Liputan6.com, Denpasar - Dalam beberapa bulan terakhir, harga minyak goreng melambung tinggi, keberadaannya pun sempat langka di pasaran. Kondisi inilah yang akhirnya mendorong angka inflasi di sejumlah wilayah. Bahkan, Bali mencetak inflasi tertinggi pada Maret 2022, tak lain dan tak bukan disebabkan lonjakan harga minyak goreng.
Hal itu disampaikan oleh Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Rizki Ernadi, di mana data survei BI, pada Maret 2022 lalu, Bali mengalami inflasi 2,4 persen tahun ke tahun. Sumbangan inflasi terbesar dari komoditas minyak goreng, yakni 0,15 persen.
Tak hanya itu, Rizki menyebut ada empat komoditas lain yang menyumbang inflasi pada Maret 2022, yakni angkutan udara sebesar 0,11 persen, disusul cabai rawit yang menyumbang inflasi 0,10 persen, cabai merah menyumbang sebesar 0,11 persen, dan emas perhiasan yang menyumbang inflasi 0,07 persen.
Baca Juga
Advertisement
Lebih Tinggi dari Inflasi Nasional
"Inflasi disumbang oleh lima kebutuhan, yakni minyak goreng, angkutan udara, cabai rawit, cabai merah dan emas perhiasan," kata dia di Denpasar, Jumat (22/4/2022).
Inflasi Maret 2022 di Bali tercatat melebihi inflasi nasional. "Pada Maret tercatat 0,91 persen, angka yang lebih tinggi dibandingkan inflasi secara nasional pada periode sama sebesar 0,66 persen," ujar Rizki.
Untuk diketahui, inflasi di Bali berasal dari dua kota besar yakni Singaraja dan Denpasar, dari periode Maret 2021 hingga Maret 2022 mengalami imflasi sebesar 2,56 persen dan 1,46 persen.
"Berbanding dengan Februari 2022, tingkat inflasi di dua kota itu (Denpasar dan Singaraja) masing-masing mengalamai kenaikan 0,86 persen dan 1,27 persen," dia menandaskan.
Untuk target inflasi hingga akhir tahun 2022, diperkirakan berada pada kisaran 3 persen plus minus 1. Namun, dengan realisasi inflasi dalam 3 bulan terakhir ini, diperkirakan target tersebut bisa terlewati.
Advertisement