Primaya Hospital Bakal IPO pada 2022

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menuturkan, Primaya Hospital menjadi salah satu contoh kesuksesan investasi yang dilakukan oleh Saratoga.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 23 Apr 2022, 04:00 WIB
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana membawa Primaya Hospital untuk menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 2022.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengatakan, pihaknya sudah berinvestasi di Primaya Hospital sejak empat tahun. Pada saat itu, Primaya Hospital memiliki tiga rumah sakit, dan kini punya 14 rumah sakit.

“Jadi Primaya Hospital ini adalah satu perusahaan yang kita sudah investasikan 4 tahun lalu. Pada saat itu perusahaan ini hanya memiliki 3 rumah sakit, saat ini sudah memiliki 14 rumah sakit,” kata Devin dalam paparan publik, ditulis Sabtu (23/4/2022).

Dia mengaku, Primaya  Hospital menjadi salah satu contoh kesuksesan investasi yang dilakukan oleh Saratoga.

"Kami bekerja sama bahu membahu dengan manajemen Primaya untuk membesarkan perusahaan ini dari kecil hingga sekarang,” ujar dia.

Tak hanya itu, Devin mengungkapkan, Primaya sudah memiliki ukuran yang bisa melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Dan kami melihat dengan manajemen yang udah ada dan bisnis yang sudah mereka miliki. Kami melihat memang perusahaan ini sudah memiliki size yang cukup untuk bisa IPO di Indonesia Stock Exchange,” katanya.

Saratoga Investama Sedaya juga berharap bisa melakukan IPO untuk Primaya pada 2022.  "Kami harapkan IPO ini dapat kami lakukan dalam second half of this year,” pungkasnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


35 Perusahaan Antre IPO

Ilustrasi IHSG

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan yang antre di pipeline pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO).

Adapun hingga 20 April 2022, sudah ada 17 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. “Hingga saat ini, terdapat 35 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ungkap Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Jumat (22/4/2022).

Merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat enam perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Kemudian 13 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar. Serta 16 perusahaan lainnya dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.

Rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials

• 2 Perusahaan dari sektor Industrials

• 3 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic

• 6 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals

• 6 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor Technology

• 2 Perusahaan dari sektor Healthcare

• 3 Perusahaan dari sektor Energy

• 4 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate

• 5 Perusahaan dari sektor Infrastructures Bursa sendiri optimis IPO tahun ini masih akan tumbuh dengan kondusif. Keyakinan itu merujuk pada sejumlah indikator pasar modal, seperti minat perusahaan yang akan melakukan penggalangan dana masih relatif tinggi sejalan dengan pemulihan ekonomi.

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terus menunjukkan pertumbuhan dan per tanggal 20 April 2022 telah menyentuh angka 7.227,36. Dan indikator lainnya yang mendukung adalah tren investor di pasar modal Indonesia yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

"Stabilitas ekonomi Indonesia relatif stabil di tahun ini. Selain itu, kondisi pasar modal yang kondusif serta didukung oleh supervisi dari OJK dan kepercayaan stakeholder pasar modal tetap terjaga. Kami yakin bahwa semua hal positif itu turut memberikan optimisme tahun ini dapat lebih baik dari tahun sebelumnya,” pungkas Nyoman. 

 


BEI Catat 35 Emiten Bakal Rights Issue, Mayoritas dari Sektor Keuangan

BEI

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 35 perusahaan tercatat atau emiten masuk dalam pipeline rights issue hingga 8 April 2022.

Direktur Penilai Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, perkiraan dana yang dihimpun melalui rights issue Rp 20,3 triliun.

Adapun sektor perusahaan yang berada dalam pipeline rights issue antara lain 13 perusahaan dari sektor keuangan, lima perusahaan dari sektor basic materials, empat perusahaan dari sektor energi, tiga perusahaan dari sektor properti dan real estate.

Selain itu, dua perusahaan dari sektor infrastruktur, dua perusahaan dari sektor konsumer non-siklikal dan dua perusahaan dari sektor konsumer siklikal. Sedangkan sisanya masing-masing satu dari sektor teknologi, industri, perawatan kesehatan, transportasi dan logistik.

Nyoman optimistis penggalangan dana di pasar modal Indonesia masih bertumbuh dengan baik pada 2022. Hal ini didukung sejumlah faktor, seperti keberlangsungan pemulihan ekonomi.

"Berdasarkan data kami, beberapa indikator pasar modal antara lain minat perusahaan yang akan melakukan penggalangan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pertumbuhan positif,” ujar Nyoman.

Ia menambahkan, kondisi pasar modal yang kondusif tak lepas dari dukungan otoritas pasar modal dan stakeholders yang ada di pasar modal. Selain itu, Nyoman menuturkan, seluruh pemangku kepentingan pasar modal yang disupervisi oleh OJK terus berupaya menjadikan pasar modal Indonesia lebih inklusif.

“Beberapa kemudahan dan relaksasi telah diberikan bagi semua tingkatan perusahaan yang diwujudkan dengan berbagai penyesuaian peraturan dan penyusunan kajian terkait mekanisme pencatatan saham,” kata Nyoman.

Nyoman yakin, hal tersebut dapat memberikan optimisme pada 2022 akan lebih baik dari tahun sebelumnya.


Rights Issue, Adhie Karya Terbitkan 7,12 Miliar Saham

IHSG

Sebelumnya,  PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue kepada pemegang saham melalui penawaran umum terbatas (PUT) II.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis, 17 Maret 2022. PT Adhi Karya Tbk akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 7.121.658.184 saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk penyelesaian rencana alokasi penggunaan dana untuk penyertaan proyek investasi Adhi Karya berupa jalan tol, SPAM (pengelolaan air), pengelolaan limbah dan preservasi jalan.

PT Adhi Karya Tbk menggelar rights issue ini seiring rencana perseroan untuk berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Namun, perseroan memiliki tantangan yaitu keterbatasan ekuitas. "Ekuitas perseroan sangat kecil dibandingkan dengan BUMN Karya lain terutama BUMN Karya yang telah listing di Bursa Efek Indonesia,” tulis perseroan.

Kemudian pada 2020, kondisi keuangan perseroan diperparah dengan ada COVID-19 telah menghantam ekonomi dunia bahkan di berbagai negara perekonomian tidak tumbuh dan terancam resesi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya