Warga di Shanghai Gantung Tas Belanja Brand Mewah di Tengah Lockdown

Warga di Shanghai yang tengah lockdown telah menemukan cara untuk memamerkan kekayaan mereka, yakni dengan menggunakan tas belanja brand mewah.

oleh Putu Elmira diperbarui 22 Apr 2022, 09:01 WIB
Warga di Shanghai yang tengah lockdown telah menemukan cara untuk memamerkan kekayaan mereka, yakni dengan menggunakan tas belanja brand mewah. (Tangkapan Layar Weibo)

Liputan6.com, Jakarta - Shanghai saat ini mungkin tengah berada di bawah lockdown yang ketat akibat pandemi Covid-19. Namun, orang kaya kota itu masih menemukan cara untuk memamerkan kekayaan dan status mereka.

Dikutip dari Insider, Kamis, 21 April 2022, salah satu cara pecinta fesyen Shanghai memamerkan kekayaannya dengan menggunakan tas belanja brand mewah. Dalam beberapa minggu terakhir, tampaknya tas belanja ini menjadi lebih didambakan daripada tas desainer itu sendiri.

Tas belanja brand mewah ini dapat terlihat tergantung di luar pintu apartemen di seluruh kota. Warga menggunakan tas belanja itu untuk alat tes mandiri antigen Covid-19 mereka.

Tas itu dikumpulkan setiap hari oleh petugas kesehatan sebagai bagian dari upaya untuk meminimalkan kontak, menurut outlet berita mewah China Jing Daily. Sementara penduduk dapat menggunakan kantong plastik bekas untuk melakukan hal yang sama.

Banyak yang memilih untuk mengeluarkan tas belanja kertas mereka dari rumah mode seperti Prada, Louis Vuitton, dan Hermes. Ratusan foto tren telah beredar di platform mirip Twitter China, Weibo.

Unggahan tersebut mengundang tawa dan ejekan dari pengguna internet lainnya. "Tes Covid sangat kecil, dan tas ini sangat besar. Apakah ada 20 orang yang tinggal di apartemen itu?" kata seseorang menanggapi gambar tas kertas Chanel besar yang tergantung di pintu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tuai Kritik

Seorang wanita mengenakan masker berjalan di taman umum di Beijing, Kamis (21/4/2022). Di daratan Cina, jumlah kematian meningkat menjadi lebih dari 20 dalam wabah di Shanghai yang menutup kota terbesar di negara itu. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Yang lain berkomentar bagaimana tren ini adalah bukti bahwa penduduk Shanghai menjalani kehidupan yang berbeda dari orang-orang di China lainnya. "Mereka berada di dunia materialistis mereka sendiri," komentar pengguna Weibo lainnya.

Sejak akhir Maret, Shanghai berada di bawah lockdown yang ketat dan tidak terbatas di tengah lonjakan kasus Covid-19. Kemarahan publik telah meningkat atas penanganan pihak berwenang atas situasi tersebut.

Orang-orang di seluruh kota mengklaim bahwa mereka kehabisan makanan dan kesabaran. Pada Selasa, kota itu mencatat 2.494 kasus Covid bergejala dan 16.407 kasus tanpa gejala, menurut Komisi Kesehatan Kota Shanghai.

China yang mengambil pendekatan Zero Covid memaksa 25 juta penduduk Shanghai menjalani lockdown ketat. Upaya dilakukan demi menekan penyebaran virus sembari terus melakukan pengujian massal.

Lockdown di Shanghai telah melahirkan beragam cerita. Penguncian berdampak signifikan pada aktivitas keseharian warga. Mereka kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok, tak terkecuali miliarder bernama Kathy Xu Xin.


Cerita Miliarder

Salah satu pemandangan kota Shanghai, China, saat lockdown karena Covid-19 yang tampak sepi seperti kota hantu (Dok.STR/AFP)

Perempuan yang dijuluki sebagai ratu modal ventura China tersebut menarik perhatian akibat tangkapan layar ponselnya beredar viral di aplikasi media sosial WeChat, pada Kamis, 7 April 2022. Isinya adalah permintaan tolong untuk bisa membeli roti dan susu bagi keluarganya.

Ia menduduki peringkat 71 dalam Investor Modal Ventura Terbaik Dunia pada 2021 oleh Forbes. Pengusaha berusia 55 tahun itu tinggal di kompleks vila kelas atas di Distrik Pudong.

"Adakah tetangga yang bisa memperkenalkan saya ke grup produsen roti? Keluarga saya memiliki banyak orang. Kami membutuhkan roti dan susu. Terima kasih," tulis pendiri dan presiden perusahaan ekuitas swasta independen Capital Today di WeChat, dikutip dari AsiaOne, 12 April 2022.

Seorang tetangga menanggapi pertanyaan itu. Ia mengaku bisa menghubungkan Xu ke grup terkait. Namun, seorang perempuan anggota grup itu menjadi penasaran. Perempuan bernama Fiona Yu Fang yang juga seorang investor ekuitas akhirnya bertanya, "Apakah itu Anda Presiden Xu?"


Kata Warganet

Seorang pria berjalan di sepanjang Sungai Huangpu di distrik Pudong yang dikunci sebagai tindakan melawan Covid-19, di Shanghai (28/3/2022). Shanghai lockdown setiap setengah kota secara bergiliran untuk tes Covid-19 massal mulai Senin (28/3/2022) di tengah lonjakan infeksi. (AFP/Hector Retamal)

Unggahan percakapan mereka pun dibanjiri beragam komentar. "Saya pikir hanya kami, fund manager, yang tidak bisa mendapatkan popok. Saya tidak menyangka Sister Xu Xin juga perlu bergabung dengan para pembeli," tulis warganet di WeChat. 

"Bahkan miliarder harus berebut makanan seperti kita semua," kata lainnya. "Akhirnya ada satu masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan uang."

Di bawah lockdown, warga Shanghai membentuk tim untuk membuat pesanan belanja bersama secara online, karena sangat sulit untuk membeli makanan di aplikasi secara individual. Hal tersebut karena persaingan yang tinggi dan jumlah pekerja pengiriman menyusut karena banyak yang telah terinfeksi virus atau ditempatkan di bawah penguncian.

Xu kemudian menjelaskan di WeChat bahwa dia merasa malu karena permintaan rotinya telah beredar luas. "Anak saya membawa teman-teman sekelasnya untuk bermain di rumah saya. Rumah kami sekarang menampung 12 orang, menimbulkan permintaan makanan yang sangat besar. Jadi saya juga akan bergabung dengan kelompok pembelian," kata Xu. Dia menambahkan bahwa kekurangan roti dan susu telah teratasi.

Infografis Desainer Indonesia di Pentas Fesyen Dunia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya