefing, Rabu (20/4/2022).

Terlebih, kondisi satu ini tidak hanya dapat berdampak pada seseorang dengan kategori usia lanjut. Melainkan juga bisa terjadi pada kalangan muda di usia produktif.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi hipertensi diperkirakan mencapai 1,28 miliar untuk rentang usia 30-79 tahun.

Hipertensi juga kerap menjadi alasan utama kunjungan ke fasilitas kesehatan pasca Lebaran. Hipertensi merupakan ancaman serius bagi kesehatan yang dapat membahayakan organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal.


Meningkat pada laki-laki dan perempuan

Ilustrasi hipertensi pada milenial. Photo by Mockup Graphics on Unsplash

Sementara di Indonesia sendiri, prevalensi hipertensi untuk perempuan usia 30-79 tahun mengalami peningkatan 12 persen dari tahun 1990.

Dari 32,4 persen menjadi 44,5 persen pada 2019 lalu. Demikian juga pada laki-laki dengan kelompok usia yang sama, meningkat dari 28,7 persen menjadi 35,9 persen.

Studi Non-Communicable Disease Risk Factor Collaboration (NCD-RisC) yang diterbitkan di jurnal The Lancet pada Agustus 2021 ini menganalisa data dari 1.200 studi nasional di seluruh dunia untuk menemukan perubahan dalam prevalensi hipertensipada kurun waktu 1990-2019 itu.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Spesialis gizi klinik, dr Juwalita Surapsari. Lita menjelaskan bahwa hipertensi menjadi salah satu penyakit yang mengalami peningkatan, terutama pasca hari raya Lebaran.

"Kalau dilihat penyakit-penyakit pasca Lebaran yang sering meningkat pada periode tersebut ada dua, diabetes dan hipertensi," kata Lita.

Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah konsumsi makanan yang masuk dalam tubuh selama Lebaran, yang mana biasanya mengandung lemak tinggi.

"Kalau dilihat yang teratas salah duanya adalah diabetes dan hipertensi --- Ternyata memang kecenderungannya energi akan semakin banyak yang dikonsumsi, jadi total kalorinya meningkat pada hari-hari tersebut," ujar Lita.


Hindari hipertensi

Hipertensi Sekunder

Dalam kesempatan yang sama, Lita mengungkapkan bahwa menjaga asupan makanan di hari raya sangat dianjurkan. Hal tersebut tentu untuk menghindari seseorang agar tidak terkena berbagai penyakit berbahaya, termasuk hipertensi.

Lita menyarankan beberapa hal. Lalu, apa sajakah itu? Berikut diantaranya.

  • Perbanyak asupan buah dan makanan berserat.
  • Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi seperti gorengan dan daging merah yangdimasak terlalu lama.
  • Pilih makanan dengan kandungan Omega-3 tinggi seperti ikan, telur, kacang kenari, dan biji chia.
  • Jika tidak bisa dihindari, maka kurangi makanan berkolesterol tinggi dengan memakan hanya satu saja hidangan jenis ini. Misalnya hanya makan opor ayam di hari pertama Lebaran, tanpa semur daging, dan rendang di satu hari yang sama.
  • Makan dengan piring kecil. Piring kecil tentunya memuat lebih sedikit makanan dibanding piring besar, sehingga porsi makanan yang kita makan tidak terlalu banyak. Piring kecil juga menimbulkan ilusi bahwa kita sudah memakan satu piring penuh, sehingga mencegah kita untukmakan secara berlebihan.
  • Hindari atau kurangi makanan manis berkalori tinggi seperti aneka kue yang mengandung banyak gula, tepung dan mentega.
  • Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung serat larut seperti wortel, ubi, alpukat, brokoli, lobak, apel, dan kacang merah.

Tetap olahraga teratur

Berikut beberapa tips olahraga yang aman di masa pandemi dari dokter. (pexels/danielreche).

Selain itu, Lita juga menganjurkan para pasien hipertensi untuk tetap berolahraga secara teratur. Setidaknya dilakukan selama minimal 30 menit per harinya.

"Selain itu tak lupa berolahragalah secara teratur. Lakukan minimal 30 menit sehari, tiga sampai lima kali seminggu," ujar Lita.

"Serta hentikan juga kebiasaan merokok dan monitor tekanan darah Anda secara teratur," Lita menambahkan.

Selanjutnya, ia juga menjelaskan bahwa menjaga tekanan darah agar tetap terkontrol juga merupakan keharusan. Dalam hal ini, Anda bisa melakukan monitoring tekanan darah secara berkala.

Hal tersebut penting karena seringkali hipertensi tidak menunjukkan gejala dan berakibat fatal, atau biasa disebut sebagai silent killer.

WHO menyebutkan bahwa sekitar 46 persen orang dewasa yang mengidap hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya memiliki tekanan darah tinggi.

Memonitor tekanan darah secara berkala juga dapat membantu Anda untuk mengetahui kondisi kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Tekanan darah yang normal menunjukkan bahwa suplai darah yang berisi oksigen dan makanan ke seluruh organ tubuh terjaga dengan baik.

Infografis 5 Cara Cegah Covid-19 Saat Berolahraga di Gym. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya