Liputan6.com, Jakarta Inspirasi dalam peringatan Hari Kartini, Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) NLP Indi Dharmayanti membeberkan pendekatan yang dilakukannya dalam mengampu jabatan sebagai pemimpin. Sosok pemimpin periset perempuan dapat menjadi panutan (role model) kepemimpinan yang humanis.
"Sebenarnya saya tidak punya resep secara teoritis, tapi jika kita (periset perempuan) memimpin pasti harus mempunyai sisi humanis. Apalagi kita seorang perempuan, ya kelebihannya di situ. Bukan berarti seorang laki-laki tidak mempunyai rasa humanis," ujar Indi saat sesi Talk To Scientists: Perempuan Berkarya, Riset dan Inovasi Berdaya pada Kamis, 21 April 2022.
Advertisement
Menurut Indi yang baru-baru ini bergabung di BRIN, sejak lembaga tersebut terjadi integrasi di dalamnya, seorang pemimpin periset perempuan juga harus berani beradaptasi dan melakukan perubahan. Sikap tersebut diterapkan Indi tatkala memimpin Balai Besar Veteriner selama lebih dari 5 tahun.
"Ketika kita sebagai pemimpin pasti kita berani melakukan suatu perubahan. Jadi, kita harus bisa beradaptasi sesuai dengan bahan yang diminta oleh organisasi. Itu mungkin pendekatan-pendekatan yang saya lakukan sejak saya memimpin di lembaga riset terdahulu sebagai Kepala Balai Besar Veteriner Pertanian," ujarnya.
"Dan Alhamdulillah berhasil diterapkan untuk peneliti sehingga memacu mereka bisa lebih bekerja di bidangnya. Yang namanya riset di kementerian/lembaga sangat lebar dan tidak fokus. Nah, itulah dengan gaya humanis, kita sebagai pemimpin tentunya harus mengarahkan mereka, tanpa mengekang kreativitas."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bangun Kreativitas Peneliti
Sebagai pemimpin Kepala Organisasi Riset Kesehatan, Indi Dharmayanti juga membebaskan para peneliti di bawah organisasi yang diampunya berkreativitas. Diharapkan para peneliti dapat berkontribusi lebih banyak demi kemajuan.
"Motto saya, kita akan mengarahkan tapi tidak mengekang mereka. Mereka silakan berkreativitas, silakan untuk membina dan berkolaborasi dengan siapa saja. Hanya saja kita akan mengingatkan rambu-rambunya saja," pungkasnya.
"Cara ini dapat membentuk kreativitas riset para peneliti yang nantinya akan berkontribusi terhadap organisasi dan berkontribusi terhadap riset."
Dalam hal role model, lanjut Indi yang berhasil melakukan orasi di bidang kedokteran hewan, sosok kepemimpinan dengan membina hubungan sebagai partner diterapkannya. Artinya, bukan membangun hubungan yang bersifat antara bos dan anak buah.
"Kita sebagai role model ini menjadi contoh ya atau ladang. Yang pasti kepemimpinan dari sisi humanis, kemudian saya tidak ingin seperti layaknya bos dan anak buah. Tidak, tidak seperti itu," katanya.
"Lebih cenderung ke partner. Dan tak lupa, kita menerima perubahan dalam kinerja sehari-hari."
Advertisement
Tak Lepas Kodrat Sebagai Perempuan
Yang tak kalah penting, inspirasi Hari Kartini bagi Indi Dharmayanti adalah sehebat apapun wanita menjadi periset dan ilmuwan, tak bisa lepas kodrat sebagai perempuan. Perempuan tetaplah menjadi sosok pertama bagi anak-anaknya.
"Quote saya adalah kita tidak melepaskan kodrat sebagai seorang perempuan. Periset perempuan harus mampu menjadi sekolah pertama bagi putra-putrinya yang menghasilkan generasi unggul bangsa dan menciptakan inovasi teknologi yang berkontribusi untuk kemajuan Indonesia," terangnya.
"Intinya, sehebat apapun kita sebagai seorang ilmuwan, kita tidak bisa melepaskan kodrat sebagai perempuan. Saya Muslim dikatakan sesuai agama, pesantren pertama bagi anak-anak adalah ibu. Kemudian sekolah pertama bagi putra-putrinya itu ibunya."
Selanjutnya, dari sosok ibu inilah yang akan melahirkan generasi-generasi unggul bangsa.
"Saya tekankan bahwa inspirasi yang diteladani dari Ibu Kartini bisa mensetarakan pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Walaupun setinggi apapun seorang perempuan, dia tetap seorang ibu, apapun karier seorang perempuan, dia tetep seorang ibu yang merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya," sambung Indi.
Periset Perempuan Dorong Inovasi Bangsa
Dari sisi jumlah periset perempuan, data global UNESCO mencatat persentase sebesar 30 persen. Artinya, bagian-bagian negara tertentu ada sedikit diskriminasi terkait dengan periset perempuan. Namun, ada juga beberapa belahan negara lain yang belum menerima sosok perempuan sebagai pemimpin.
"Jangankan untuk negara yang tidak maju, yaitu negara yang maju saja, developing country, untuk menerima seorang pemimpin perempuan juga masih diperdebatkan, seperti di Amerika Serikat. Untuk data Indonesia Indonesia sendiri, saya belum mendapatkan," Indi Dharmayanti menambahkan.
"Tetapi paling tidak, karena semua peneliti sekarang sudah berkumpul di BRIN, jadi dari sekitar 4.000-an peneliti, ada 43 persen peneliti perempuan. Saya harapkan dengan kekuatan yang kita miliki sebagai perempuan, kita mampu mendorong lingkungan riset yang mampu menciptakan penemuan dan inovasi serta berkontribusi terhadap kemajuan bangsa negara dan masyarakat."
Selain itu, kemampuan perempuan yang multitasking, bisa menerima tekanan dari manapun membuat perempuan sebenarnya lebih kuat.
"Kita memang punya kekuatan, mempunyai kekuatan menjadi seorang yang multitasking sehingga kita jauh lebih tahan terhadap beberapa goncangan. Kita harapkan tentunya sebagai periset di Indonesia, khususnya di BRIN, kita punya pasukan sekitar 43 persen," pungkas Indi.
"Ini akan mewarnai dan akan memperkuat BRIN untuk menciptakan inovasi dan tercanggih di Indonesia."
Advertisement