Presiden Ukraina Tuntut Rusia Diberi Label Sponsor Terorisme

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuntut agar Rusia disebut sebagai negara sponsor teroris.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Apr 2022, 08:30 WIB
Foto Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pakai baju militer di tengah invasi Rusia. Dok: Twitter

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan ide baru agar Rusia dilabel sebagai negara "state sponsor of terrorism" atau negara sponsor terorisme. Ia juga meminta agar angkatan bersenjata Rusia disebut sebagai kelompok teroris. 

"Rusia harus dikenal sebagai sebuah negara sponsor terorisme, dan Angkatan Bersenjata Rusia harus dikenal sebagai sebuah organisasi teroris," ujar Presiden Zelensky, dilansir media pemerintah Ukraina, Ukrinform, Kamis (21/4/2022).

Lebih lanjut, Presiden Volodymyr Zelensky meminta agar para pejabat Rusia yang bertanggung jawab atas "perang memalukan" ini harus dikenai sanksi yang logis dari komunitas internasional. 

Presiden Ukraina mencatat bahwa saat ini Uni Eropa tengah menyiapkan paket sanksi keenam untuk Rusia. Zelensky berpesan agar sanksi tersebut bisa benar-benar melukai "mesin militer" Rusia dan negara Rusia secara keseluruhan. 

Ia berharap sanksi-sanksi tersebut bisa mendorong Rusia untuk melakukan perdamaian. 

"Saya menegaskan dalam semua negosiasi bahwa sanksi-sanksi dibutuhkan bukan tujuan akhir semata, melainkan sebagai alat praktis untuk memotivasi Rusia untuk berdamai," kata Presiden Zelensky.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, sempat menyatakan bahwa sanksi-sanksi tidak akan mengubah keputusan Rusia. Ia mengakui bahwa Rusia rugi akibat sanksi, namun negara-negara Eropa juga akan menderita kerugian. 

Dubes Rusia juga mengingatkan bahwa saat ini yang terpenting adalah kebangkitan ekonomi usai terjadinya pandemi COVID-19. Ia pun berharap G20 akan fokus ke agenda-agenda ekonomi, meski negara-negara Barat ingin agar Rusia diboikot.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Usir-Usiran Diplomat

Banner Infografis Putin Akan Hadiri KTT G20 Bali di Tengah Invasi ke Ukraina. (Sumber Foto: AP Photo)

 Rusia diduga kuat melakukan upaya pembalasan atas pengusiran yang dilakukan oleh Belanda terhadap 17 warga Rusia pada Maret lalu. Di mana pejabat Negeri Kincir Angin itu menganggap ke-17 orang tersebut adalah agen intelijen yang menyamar sebagai diplomat.

Pada Selasa 19 April 2022, Rusia mengumumkan bahwa pihaknya akan mengusir 15 diplomat asal Belanda, seraya mengatakan bahwa para diplomat tersebut memiliki waktu selama dua minggu untuk meninggalkan negara itu.

Mengutip VOA Indonesia, Rabu (20/4), sebagai tanggapan atas pengumuman Rusia pada hari Selasa itu, Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Hal ini sudah diduga bahwa Rusia akan melakukan tindak balasan. Meskipun begitu, hal ini merupakan langkah yang disesalkan.”

Para utusan atau diplomat Belanda itu akan meninggalkan kedutaan besar Belanda di Moskow dan konsulat di St. Petersburg.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pihaknya juga akan mengusir empat warga Austria dan 12 warga Belgia, juga sebagai tindakan pembalasan.

Sejak invasi Rusia terhadap Ukraina pada 24 Februari, sekitar 300 diplomat Rusia telah diusir dari berbagai negara.

Slovakia, Estonia, Latvia, Lithuania, Montenegro, Polandia, dan AS telah mengusir utusan-utusan Rusia.

Sementara Rusia sudah mengambil langkah serupa terhadap utusan dari Republik Ceko, Bulgaria, dan Uni Eropa.


Rusia Serang Donbas

Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow, Rusia, 7 Februari 2022. Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berupaya menemukan titik temu atas Ukraina dan NATO di tengah kekhawatiran Rusia sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. (SPUTNIK/AFP)

Setelah menarik pasukannya dari ibu kota Ukraina Kiev, Rusia sekarang memfokuskan diri untuk menguasai wilayah Ukraina yang berada di dekat perbatasannya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pertempuran di Donbas telah dimulai. Mengacu pada usaha Rusia untuk menyerang kawasan di tenggara Ukraina tersebut.

Menurut Zelensky, ini adalah serangan yang sudah diperkirakan oleh Ukraina dan militer mereka sudah mempersiapkan diri untuk melawan Rusia.

"Kita sekarang bisa mengatakan bahwa pasukan Rusia memulai pertempuran merebut Donbas di mana kami sudah lama mempersiapkan diri," kata Presiden Zelensky seperti dikutip dari ABC Indonesia, Rabu (20/4/2022).

"Tidak masalah berapa jumlah pasukan Rusia yang akan dikerahkan ke sana, kami akan terus berjuang."

"Kami akan mempertahankan diri. Kami akan melakukannya setiap hari."

Fase Kedua Perang Rusia Ukraina

Dalam unggahan di media sosial, militer Ukraina mengatakan 'fase kedua perang sudah dimulai" dan pertempuran diperkirakan akan lebih sengit dibandingkan konflik sebelumnya yang sudah dimulai 24 Februari lalu.

Mengapa Rusia sekarang ingin menguasai Donbas?

Donbas terletak di Ukraina tenggara dan meliputi dua kawasan yaitu Donetsk dan Luhansk.

Ini adalah kawasan utama industri di mana warganya dominan berbahasa Rusia, dan Moskow sudah mendukung kelompok separatis di sana selama delapan tahun terakhir untuk memisahkan diri dari Ukraina.

 

Baca selengkapnya...

Infografis Pro-Kontra Rencana Kehadiran Putin di KTT G20 Bali. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya