Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan hasil survei sero antibodi pada Maret 2022, antibodi COVID-19 penduduk Indonesia di angka 99,2 persen. Angka ini bukan persentase penduduk Indonesia secara keseluruhan, melainkan hanya di Jawa dan Bali saja.
Menilik hasil survei antibodi yang hampir 100 persen ini, apakah Indonesia sudah siap masuk endemi? Menurut Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, keputusan memasuki endemi berada di tangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan penetapan dari Presiden.
Advertisement
"Kalau para epidemiolog bilangnya, bahwa memang 99,2 persen itu (antibodi) yang di Jawa dan Bali. Ada 2.000-an orang yang disurvei dan sudah memiliki antibodi. Antibodi bisa berasal dari vaksinasi dan infeksi ya," kata Budi Gunadi di sela-sela acara di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta, ditulis Senin (25/4/2022).
"Apakah sudah siap masuk endemi? Kalau itu keputusannya ada di Bapak presiden kita juga memerhatikan negara-negara lain dan (keputusan) WHO seperti apa."
Hasil survei serologi pada Maret 2022 ini dilakukan Kementerian Kesehatan bersama dengan tim epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Objek yang diikutsertakan dalam survei adalah mereka yang pernah diambil sampelnya dalam survei nasional pada Desember 2021 lalu.
Data hasil survei antibodi 99,2 persen data yang diambil dari sampel di 21 kabupaten/kota di Pulau Jawa, terutama kabupaten/kota asal tujuan mudik Idulfitri 1443 Hijriyah di tahun 2022. Survei pun hanya mengambil sekitar 2.100 orang saja pada Maret 2022 atau sekitar 100 orang per kabupaten/kota yang dipilih.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Survei Antibodi Bukan untuk Patokan Endemi
Tim Epidemiologi FKM UI Pandu Riono mengatakan, hasil survei serologi dengan angka antibodi yang cukup tinggi, bukan ditujukan untuk bisa mendeklarasikan endemi.
"Kita tidak bisa men-declare (mengumumkan) apakah ini sudah masuk endemi atau tidak," kata Pandu dalam konferensi pers Update Perkembangan COVID-19 di Indonesia, Rabu (20/4/2022).
Penetapan endemi COVID-19, menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, melalui sejumlah pertimbangan yang harus dipenuhi, tidak hanya dari sisi kesehatan saja. Penegasan ini menanggapi pernyataan Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang menyebut Indonesia bisa masuk endemi 3 bulan lagi.
"Endemi itu pertimbangannya tidak hanya kesehatan, tapi juga sosial, politik, dan budaya. Kita sudah mengalami pandemi lebih dari 10 kali sejak abad ke 13 dan 14, selalu pertimbangannya banyak," ujar Budi Gunadi saat kegiatan vaksinasi booster dan donor darah di City Hall Pondok Indah Mall, Jakarta, ditulis Minggu (20/3/2022).
Dari segi kesehatan, Pemerintah telah menyiapkan sejumlah skenario menuju endemi sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Diharapkan transmisi virus Sars-CoV-2 semakin rendah. sehingga penyebarannya dapat semakin ditekan.
"Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menyiapkan skenario-skenario (endemi). Kita ingin kalau bisa indikator transmisi yang WHO ada 3, yakni level 1 dalam 6 bulan berturut-turut," terang Budi Gunadi.
"Usulan epidemiolog, kalau bisa reproduction number-nya (rata-rata orang yang terinfeksi COVID-19) di bawah 1 selama 6 bulan berturut-turut juga minimal vaksinasi lengkapnya dua kali."
Advertisement
Protokol Kesehatan Tetap Harus Dilakukan
Ketika memasuki endemi, Budi Gunadi Sadikin menekankan, bukan berarti virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 hilang sepenuhnya. Masyarakat akan tetap hidup berdampingan dengan COVID-19.
"Virusnya tetap ada tapi penularannya rendah terkendali. Jadi, bisa saja yang masuk dirawat sedikit sekali," jelasnya.
"Yang penting adalah budaya masyarakat sudah paham bagaimana menangani penyakit itu sendiri tanpa dipaksa oleh Pemerintah. Sama seperti kalau sakit demam berdarah, rumah disemprot. Kalau ada demam, panasnya naik turun, kita cek darah sendiri, sehingga kalaupun masuk rumah sakit tertangani dengan baik."
Yang terpenting adalah edukasi masyarakat terhadap protokol kesehatan harus terus dilakukan di masa menuju transisi endemi, bahkan bila sudah masuk endemi. Ada kesadaran masyarakat untuk melakukan tes COVID-19 jika merasa bergejala.
"Karena itu kita harus pakai masker. Kalau kena (bergejala), misalnya, harus PCR, kemudian kalau sudah PCR dan positif mesti isolasi untuk tidak menularkan. Itu yang paling penting dipenuhi sebagai syarat menjadi endemi," ucap Menkes.
Kejar Capaian Vaksinasi Booster
Menuju Indonesia yang endemi COVID-19, Kementerian Kesehatan juga menargetkan capaian vaksinasi booster sebesar 30 persen akan diraih pada akhir Mei 2022. Target ini sejalan dengan peta jalan (roadmap) yang sudah dirancang dalam upaya menuju ke arah endemi.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menegaskan, target capaian 30 persen vaksinasi booster secara nasional, tidak berhubungan dengan perjalanan mudik Lebaran 2022, yang mana booster menjadi syarat mudik.
"Awalnya, kita berharap sampai dengan akhir Mei ya 30 persen dari vaksinasi booster sudah tercapai. Tapi target ini sebenarnya tidak berhubungan dengan mudik. Target-target yang kami susun sebenarnya lebih kepada roadmap untuk menuju ke arah endemi," terang Nadia saat diskusi Dialektika Demokrasi - Balada Booster dan Mudik Lebaran di Komplek Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta, ditulis Minggu (10/4/2022).
"Mudik ini adalah salah satu ujian kita, karena kalau kita mau menuju ke endemi, kita harus konsisten nih, penularannya (virus Corona) tetap rendah, angka positivity rate rendah, kasus positif dan kematian juga rendah."
Di sisi lain, Indonesia juga menargetkan 70 persen populasi penduduk dari 270 juta orang tervaksinasi lengkap pada akhir Mei 2022. Target ini sejalan dengan target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Bahwa setiap negara di dunia harus mencapai target vaksinasi 70 persen penduduknya demi mengakhiri pandemi COVID-19.
Baca Juga
Advertisement