Hari Bumi 2022: Berinvestasi pada Planet Kita

"Berinvestasi pada Planet Kita" jadi teman Hari Bumi 2022. Apa artinya?

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Apr 2022, 05:16 WIB
Ilustrasi Hari Bumi. (dok. Unsplash/ Noah Buscher)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Bumi kembali dirayakan hari ini, Jumat (22/4/2022). Tahun ini, earthday.org menggagas "Berinvestasi pada Planet Kita" sebagai tema peringkatan Hari Bumi 2022. Melansir situs webnya, mereka menulis, "Kita perlu mencapai nol emisi gas rumah kaca pada pertengahan abad untuk menjaga suhu global di bawah 1,5 derajat celcius."

"Bergabunglah dengan kami untuk mempelajari tentang beberapa solusi utama yang akan membantu kami mewujudkan pengurangan gas rumah kaca yang dibutuhkan pada 2030 untuk memenuhi Perjanjian Paris," tuturnya. "Semua bersama Sekarang!"

Hari Bumi 2022, mereka melanjutkan, harus jadi momentum untuk mengubah semuanya, mulai dari iklim bisnis, iklim politik, hingga bagaimana manusia mengambil tindakan terhadap iklim. Pihaknya mencatat, "Sekaranglah saatnya keberanian yang tidak terbendung untuk menjaga dan melindungi kesehatan kita, keluarga kita, mata pencaharian kita."

"bersama-sama, kita harus 'Berinvestasi pada Planet Kita,'" pihaknya menyambung. "Karena masa depan yang hijau adalah masa depan yang sejahtera."

Lebih lanjut mereka mendorong publik untuk bertindak berani, berinovasi secara luas, dan menerapkan prinsip berkeadilan. "(Pelaku) bisnis, pemerintah, dan warga negara, semua orang bertanggung jawab, dalam kemitraan untuk planet ini," organisasi itu menambahkan.

Mereka mengatakan, "Waktu untuk memilih masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan, dan waktu untuk memulihkan alam dan membangun planet yang sehat untuk anak-anak kita dan anak-anak mereka, waktunya singkat."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Mendesak Para Pebisnis

Ilustrasi Hari Bumi. (dok. Louis Reed/Unsplash.com)

"Bernvestasi pada Planet Kita" lebih lanjut diimplementasi pada seruan bagi pebisnis untuk bertindak sekarang. "Perubahan iklim akan semakin merusak ekonomi, meningkatkan kelangkaan, menguras keuntungan dan prospek pekerjaan, serta berdampak pada kita semua," mereka menulis.

"Namun, kita sudah tahu bahwa inovasi sektor swasta (dengan dukungan publik) mempercepat jenis perubahan yang kita butuhkan. Studi menunjukkan korelasi langsung antara praktik bisnis yang berkelanjutan, harga saham, dan kinerja bisnis," pihaknya menambahkan.

"Perusahaan yang mengembangkan standar Tata Kelola Lingkungan Sosial (ESG) yang kuat memiliki profitabilitas lebih baik, keuangan lebih kuat, karyawan lebih bahagia, dan kinerja saham yang lebih tangguh," paparnya.

"Perusahaan yang cerdas," kata mereka, menemukan bahwa ini bukan lagi pilihan antara jadi lebih ramah lingkungan dan meningkatkan keuntungan jangka panjang, mengingat "keberlanjutan adalah jalan menuju kemakmuran." Jadi untuk alasan kemanusiaan dan bisnis, sangat penting bagi perusahaan dari semua ukuran untuk mengambil tindakan dan menerima manfaat dari ekonomi hijau, jelasnya.


Setiap Individu Berdampak

Aktivis lingkungan hidup menggelar aksi serempak Joget Jagat: Diam Berarti Tenggelam di Jakarta, Kamis (22/4/2021). Aksi untuk memperingati Hari Bumi serta menunjukkan semangat anak muda yang tidak tinggal diam dan tetap memperjuangkan hidup di tengah krisis iklim. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebagai individu, setiap orang memiliki kekuatan sederhana, namun efektif untuk membuat suara kita didengar melalui pilihan, tindakan keseharian, dan interaksi pribadi. Apa yang kita masing-masing lakukan, dan bagaimana melakukannya, memiliki efek riak besar pada ekosistem kita. Juga, pada "kecepatan tindakan perusahaan dan pemerintah," menurut organisasi itu.

Gen Z memberi inspirasi, mereka mencontohkan, dengan 45 persen berhenti membeli merek tertentu karena masalah etika atau prinsip keberlanjutan. "Kita memiliki kekuatan untuk melobi dan mendukung bisnis yang mengambil langkah aktif untuk melindungi lingkungan melalui praktik dan investasi ramah iklim mereka, dan melawan yang tidak melakukannya," tutur pihaknya.

Mereka juga mendorong Hari Bumi bukan sebagai peringatan setahun sekali, namun bagaimana semangatnya dijalan setiap hari. "Hari ini adalah hari untuk bertindak. Bukan hanya karena Anda peduli dengan alam, tapi karena kita semua hidup di dalamnya," tuturnya.

Organisasi itu menyambung, "Kita masing-masing membutuhkan Bumi yang sehat untuk mendukung pekerjaan, mata pencaharian, kesehatan dan kelangsungan hidup, serta kebahagiaan kita. Planet yang sehat bukanlah suatu pilihan, tapi keharusan."


52 Aksi Menjaga Bumi

Aktivis lingkungan hidup menggelar aksi serempak Joget Jagat: Diam Berarti Tenggelam di Jakarta, Kamis (22/4/2021). Aksi untuk memperingati Hari Bumi serta menunjukkan semangat anak muda yang tidak tinggal diam dan tetap memperjuangkan hidup di tengah krisis iklim. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menjaga aksi semangat menjaga Bumi tidak hanya setahun sekali, pihaknya pun memperkenalkan gerakan 52 aksi. Juga, berbagi sejumlah tips untuk "membuat perbedaan, setiap hari sepanjang tahun."

Beberapa di antaranya termasuk mengubah diet yang lebih ramah lingkungan, memperhitungkan jajak karbon makanan yang dikonsumsi, serta mendukung edukasi iklim. Tidak ketinggalan, publik juga diajak mendorong tempat mereka berkegiatan untuk beraksi melawan perubahan iklim.

"Bagikan cerita Anda, berdiri melawan deforestasi, memungut sampah untuk nantinya dipilah selama berlari, memperhitungkan jejak karbon dari kegiatan sehari-hari, memperkirakan penggunaan plastik, dan mengatur kegiatan bersih-bersih dalam komunitas," pihaknya menuliskan.

Juga, bisa juga dengan mendesak penggunaan energi terbarukan, beralih menggunakan tas yang bisa dipakai berulang kali, belajar cara melawan limbah plastik, serta mengompos. Anda juga bisa berupaya dengan beralih ke tagihan digital, jadi tidak perlu mencetak bon.

"Membeli produk makanan lokal, beraih pada opsi fesyen lebih berkelanjutan, dan menyiapkan menu makanan (untuk menghindari limbah makanan)," tulis pihaknya menambahkan upaya yang bisa dilakukan.

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya