Jakarta - Brand fesyen Indonesia belakangan ini semakin dikenal di dunia internasional. Koleksi-koleksi mereka juga mulai sering ditampilkan di berbagai ajang fashion show dunia.
Yang terbaru, brand lokal Oerip Indonesia dan Melanie Subono akan tampil di Paris dalam ajang "Festival de la culture Indonésienne" atau Festival Budaya Indonesia. Acara ini akan digelar di Universitas Nanterre, Paris pada 23-25 Mei 2022.
Baca Juga
Advertisement
Oerip Indonesia akan menampilkan koleksi spesifik pada kesempatan ini, yaitu tenun Molo yang berasal dari Fatumnasi, Kota Soe, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal yang menarik adalah bahwa kata "Molo" atau kata lain dengan bunyi yang sama dalam Bahasa Prancis memiliki arti "cantik" dan "tenang".
Hal ini senada dengan pergelaran budaya yang akan dibawakan. Mengutip laman Antara, Minggu (24/4/2022), nantinya Oerip Indonesia akan berkolaborasi dengan gamelan Genthasari dan tim penari Pantcha Indra yang berbasis di Paris.
Persiapan terus dilakukan, terutama dalam hal kurasi tenun yang akan ditampilkan. Selain peragaan busana, akan ada workshop tenun dan berbagi pengalaman tentang kain Indonesia di ajang tersebut.
Keberangkatan tim ini tidak lepas dari dukungan dari Warisan Budaya Indonesia (WBI Foundation), sebuah organisasi nirlaba yang diinisiasi Yanti Airlangga. Mereka mempunyai misi untuk menjaga integritas tradisi budaya Indonesia dan meningkatkan kehidupan berbudaya di masyarakat Indonesia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Persembahan Melanie Subono
"Misi WBI Foundation dengan kami cukup sejalan. Kami sangat bahagia ketika perjuangan kami untuk terus melestarikan dan mengenalkan tenun kepada masyarakat luar, ataupun WNI kita di mancanegara didukung dengan sepenuh hati. Kesempatan ini sungguh kami syukuri," ujar PR Chief Oerip Indonesia sekaligus founder Satu Tanah, Melanie Subono dalam siaran resminya.
Selain tampil di Paris, Oerip Indonesia juga akan menyambangi Belanda. Mereka akan tampil selama tiga hari yakni pada 28 sampai 31 Mei 2022 di beberapa kota.
Untuk penampilan di Belanda, telah disiapkan beragam koleksi tenun nusantara. Melanie sendiri juga akan mempersembahan lagu di seluruh rangkaian acara tersebut, baik lagu nusantara dan ciptaannya sendiri.
"Kami menamakan perjalanan ini 'Memboemi di Eropa'. Maksudnya, Indonesia sangat kaya dengan ragam wastra nusantara dan kita harus bangga memakai kain-kain tradisional," ujar Dian Oerip pendiri Oerip Indonesia.
Advertisement
Baju Pengantin Dimas Anggara-Nadine Chandrawinata
Mereka juga menebarkan wastra nusantara sejauh mungkin tidak hanya di negeri sendiri melainkan juga ke seluruh penjuru dunia. "Kali ini wastra nusantara akan ‘memboemi’ di bumi Eropa, menapakkan jejaknya di tanah Perancis dan Belanda," terang Dian Oerip.
Nama Dian dikenal luas saat mendesain baju pernikahan Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata pada 2018 lalu. Saat itu, keduanya mengenakan busana pernikahan serupa kimono yang terbuat dari kain tenun Sumba.
Baju yang mengombinasikan warna merah dan biru tua itu menuai pujian warganet. Dian Oerip mengakui baju pernikahan Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata memang viral.
Itu salah satu momen yang meneguhkan komitmennya untuk mengawal kain tenun dari berbagai daerah di Tanah Air. "Baju pernikahan Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata sempat viral di medsos. Selama ini orang selalu memperhatikan batik, batik, dan batik," ujar Dian Oerip kepada tim Showbiz Liputan6.com di Jakarta.
11 Tahun Berkarya
Sementara kain tenun kebanyakan buat oleh-oleh, hiasan dinding, taplak meja, dan lain-lain. Dulu akses untuk menggelar pameran juga belum banyak. Seiring perkembangan teknologi, tenun mulai dikenal publik.
Sejumlah selebritas lain yang pernah mengenakan rancangannya antara lain Dian Sastrowardoyo dan Najwa Shihab. Oerip mengingatkan, proses membuat tenun tak kalah lama dibandingkan dengan kain batik.
"Penenun harus berperilaku baik, bersembahyang dengan baik, menggunakan warna yang tidak merusak alam. Selendang yang saya kenakan ini misalnya butuh waktu empat bulan untuk membuat. Warna hitamnya dari lumpur, birunya dari rumput, merah dari mengkugu, dan putihnya dari kemiri," ungkap Dian
Selama 11 tahun berkarya, ada sekitar 70 penenun dari seluruh Indonesia yang dirangkul Dian Oerip. Pada 2020, Dian diajak komunitas Perempuan Pelestari Budaya Indonesia (PPBI) meluncurkan gerakan cinta mengenakan kain tradisional.
Advertisement