Saratoga Investama Pilih Investasi Sektor Kesehatan hingga Energi Terbarukan

Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan mengatakan, Saratoga setiap tahun bisa membuat 2-4 rumah sakit baru.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 22 Apr 2022, 10:58 WIB
Pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk atau SRTG melihat peluang di sektor perawatan kesehatan dan energi terbarukan.

Perseroan melihat pertumbuhan sektor perawatan di tengah pandemi COVID-19 begitu masif. Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan mengatakan, Saratoga setiap tahun bisa membuat 2-4 rumah sakit baru seiring dengan diperlukannya layanan kesehatan yang berkualitas.

“Saratoga itu kita melihat pertumbuhan untuk sektor help care ini specially dengan kejadian pandemic itu sangat masif sekali. Kami setiap tahun itu bisa membuat 2-4 rumah sakit baru dan kita melihat kebutuhan untuk medical service yang berkualitas diperlukan," kata Devin dalam acara Paparan Publik Tahunan Saratoga Investama Sedaya, ditulis Jumat (22/4/2022).

Untuk mengembangkan sektor kesehatan tersebut, Saratoga pun melihat penghimpunan dana dari pasar modal. Perseroan mengembangkan portofolio perseroan yaitu Primaya Hospital.

"Itulah kenapa kita melihat ini adalah waktunya di mana kita bisa menggunakan dana dari capital market untuk terus mengembangkan bisnis primaya dan memberikan health care service ke seluruh Indonesia,” ujar dia.

Perseroan melihat sektor kesehatan ini berkembang sangat cepat. Oleh karena itu, perseroan mencari pendanaan untuk ekspansi sektor kesehatan.

"Jadi dari 4 tahun lalu sejak kita investasi Saratoga dan partner kita terus menginvestasikan dana kami bersama dana pinjaman. Kami melihat ini sektor ini masih berkembang sangat cepat makanya kami ingin mendapatkan dana baru supaya kami bisa lebih cepat lagi untuk ekspansi bisnis ini,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Fokus di Sektor Energi Terbarukan

Ilustrasi PLTS

Selain sektor kesehatan,Saratoga juga fokus investasi di sektor energi terbarukan ke depan. Perseroan menyatakan tidak akan investasi baru di batu bara dan kelapa sawit. Devin menuturkan, pihaknya akan membantu Adaro Energy untuk diversifikasi bisnis.

"Mereka sudah menginvestasikan di satu perusahaan yang menghasilkan metal digunakan untuk stainless steel. Mereka investasi di smelter aluminium juga, jadi tidak ada investasi di batu bara,” kata dia.

Perseroan mendukung program pemerintah untuk emisi nol karbon pada 2050. Dengan demikian, perseroan tidak investasi di batu bara dan kelapa sawit.

“Kita ingin mensupport pemerintah dalam menargetkan zero emission di tahun 2050, kami tidak akan masuk ke industri yang kami tidak punya pengalaman,” kata Devin.

Sementara itu, sebagai perusahaan investasi yang emiten kode saham SRTG menginginkan stabilitas, untuk saat ini harga sumber daya alam lagi tinggi-tingginya, ini disebabkan oleh geopolitik isu di luar kontrol manajemen.

"Kami justru lebih menginginkan stabilitas untuk harga supaya manajemen  bisa melakukan perencanaan yang lebih baik, karena kalau seperti ini mendadak demand sangat besar buat kami itu kurang baik. Jadi kami ingin harga stabil supaya kami bisa menjalankan bisnis plan dengan baik,” tutur Devin.

 


Saratoga Sebar Dividen Rp 814 Miliar

Ilustrasi dividen

Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menyetujui pembagian dividen tunai untuk tahun buku 2021 sebesar Rp 814 miliar yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Kamis, 21 April 2022. Pembagian dividen itu lebih besar  dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 298 miliar.

Dividen tunai tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham Saratoga Investama Sedaya yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada 11 Mei 2022, pukul 16:00 WIB.

Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham Perseroan akan dilakukan pada 13 Mei 2022. Presiden Direktur Saratoga Investama Sedaya, Michael William P. Soeryadjaya menyatakan, pembagian dividen yang dilakukan merupakan bentuk apresiasi perseroan atas dukungan pemegang saham.

"Terima kasih kepada para pemegang saham yang terus mendukung Saratoga. Kami mampu mengelola perusahaan dengan disiplin, efisen dan terukur, sehingga berhasil mengeksekusi setiap strategi investasi secara optimal. Komitmen kami adalah memastikan setiap investasi yang dilakukan Saratoga dapat memberikan nilai tambah yang optimal bagi para pemegang saham dan juga bagi perekonomian Indonesia," kata Michael dalam keterangan resminya, Kamis, 21 April 2022.

RUPST Saratoga juga menyetujui dan menerima dengan baik laporan tahunan perseroan untuk tahun buku 2021, mengesahkan laporan tugas pengawasan dewan komisaris perseroan, serta mengesahkan laporan keuangan konsolidasian perseroan dan entitas anak untuk tahun buku 2021 yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik Siddharta Widjaja dan rekan (anggota firma KPMG International).

Berdasarkan keterangan resminya, laporan keuangan konsolidasian Saratoga dan entitas anak untuk tahun buku 2021 memperoleh pendapat wajar dalam semua hal yang material.  

 

 

 


Buyback Saham

Ilustrasi buyback saham

 

Selain RUPST, pada kesempatan ini Perseroan juga menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB). Untuk agenda tersebut, pemegang saham menyetujui usulan manajemen Saratoga untuk melakukan buyback saham sebanyak-banyaknya 45 juta saham.

Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) atas saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan dan tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEi).

Pembelian kembali saham akan dilaksanakan setelah perseroan memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diadakan pada 21 April 2022 sampai dengan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Saratoga Investama Sedaya selanjutnya yang akan diadakan selambat-lambatnya 30 Juni 2023.

Biaya yang akan dikeluarkan oleh pelaksanaan pembelian kembali saham adalah maksimal Rp 150 miliar, termasuk biaya perantara pedagang efek dan biaya lainnya sehubungan dengan pembelian kembali saham.

Merujuk pengumuman yang diterbitkan Saratoga, jumlah saham yang akan dibeli kembali adalah sebanyak-banyaknya 0,33 persen dari modal disetor perseroan atau maksimum sebanyak 45 juta lembar saham

Pertimbangan utama perseroan dalam melakukan pembelian kembali saham adalah sehubungan dengan pelaksanaan program insentif jangka panjang kepada karyawan perseroan.

Selain itu, perseroan memandang bahwa harga saham perseroan saat ini belum mencerminkan nilai atau kinerja perseroan yang sesungguhnya, walaupun perseroan telah menunjukkan kinerja yang bagus.

"Berdasarkan alasan tersebut, maka perseroan berupaya untuk memiliki fleksibilitas yang memungkinkan perseroan  memiliki mekanisme untuk menjaga stabilitas harga saham perseroan agar lebih mencatatkan nilai atau kinerja perseroan,” tulis Direksi dalam pengumuman, dikutip Rabu (16/3/2022).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya