Liputan6.com, Surabaya - Saat ini dunia sedang mengalami krisis iklim. Berdasarkan data dari IPCC tahun 2018, laporan iklim terbaru menunjukkan bila suhu global naik hingga 2 derajat Celsius maka dampaknya akan terlalu bahaya.
Menurunkan menurunkan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius membutuhkan waktu kurang dari 8 tahun.
Advertisement
Nada Zharfania Zuhaira mewakili WRI Indonesia mengatakan, manusia menjadi faktor penting dalam persoalan krisis iklim. Ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia.
“Namun, studi lanjutan memodelkan ada aktivitas natural seperti dari gunung meletus yang menghasilkan emisi, juga emisi gas rumah kaca,” kata Nada saat menjadi narasumber di BW in Training Yayasan Kehati, Jumat (25/4/2022).
Di samping itu, manusia juga menjadi aktor sentral dari krisis iklim. Manusia menjadi emitor emisi yang punya peran sangat signifikan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Langkah Mengatasi Krisis Iklim
Untuk menangani krisis iklim, langkah yang paling signifikan untuk mengatasinya adalah dengan mengetahui penyebabnya. Penyebab krisis iklim adalah emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia.
Selanjutnya, perlu memahami profil gas rumah kaca. Profil gas rumah kaca dunia meliputi energi, industri, agrikultur, hutan, dan limbah. Sedangkan Indonesia jika dibandingkan antara emisi tahun 2010 dengan 2030 sama-sama konsisten emisi terbesar dihasilkan dari sektor energi. Lalu dilanjut dengan agriculture and land use, kebakaran lahan gambut, limbah, dan industri.
“Jadi, jika kita bicara ingin membantu mengatasi krisis iklim dengan langkah yang signifikan harus tahu penyebab paling signifikannya yakni emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia. Lalu harus tahu juga sektor paling signifikan penghasil gas rumah kaca itu, dalam hal ini direfleksikan dari energi,” tutur Nada.
Maka, wajar jika pemerintah terus menggencarkan kampanye mobil listrik yang urgensinya berkaitan dengan energi. Ini sebagai upaya untuk mengurangi efek gas rumah kaca. Apabila hal tersebut dapat terselesaikan, akan memberikan efek dominan yang meluas.
Advertisement
Menanam Pohon Prioritas Akhir
Selain itu, menanam pohon juga dapat membantu mengatasi perubahan iklim. Namun, bukan menjadi prioritas untuk mitigasi perubahan iklim. Dampaknya juga tidak bisa langsung dirasakan, sebab pohon dapat menyerap emisi secara optimal setelah 20 tahun ditanam.
“Pada dasarnya persepsi bahwa penanaman pohon ini bisa dilakukan sebagai mitigasi perubahan iklim adalah harusnya menjadi prioritas yang paling akhir, karena takutnya ada pesan yang salah bahwa kita boleh berdosa sebanyak apapun nanti tinggal menanam pohon, tapi tidak ada upaya untuk mengurangi (emisi),” pungkas Nada.