Liputan6.com, Jakarta Bukan cuma fisik tapi sehat mental juga penting. Maka dari itu, kesehatan mental (mental health) merupakan komponen kesatuan dan esensial dari kesehatan manusia.
Memang apa sih kesehatan mental?
Advertisement
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendefinisikan kesehatan mental adalah keadaan sejahtera, fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan tertentu.
Secara sederhana, sehat mental itu ketika seseorang merasa sejahtera dan mampu menyadari kemampuan diri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif, dan mampu/bisa berkontribusi ke komunitas seperti mengutip laman resmi WHO ditulis Jumat (22/4/2022).
Ketika orang sehat mental maka ini menjadi dasar bagi untuk berpikir, beremosi, berinteraksi satu sama lain serta mencari nafkah dan menikmati hidup. Sebegitu pentingnya aspek sehat mental maka perlu dipromosikan, serta dilindungi dan dipulihkan bila kesehatan mental seseorang terganggu.
Sebenarnya, ada banyak bentuk dari masalah mental mulai dari depresi, gangguan kecemasan hingga skizofrenia. Lalu, ada anoreksia nervosa, gangguan bipolar, bulimia, hingga OCD. Di Amerika Serikat, tiap tahunnya kondisi masalah mental terjadi pada 44 juta orang seperti mengutip Web MD.
Tidak ada tes yang sederhana untuk menegakkan diagnosis seseorang tengah mengalami masalah mental. Namun, pasti ada perubahan-perubahan kecil yang dirasakan oleh diri sendiri maupun orang terdekat sebelum gejala masalah mental benar-benar memengaruhi seseorang.
Gejala Kesehatan Mental Terganggu
Jika menyadari ada sesuatu yang kurang pas atau perubahan mental yang kurang nyaman, segera berbicara dengan dokter spesialis kejiwaan atau psikolog.
Bila bukan hal yang besar tentu tak jadi soal, tapi bila mengarah ke masalah kesehatan mental serius maka bisa mendapatkan bantuan sejak awal. Pada banyak kasus bantuan kesehatan mental sejak awal bisa mencegah keparahan kondisi.
Berikut beberapa gejala seseorang mulai alami gangguan kesehatan mental dan perlu segera mendapatkan bantuan tenaga kesehatan jiwa:
- Kesedihan atau kekesalan yang berlangsung lebih lama dari biasanya
- Menarik diri dari kehidupan sosial seperti dari teman dan keluarga
- Kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai
- Emosi ekstrem tinggi dan rendah
- Perubahan besar dalam kebiasaan tidur atau makan
- Kekhawatiran atau ketakutan yang tampaknya tidak proporsional
- Mengabaikan perawatan dan kebersihan pribadi
- Perubahan dalam gairah seks
- Pikiran yang tidak teratur atau bingung
- Emosi marah yang berlebihan
- Penyalahgunaan obat atau alkohol
- Muncul penyakit fisik yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
- Ide yang tidak sejalan dengan kenyataan
- Melihat atau mendengar hal-hal yang orang lain tidak bisa lihat atau dengar
- Berpikir atau berbicara tentang bunuh diri
Advertisement
Gejala Kesehatan Mental Terganggu pada Anak
Bukan cuma orang dewasa, anak juga bisa mengalami kesehatan mental terganggu. Pada anak, mereka mungkin memiliki beberapa gejala yang sama seperti orang dewasa. Seperti seperti khawatir berlebihan akan sesuatu atau perubahan dalam tidur dan kebiasaan makan (menjadi lebih banyak atau sedikit makan).
Pada anak, gejala kesehatan mental yang terganggu lainnya adalah :
- Perubahan cara mereka tampil di sekolah
- Agresi atau ketidaktaatan
- Sering mimpi buruk
- Banyak temper tantrum
- Tampaknya terlalu sensitif terhadap pemandangan, suara, bau, atau sentuhan
- Perilaku aneh atau tidak biasa
Jika meraakan satu atau lebih gejala di atas pada diri maupun keluarga, tidak berarti Anda atau orang yang Anda cintai memiliki masalah kesehatan mental.
Peristiwa besar dalam hidup, seperti kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai dapat memengaruhi suasana hati dan kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Penyakit fisik, pengobatan baru, atau perubahan dosis dapat menyebabkan beberapa gejala ini.
Segera mendapatkan bantuan tenaga kesehatan jiwa bila:
- Mendapati beberapa gejala di atas terjadi pada Anda
- Tidak terkait dengan peristiwa yang jelas
- Gejala bertahan cukup lama untuk mengganggu hidup
Imbas Pandemi, Kasus Depresi Naik 25 Persen
Pada tahun pertama pandemi COVID-19, prevalensi global gangguan kecemasan dan depresi meningkat sebesar 25 persen menurut laporan ilmiah yang dirilis WHO pada Maret 2022.
“Informasi yang kami miliki sekarang tentang dampak COVID-19 pada kesehatan mental dunia hanyalah puncak gunung es,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
“Ini adalah peringatan bagi semua negara untuk lebih memperhatikan kesehatan mental dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam mendukung kesehatan mental populasi mereka," kata Tedros lagi.
Peningkatan depresi dan gangguan kecemasan terjadi karena muncul tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni isolasi sosial yang panjang saat kasus COVID-19 naik. Hal ini berimbas pada pekerjaan, mencari dukungan dari orang yang dicintai atau jadi tidak bisa aktif di komunitas.
Ada juga yang menyebutkan rasa kesepian, ketakutan akan infeksi, penderitaan dan kematian untuk diri sendiri dan orang yang dicintai muncul saat pandemi.
Lalu, ada juga kesedihan setelah berkabung karena anggota keluarga meninggal karena COVID-19 dan kekhawatiran keuangan jadi pemicu stres yang mengarah pada kecemasan dan depresi.
Advertisement