Iran Kirim Senjata ke Rusia untuk Invasi Ukraina? Ini Klarifikasi Kedubes

Muncul kabar senjata yang dikirim jaringan Iran untuk Rusia dalam konflik di Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Apr 2022, 09:30 WIB
Ilustrasi bendera Iran. Media Barat melaporkan ada senjata yang dikirim Iran ke Rusia untuk kepentingan invasi Rusia (AFP)

Liputan6.com, Tehran - Kedutaan Besar Rusia di Tehran membantah kabar bahwa negaranya menggunakan senjata yang diselundupkan dari Iran. Sebelumnya, The Guardian menyebut senjata itu berasal dari Irak yang ditransfer oleh jaringan Iran. 

Senjata yang dikirim termasuk misil anti-tank dan rocket-propelled grenade (RPG). Ada juga sistem peluncur roket yang didesain Brasil, serta sistem misil Bavar 737. 

Berdasarkan laporan media pemerintah Rusia, TASS, Senin (25/4/2022), Kedubes Rusia di Tehran berkata anggapan itu hanya rumor semata. 

"Rumor-rumor yang muncul di sejumlah media mengenai senjata-senjata Iran yang dikirim ke Rusia merupakan berita palsu dan tidak ada hubungannya dengan realitas," tulis pihak kedubes.

The Guardian menyebut kiriman RPG dikirim Iran kepada pihak Rusia melalui laut pada akhir Maret 2022. Pada 1 April, sistem roket Astros II yang didesain Brasil itu dikirimkan ke Iran.

Kelompok yang mengirimnya adalah Hasd al-Shabbi yang disebut sebagain milisi Iran yang terkuat. Pihak Hasd al-Shabbi mengaku tidak peduli kemana senjata itu pergi asalkan anti-Amerika Serikat.

Pengamat dari Carnegi Middle East Center menjelaskan bahwa Iran juga punya kepentingan di konflik Ukraina karena mereka tak mau jika Rusia kalah.

"Negara-negara lain seperti China harus sangat hati-hati tentang memberikan senjata ke Rusia saat ini mengingat adanya situasi sanksi yang baru. Dan Iran, sebagai bagian dari axis tersebut, ingin memastikan Rusia tidak kehilangan pijakan di konflik ini," ujar Mohaned Hage Ali dari Carnegie Middle East Center.

"Jika rezim Putin terdestabilisasi itu memiliki implikasi yang besar terhadap Iran, terutama di Suriah di mana Damaskus tergantung kepada dukungan udara Rusia dan koordinat Rusia untuk menghindari konflik langsung antara mereka dan Israel," jelasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Mariupol dan Odessa Kembali Digempur Rusia, Evakuasi Warga Sipil Gagal

Invasi Rusia masih terus menghancurkan Ukraina.

Sebelumnya dilaporkan, Rusia kembali menggempur pertahanan terakhir Ukraina yang masih berada di pabrik baja raksasa di Mariupol, beberapa hari setelah Moskow menyatakan menang atas kota di selatan itu dan mengatakan pasukannya tidak perlu mengambil alih pabrik tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan militer mereka belum siap untuk mencoba menerobos kepungan Mariupol.

Namun, Zelenskyy mengatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin akan mengunjungi Kiev pada Minggu dan membahas jenis senjata yang dibutuhkan Ukraina saat invasi Rusia memasuki bulan ketiga.

"Begitu kami memiliki (senjata lainnya), begitu jumlah sudah cukup banyak, percaya pada saya, kami akan segera merebut wilayah di sana sini, yang untuk sementara diduduki," kata Zelenskyy saat konferensi pers, Sabtu (23/4).

Gedung Putih tidak mengiyakan rencana perjalanan Blinken dan Austin. Sedangkan Departemen Luar Negeri dan Pentagon enggan berkomentar.

Serangan terhadap Mariupol, pertempuran konflik terparah, membabi buta selama beberapa pekan.

Pendudukan kota tersebut dianggap penting bagi upaya Rusia untuk menghubungkan wilayah Donbas timur dengan Krimea, semenanjung Laut Hitam yang direbut Moskow pada 2014.

Kelompok separatis dukungan Moskow sudah bertahun-tahun menguasai wilayah di Donbas.

Ukraina memperkirakan ribuan orang warga sipil tewas di Mariupol dan 100.000 lainnya masih berada di kota itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah menyebutkan sedikitnya ratusan ribuan warga sipil tewas.

Ajudan wali kota Mariupol menuturkan upaya baru untuk mengevakuasi warga sipil pada Sabtu gagal.

Di pelabuhan Laut Hitam, Odessa, sedikitnya delapan orang tewas, kata presiden.

Dua misil menggempur sebuah fasilitas militer dan dua bangunan perumahan pada Sabtu, kata militer Ukraina.

Sirene serangan udara terdengar di Odessa dan Mykolaiv, sebuah kota di dekat Laut Hitam, pada Minggu dini hari tanpa laporan langsung mengenai serangan baru.


Ancaman Rudal

Ukraina berusaha merebut kembali kota-kota yang diserang Rusia.

Zelenskyy mengatakan Rusia telah menembakkan sebagian besar simpanan rudal mereka di Ukraina. "Tentu saja, mereka masih mempunyai sisa rudal. Tentu, mereka masih bisa melakukan teror rudal terhadap rakyat kami," katanya.

"Akan tetapi apa yang telah mereka lakukan menjadi sebuah argumen yang cukup kuat bagi dunia untuk akhirnya mengakui Rusia sebagai negara pendukung terorisme dan militer Rusia sebagai organisasi teroris."

Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam "operasi militer khusus" mereka, yang dimulai pada 24 Februari.

Kementerian pertahanan Rusia mengaku pihaknya menggunakan rudal dengan presisi tinggi untuk meluluhlantakkan terminal logistik di Odessa yang berisi pasokan senjata dari AS dan sejumlah negara Eropa.

Menurut dephan, pasukan Rusia telah membunuh hingga 200 tentara Ukraina dan menghancurkan lebih dari 30 kendaraan pada Sabtu.

Jenderal Rusia Rustam Minnekayev pada Jumat (22/4) mengatakan Moskow ingin menguasai seluruh Ukraina selatan,.

Menurut Ukraina, pernyataan jenderal tersebut mengindikasikan bahwa Rusia mempunyai tujuan yang lebih luas dari sekadar misi "demiliterisasi" dan "mengenyahkan pengaruh Nazi" di Ukraina.

Kiev dan Barat menyebut invasi Rusia sebagai perang agresi yang tak bisa dibenarkan.

Kemenhan Rusia pada Jumat mengatakan para petempur terakhir yang berada di pabrik baja di Mariupol sudah "diblokade secara aman".

Pada Kamis (21/4), Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa Mariupol "sudah bebas", dan menyatakan bahwa pasukan Rusia tidak akan menyerbu Azovstal.

Penasihat Zelenskyy, Oleksiy Arestovych, mengatakan pasukan Ukraina di pabrik baja itu bertahan dan berupaya untuk melakukan serangan balik. Lebih dari 1.000 warga sipil juga berada di pabrik tersebut, menurut otoritas Ukraina.


Pihak Otoritas Ukraina Upayakan Evakuasi Kota Mariupol

Kondisi kota Mariupol.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan dalam sebuah unggahan di Facebook bahwa jika semuanya berjalan sesuai rencana, evakuasi dari kota Mariupol yang terkepung akan dimulai pada Sabtu (23/04/2022).

"Hari ini, kami kembali berupaya mengevakuasi perempuan, anak-anak, dan lansia,” katanya.

Otoritas kota Mariupol sebelumnya telah mengumumkan di saluran Telegram mereka, bahwa evakuasi akan dilakukan dari pusat perbelanjaan "Port-City", ke kota Zaporizhzhya. Demikian seperti dilansir dari laman DW Indonesia, Minggu (24/4). 

Upaya sebelumnya untuk mengevakuasi kota belum berhasil, dengan otoritas Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas kegagalan tersebut.

Intelijen militer Inggris mengatakan pasukan Rusia tidak membuat kemajuan besar dalam 24 jam terakhir meskipun aktivitas meningkat.

"Meskipun mereka menyatakan penaklukan Mariupol, pertempuran sengit terus terjadi membuat frustrasi upaya Rusia untuk merebut kota sehingga semakin memperlambat kemajuan yang mereka inginkan di Donbas," kata pernyataan yang dibagikan di Twitter.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (21/4) memerintahkan blokade pabrik Azovstal di kota pelabuhan Mariupol alih-alih menyerbunya, demikian laporan dari media lokal. Demikian update perang Rusia Ukraina terkini.

Infografis invasi Rusia ke Ukraina.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya