Liputan6.com, Jakarta - Memiliki putri penyandang disabilitas intelektual atau retardasi mental jadi tantangan tersendiri bagi seorang ayah. Selain harus memandikan maupun menjaga kebersihannya, juga harus ekstra merawatnya. Apalagi jika istri sedang sakit.
Hal itu dialami seorang ayah warga Singapura. Lelaki itu harus rela mengambil peran sebagai pengasuh utama putrinya yang berusia 30 tahun. Hal itu terjadi karena istrinya saat itu dirawat di sebuah rumah sakit dalam kondisi kritis karena Covid-19 awal tahun ini.
Baca Juga
Advertisement
Dalam video YouTube yang dibagikan oleh Yayasan Tzu Chi (Singapura) pada 6 April 2022, lelaki bernama Ng Chye Hock menceritakan putri mengalami disabilitas intelektual. Ayah berusia 62 itu membantu rutinitas sehari-harinya, seperti mencuci muka dan menyikat giginya.
"Hal yang paling menyakitkan [adalah] saya harus menghadapinya setiap hari dan membantunya mandi. Bagaimanapun, dia berusia 30 tahun dan seorang wanita," kata dia, dikutip dari AsiaOne, Jumat, 22 April 2022.
“Lalu ada tantangan lain karena perempuan sudah menstruasi, tapi tetap harus saya lakukan, tidak ada pilihan,” kata Ng dalam bahasa Mandarin.
Dalam klip enam menit itu, Ng mengatakan bahwa putrinya yang juga menderita epilepsi biasanya dirawat oleh istrinya. Namun, dia dikirim ke rumah sakit setelah terinfeksi Covid-19.
Istri Ng selama 30 tahun sebagai pasien transplantasi organ. Ng berkata: "Dia mengirimi saya pesan dan berkata, 'Maaf, saya harus pergi (meninggal) sebelum kamu."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Semangati Istri
"Saya terus membujuknya, 'walaupun kamu tidak bisa berjalan, kita masih harus hidup'. 'Kita harus membesarkan putri ini." Ng, yang bekerja paruh waktu sebagai pembantu rumah tangga, mengatakan bahwa putrinya mengikutinya untuk bekerja agar dia "memiliki ketenangan pikiran".
Dia menceritakan: "Suatu kali, dia sedang duduk di dalam van dan kami berada di jalan raya. [Ketika kendaraan] kebetulan bergerak di sisi kiri, dia tiba-tiba menarik pegangan pintu bagian dalam dan terbuka. "Saat itu, saya sangat takut dan saya langsung menghentikan van."
Ng tak mungkin mengirim putrinya ke panti jompo, meskipun ia bisa melakukannya dan dapat meringankan bebannya. Ia lebih suka berkorban dengan membawa anaknya untuk bekerja. "Saudara-saudara saya mengatakan bahwa mereka dapat membantu saya (menjaganya), tetapi karena itu bukan hal satu kali, saya tidak dapat meminta mereka untuk membantu saya selamanya," katanya.
Advertisement
Tidak Tidur
Ng mengatakan ia jarang tidur sejak istrinya sakit dan menjalani perawatan di rumah sakit, karena ia harus mengurus anaknya juga. "Saya terus mengeluh mengapa Tuhan menguji saya," katanya, menambahkan bahwa putrinya adalah motivasi terbesarnya.
"Tapi dia akan membuatku tertawa ketika aku merasa frustrasi. Dia [akan] memanggilku ayah dan itu membuatku sangat bahagia," ucap Ng dalam video tersebut.
Dengan bantuan dari Kementerian Tenaga Kerja, seorang pembantu rumah tangga disewa untuk meringankan kerja Ng, menurut organisasi non-pemerintah Yayasan Tzu Chi. Nancy Chew, seorang sukarelawan Tzu Chi, menjelaskan di situs web yayasan bagaimana Ng adalah orang yang tidak suka menyusahkan maupun membebani orang lain.
Dunia Batin
"[Selama periode itu] kami merasa kasihan padanya, dia sangat kurus saat itu. Tapi [dia] masih tersenyum sepanjang hari, Anda tidak dapat melihat dunia batinnya karena dia tidak selalu memberi tahu kami tentang [masalahnya. ]," kata Chew. "Tapi di media sosial, terkadang dia tidak sengaja menceritakan masalahnya. [Makanya] kami semua mencoba mengamatinya di media sosial."
Istrinya, Ang Ah Choon, telah pulih dari Covid-19 dan sekarang sudah kembali ke rumah.
Seorang sukarelawan di Yayasan Tzu Chi, mengatakan: "Melihat kembali ke masa itu, saya bersyukur istri saya telah pulih. Dan ketika saya sedih, saya mendapat perhatian dan restu dari 'kakak' dan 'kakak' saya. [di Tzu Chi]."
Advertisement