Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah beri sinyal kenaikan harga pertalite. Hal itu menyusul lonjakan harga minyak dunia saat ini yang sudah berada di atas USD 100 per barel.
Di sisi lain, penyesuaian harga pertalite dinilai perlu demi mengurangi beban APBN. Meski begitu, PT Blue Bird Tbk (BIRD) belum terburu-buru untuk ikut melakukan penyesuaian tarif jika kebijakantersebut resmi diketuk.
Advertisement
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono mengatakan, pihaknya akan terlebih dulu melakukan skenario lain untuk melakukan efisiensi biaya operasional.
"Harga BBM naik, belum tentu tarif ikut naik. Karena kita perlu lihat juga daya serap masyarakat dan efisiensi apa yang bisa dilakukan. Jadi tidak selalu kenaikan BBM ujungnya kenaikan tarif. Kita bisa lakukan beberapa hal dan pertimbangkan juga kenaikan tarif," kata dia saat ditemui di Jakarta, ditulis Kamis (21/4/2022).
Sigit mengatakan, perseroan masih menunggu kelanjutan dari wacana tersebut. Jika memang ada penyesuaian harga BBM, maka perseroan juga akan melakukan perhitungan ulang.
"Kita menunggu keputusan dari pemerintah, apakah naik atau tidak. Apabila pertalite naik, kita perlu itung ulang berapa biaya (operasional)," kata dia.
Adapun BBM memiliki kontribusi sekitar 20 persen dari total biaya operasional perseroan. Sehingga jika harga BBM naik, Sigit mengatakan dampaknya tidak akan menyeluruh. Di samping perseroan juga melakukan efisiensi dari pos biaya yang lain.
"BBM itu ada sekitar 20an persen. Jadi kalaupun ada impact, tidak 100 persen terhadap biaya operasional semuanya. Ada banyak biaya-biaya lain bisa kita lakukan efisiensi," ujarnya.
Saat ini, seluruh armada milik perseroan minimal sudah menggunakan Pertalite. Sebagian ada yang menggunakan pertamax, dan yang memakai CNG (Gas Bumi Terkompresi) ada 2.200 kendaraan. Sementara armada dengan bahan bakar listrik (electric vehicle) saat ini ada 29 unit.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Blue Bird Bidik Kurangi 50 Persen Emisi hingga 2030
Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengumumkan komitmennya untuk mewujudkan agenda Visi Berkelanjutan 50/30. Misi tersbeut merupakan gambaran dari strategi perseroan dalam mengurangi 50 persen emisi karbon dan buangan operasional pada 2030.
Visi ini sekaligus menandai usia emas perseroan yang jatuh pada 1 Mei 2022. Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono mengatakan, dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, khususnya transportasi yang berkelanjutan, pemerintah memerlukan dukungan dan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pelaku bisnis.
"Melalui Visi Keberlanjutan 50/30, Blue Birdberharap untuk dapat membuktikan komitmen Perusahaan dalam mengurangi 50 persen emisi karbon dan limbah operasional di tahun 2030, dan menerapkannya ke dalam tiga pilar Visi Keberlanjutan, yaitu BlueSky, BlueLife, dan BlueCorps,” kata dia dalam konferensi pers Peluncuran Visi Keberlanjutan Bluebird, Rabu, 20 April 2022.
Di usia perseroan yang genap 50 tahun, Blue Bird telah melayani negeri melalui nilai-nilai luhur yang diturunkan dari generasi ke generasi pendahulunya. Hal ini sejalan dengan filosofi nama Bluebird, yaitu ‘Sang Burung Biru’ pembawa kebahagiaan bagi karyawan, pengemudi, masyarakat, dan lingkungan.
Blue Bird juga menegaskan Visi Keberlanjutan 50/30 yang dikukuhkan pada Rabu, 20 April 2022 memiliki makna tersendiri bagi lebih dari 2.000 karyawan dan lebih dari 20.000 pengemudi Blue Bird, karena komitmen ini akan menjadi landasan strategi bisnis perusahaan ke depan.
Melalui pilar BlueLife, Blue Bird berkomitmen meningkatkan kualitas kehidupan sosial melalui Bluebird Peduli, Bluebird Academy, Asrama Perempuan, dan Kawan Bluebird.
Pilar BlueSky terfokus pada perbaikan kualitas lingkungan dengan menargetkan beberapa komitmen konkrit pada 2030. Sementara, melalui pilar BlueCorps, Perseroan mengupayakan peningkatan kualitas tata kelola bisnis perusahaan.
Advertisement
Kinerja 2021
Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) membukukan pertumbuhan pendapatan dan mencetak laba bersih pada 2021.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu, 30 Maret 2022, PT Blue Bird Tbk mencatat pendapatan Rp 2,22 triliun pada 2021. Pendapatan itu naik tipis 8,5 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,04 triliun. Beban langsung tercatat Rp 1,72 triliun pada 2021 atau menguat 0,86 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,71 triliun.
Dengan demikian, laba bruto tercatat naik 47,66 persen pada 2021 menjadi Rp 493,96 miliar. Pada 2020, perseroan mencatat laba bruto Rp 334,51 miliar. Perseroan membukukan beban usaha Rp 510,11 miliar pada 2021 atau turun 9,1 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 561,54 miliar.
Perseroan menurunkan rugi usaha 92,88 persen menjadi Rp 16,14 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 227,03 miliar. Dengan demikian, perseroan mencetak laba Rp 7,71 miliar pada 2021. Kondisi ini berbeda dari tahun sebelumnya rugi Rp 161,35 miliar.
Perseroan membukukan laba per saham dasar yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 3 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 64.
Perseroan mencatat ekuitas turun 1,6 persen menjadi Rp 5,14 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,23 triliun. Total liabilitas merosot 28,10 persen menjadi Rp 1,45 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,01 triliun.
Total aset susut 9,03 persen menjadi Rp 6,59 triliun pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 7,25 triliun. PT Blue Bird Tbk kantongi kas dan setara kas Rp 945,63 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 798,85 miliar.
Belanja Modal
Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) menyiapkan belanja modal sekitar Rp 1 triliun pada 2022. Belanja modal itu akan digunakan untuk ekspansi usaha.
Direktur PT Blue Bird Tbk, Eko Yuliantoro menuturkan, perseroan telah menjual mobil yang berumur pada 2020-2021 sehingga berdampak terhadap jalur kinerja pada kuartal IV dan 2021. Dengan demikian diharapkan Blue Bird dapat mencatat kinerja positif pada 2021.
Eko menuturkan, hal itu terlihat dari pendapatan perseroan pada Desember 2021 yang sudah sekitar 75-80 persen sebelum pandemi COVID-19.Selain itu, Blue Bird juga optimistis melihat perkembangan bisnis pada 2022 dengan demikian menyiapkan ekspansi usaha melalui belanja modal cukup besar.
"Sebagaimana kita antisipasi perkembangan pergerakan bisnis akan mendekati normal, persiapkan diri untuk ekspansi usaha. Kita persiapkan belanja modal cukup besar Rp 1 triliun lebih sedikit," kata dia, saat paparan publik virtual yang ditulis Kamis, 16 Desember 2021.
Ia menambahkan, mayoritas belanja modal untuk pembelian kendaraan baru sehingga meremajakan armada taksi dan non taksi sektiar 5.000 unit.
"Sehingga dengan mobil baru efisiensi operasional lebih tercapai akan meningkatkan kinerja Blue Bird khususnya 2022," kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk Sigit Priawan Djokosoetono optimistis dengan kinerja 2022.
"Cukup optimistis karena semester 2 2021 kondisi setelah dilepaskan pengetatan atau PPKM pada kuartal III 2021, kita melihat 2022 sangat optimisis dari Blue Bird. Melihat beberapa kondisi ekonomi tidak banyak banyak pengetatan PPKM tetapi juga berhati-hati apakah ada wave COVID-19, apabila itu muncul perusahaan antisipasi lebih cepat," kata dia.
Advertisement