Survei: Pandemi hingga Perang Ukraina Pengaruhi Kesehatan Mental Warga AS

Pandemi COVID-19 yang berlangsung lebih dari dua tahun terakhir memicu gangguan kesehatan mental bagi hampir setengah dari orang dewasa di Amerika Serikat.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Apr 2022, 14:27 WIB
Ilustrasi Pandemi hingga Perang Ukraina Pengaruhi Kesehatan Mental Warga AS Credit: pexels.com/Liza

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang berlangsung lebih dari dua tahun terakhir memicu gangguan kesehatan mental bagi hampir setengah dari orang dewasa di Amerika Serikat.

Hal ini terlihat dari survei tahunan yang dilakukan American Psychological Association yang melaporkan 41 persen orang dewasa di AS memiliki kehidupan yang lebih stres setelah adanya pandemi dan kini ditambah perang Ukraina.

Menurut penelitian, hal ini tidak mengherankan, lantaran dalam dua tahun terakhir pandemi COVID-19 global, ekonomi yang jatuh, kekurangan rantai pasokan, dan prospek Perang Dunia III memang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

Sebagian besar orang dewasa (87 persen) setuju bahwa mereka merasa ada aliran krisis yang konstan selama dua tahun terakhir. Dan Tujuh dari 10 (73 persen) di antaranya mengatakan bahwa mereka merasa kewalahan karenanya.

Sumber stres utama pada minggu-minggu awal 2022 adalah kenaikan harga barang sehari-hari karena inflasi. Misalnya, harga gas, tagihan energi, biaya bahan makanan, dan lain-lain (87 persen), diikuti oleh masalah rantai pasokan (81 persen), ketidakpastian global (81 persen), potensi pembalasan dari Rusia misalnya serangan siber dan ancaman nuklir (80 persen) dan invasi Rusia ke Ukraina (80 persen).

Melansir New York Post, orang Amerika telah menyaksikan perang di Ukraina dari sela-sela media sosial, kata penulis survei. Foto-foto mengerikan, video yang mengganggu, dan kisah memilukan yang keluar dari negara itu telah membuat banyak orang di AS ketakutan dan bingung.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Berkolerasi dengan Kenaikan Harga Barang

Indeks harga konsumen Amerika Serikat

Selain menyajikan gambar-gambar mencekam, perang juga telah berkorelasi dengan kenaikan harga barang kebutuhan rumah tangga. Mulai dari bahan makanan hingga gas, ditambah meroketnya sewa dan biaya perumahan di seluruh negeri.

“Para ahli telah memperingatkan bahwa harga diperkirakan akan terus meningkat, membuat orang Amerika semakin dibayangi oleh resesi yang dapat terjadi,” mengutip New York Post Jumat (22/4/2022).

Jumlah orang dewasa yang mencatat ekonomi sebagai sumber stres yang signifikan telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Ini terutama di antara orang Amerika berusia 18-25 dan setengah dari semua orang dewasa AS (50 persen) yang menunjukkan biaya perumahan sebagai penyebab utama stres.

Secara keseluruhan, orang Amerika yang lebih muda kemungkinan besar menunjuk uang sebagai penyebab utama stres (82 persen). Persentase orang yang khawatir tentang uang menurun seiring dengan meningkatnya kelompok usia, dengan Gen Z merasakan beban terberat dari krisis keuangan.

Orang dewasa muda mengalami pertumbuhan utang tertinggi dari generasi mana pun antara 2019 dan 2020 karena pengangguran dan pinjaman mahasiswa, dengan saldo rata-rata meningkat 67,2 persen dari $9.593 (Rp 137,6 juta).


Kelompok Minoritas Lebih Tertekan

FOTO: Imbas Perang Rusia - Ukraina, Harga Bensin AS Tertinggi Sejak 2008

Sementara tekanan finansial berdampak pada lebih dari setengah orang dewasa di seluruh AS, jumlah itu melonjak untuk kelompok minoritas, dengan Latino (75 persen) dan orang dewasa kulit hitam (67 persen) merasakan lebih banyak tekanan.

Penyebab stres yang jelas selama dua tahun terakhir adalah pandemi COVID-19. Banyak pembatasan dan sebagian besar kepanikan telah mereda karena ancaman kematian telah berkurang, tetapi hampir tiga dari lima orang (58 persen) masih setuju bahwa pandemi secara keseluruhan terus menjadi pemicu stres harian.

Orang Amerika juga tertinggal secara fisik. Ketika orang-orang melakukan isolasi sosial untuk menghindari penyebaran penyakit, mereka beralih ke cara mengatasi stres dengan mekanisme yang tidak sehat.

Lebih dari setengah orang dewasa (51 persen) setuju gaya hidup mereka menjadi kurang sehat atau tetap sehat selama pandemi. Dua dari lima (42 persen) mengakui bahwa mereka mengandalkan kebiasaan tidak sehat untuk mengelola stres selama dua tahun terakhir.

Akibatnya, mayoritas (58 persen) berbagi bahwa mereka telah mencatat perubahan berat badan yang tidak diinginkan, dengan orang Amerika mendapatkan atau kehilangan rata-rata 26-27 pound (11-12 kg).


Strategi Mengatasi Stres yang Tidak Sehat

Ilustrasi strategi mengatasi stres yang tidak sehat dengan minum alkohol.

Menghabiskan waktu di dunia virtual dan minum anggur menjadi strategi mengatasi stres yang populer untuk satu dari lima orang Amerika (23 persen). Mereka mengaku telah minum lebih banyak alkohol dalam dua tahun terakhir untuk mengatasi stres yang bersumber dari berbagai hal.

“Stres di AS terus meningkat selama dua tahun terakhir, tetapi setidaknya Anda tidak sendirian.”

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kesehatan mental adalah dasar untuk kesejahteraan dan fungsi individu yang efektif.

Ini lebih dari tidak adanya gangguan mental dan berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir, belajar, dan memahami emosi seseorang dan reaksi orang lain.

Kesehatan mental adalah keadaan keseimbangan, baik di dalam diri maupun dengan lingkungan. Faktor fisik, psikologis, sosial, budaya, spiritual, dan faktor lain yang saling terkait ikut serta dalam menghasilkan keseimbangan ini.

Kesehatan mental juga memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan kesehatan fisik. Ketika mental terganggu, maka fisik pun akan terpengaruh.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya