Presiden Megawati Mengurbankan Seekor Sapi Hitam

Presiden, beberapa menteri, dan ribuan umat Islam Jakarta bersalat Idul Adha di Masjid Istiqlal. Di Demak, Jateng, ribuan umat muslim menyambut Idul Adha dengan berebut tumpeng sembilan.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Feb 2003, 17:59 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Presiden Megawati Sukarnoputri bersama ribuan umat muslim melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (12/2) pagi tadi. Presiden Megawati bersama suaminya Taufik Kiemas tiba sekitar pukul 06.50 WIB atau 10 menit sebelum salat dimulai. Selain Presiden, tampak hadir sejumlah menteri di antaranya Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla.

Salat Idul Adha di Istiqlal dipimpin imam Haji Hasanudin Sinaga dan khotib Hermawan Dipoyono. Dalam ceramahnya, Hermawan mengajak bangsa Indonesia untuk kembali mengingat arti kurban. Hingga tadi pagi, Badan Pengurus dan Pengelola Masjid (BPPMI) menerima hewan kurban berupa 13 ekor sapi dan 27 ekor kambing yang akan disembelih untuk dibagikan pada fakir miskin. Usai salat, Presiden menyerahkan hewan kurban berupa seekor sapi hitam kepada BPPMI Istiqlal. Sedangkan Hamzah yang diwakili Menko Kesra juga menyerahkan seekor sapi.

Sementara itu, suasana pemotongan hewan kurban di Kampung Melayu, Jakarta Timur, tahun ini lebih semarak dibanding tahun sebelumnya. Selain tak terendam banjir akibat luapan Sungai Ciliwung, jumlah hewan kurban yang dipotong pun lebih banyak. Tak heran jika sejak subuh, warga yang akan mendapatkan daging kurban sudah memadati halaman Masjid Al-Ati, lokasi pemotongan hewan kurban.

Tercatat ada enam ekor sapi dan 16 kambing yang dipotong di lokasi tersebut. Sedangkan tahun silam hanya tiga ekor sapi dan enam ekor kambing. Menurut Aryadi, panitia pemotongan hewan kurban, selain dari warga setempat, hewan kurban juga diperoleh dari sumbangan seorang donatur dari luar Kampung Melayu. Panitia membagikan daging kurban kepada mustahik, sekitar 1,5 hingga 2 kilogram setiap orangnya.

Sementara, ribuan umat muslim memadati Masjid Agung Demak, Jawa Tengah. Seusai Salat Idul Adha, mereka pun berebutan nasi tumpeng sembilan, tradisi warisan Wali Songo untuk menyambut Hari Raya Kurban dan menjadi rangkaian upacara Grebeg Besar. Upacara selamatan menyambut datangnya Idul Adha di Masjid Agung Demak ini memang telah ditunggu ribuan warga yang datang dari berbagai daerah.

Pada upacara ini, sembilan tumpeng menjadi simbol jumlah Wali yang mengembangkan Islam di Tanah Jawa. Menurut keyakinan, tumpeng akan mendatangkan berkah bagi yang berhasil mendapatkannya. Karenanya, warga berusaha keras mendapat tumpeng, meski dengan risiko terinjak-injak. Prosesi upacara selamatan tumpeng sembilan diawali dari Pendopo Kabupaten Demak, sebagai pusat pemerintahan. Upacara dibuka dengan tari jipin. Lalu, sembilan tumpeng diarak menuju Masjid Agung Demak. Setiap tumpeng dipanggul empat santri dan dipimpin dua ulama. Tumpeng dibentuk menyerupai gunung yang menurut kepercayaan Jawa menggambarkan sumber kehidupan lahir dan batin.

Di Masjid Demak, tumpeng utama dibawa masuk ke serambi. Empat tumpeng diletakkan di sebelah kanan masjid dan empat lainnya di sebelah kiri. Usai pengajian dan doa, tumpeng pun dipotong. Dalam selamatan tumpeng sembilan tahun ini, serambi diberi pembatas dan dijaga aparat keamanan. Sebelumnya pengunjung boleh masuk serambi sehingga sering tak terkendali saat berebut tumpeng.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya